Anyelir Almera Galenka, tapi sudah sejak setahun yang lalu dia meninggalkan nama belakangnya. Wanita bertubuh tinggi dengan pinggang ramping yang kini tengah hamil 5 bulan itu rela menutupi identitasnya demi menikah dengan pria pujaan hatinya.
Gilang Pradipa seorang pria dari kalangan biasa, kakak tingkatnya waktu kuliah di kampus yang sama.
"Gilang, kapan kamu menikahi sahabatku. Katanya dia juga sedang hamil." Ucapan Kakaknya membuat Gilang melotot.
"Hussttt... Jangan bicara di sini."
"Kenapa kamu takut istrimu tahu? Bukankah itu akan lebih bagus, kalian tidak perlu sembunyi-sembunyi lagi untuk menutupi hubungan kalian. Aku tidak mau ya, kamu hanya mempermainkan perasaan Zemira Adele. Kamu tahu, dia adalah perempuan terhormat yang punya keluarga terpandang. Jangan sampai orang tahu jika dia hamil di luar nikah."
Tanpa mereka sadari, ada seseorang yang mendengar semua pembicaraan itu.
"Baiklah, aku akan ikuti permainan kalian. Kita lihat siapa pemenangnya."
UPDATE SETIAP HARI.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Erchapram, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Siapa Dia?
Sebelum Arrayan pergi keluar ruangan, memang Anye sudah hampir terlelap. Tapi, saat mendengar langkah kaki seperti mengendap-endap membuka pintu. Detik itu juga Anye kembali sadar, meskipun belum membuka mata.
"Mau ke mana mas Ray" Pikir Anye tapi tidak bisa berbuat banyak dengan perut besarnya.
"Sepertinya aku belum terlalu mengenalmu."
Cukup lama Anye menunggu dengan gelisah, hingga satu jam kemudian Arrayan datang dengan cara yang sama saat akan pergi keluar. Mengendap-endap seperti seorang maling.
"Hubby, dari mana saja kamu? Apa ada yang kamu sembunyikan? Kenapa kamu berjalan mengendap-endap?" Tembak Anye menatap tajam Arrayan.
"Bicara jujur, jangan kecewakan aku."
"Honey... Sudah larut malam, sebaiknya kamu lanjutkan tidur." Ucap Arrayan.
"Jadi, seperti yang kamu inginkan? Aku tidur supaya tidak melanjutkan pertanyaanku tentang kepergianmu yang diam-diam seperti takut akan ketahuan. Ya sudah, aku tidak akan memaksa orang untuk berkata jujur. Cukup tahu, jika aku salah memilih suami untuk kedua kalinya."
"Pergilah Mas... Tidak perlu di sini, kalau aku bukan seseorang yang penting untuk mengetahui kebenaranmu."
"Honey... Tolong jangan salah paham. Aku hanya, tidak ingin membuat kamu lelah dan banyak pikiran." Ucap Arrayan merasa serba salah.
"Sudahlah Mas, terserah apa maumu. Dan aku juga akan melakukan apa mauku." Balas tegas Anye.
Jam dinding masih menunjukkan pukul 1 dini hari, tapi suasana ruangan itu malah menjadi panas. Karena merasa sesak, Anye melangkah keluar dan menuju ke taman. Meninggalkan Gavin yang masih tidur, dan Arrayan yang diam membeku.
Di taman Rumah Sakit, wanita hamil itu berulang kali membuang nafas kasar. Dadanya terasa sesak.
Kecewa, lagi-lagi dia harus menelan kekecewaan dari orang tercinta.
"Apa aku seburuk itu hingga terus tersakiti? Padahal aku sudah mulai membuka hati untukmu, tapi kamu justru langsung menorehkan luka. Aku kembali salah mengambil langkah, sebaiknya setelah ini aku pergi. Hidup dengan Gavin dan anakku yang akan lahir sebentar lagi."
"Jangan pergi... Tolong beri aku waktu untuk siap menjelaskan padamu." Ucap Arrayan yang ternyata mengikuti Anye, dan mendengar semua gumamannya.
"Maaf, aku tidak punya banyak waktu jika pada akhirnya aku harus kembali terluka dan kecewa. Katakan sekarang atau tidak usah. Aku cukup mengerti jika cinta saja tidak membuat orang percaya."
"Namaku Arrayan Ezra Narendra, pewaris tunggal semua kekayaan keluarga Narendra. Aku menyembunyikan nama belakangku karena waktu itu kondisinya tidak memungkinkan. Gina yang menjebakku dengan pernikahan konyol, dan aku sedang sembunyi dari ibu tiri yang terus merongrongku dan mengancam akan membunuhku. Aku bukan takut, tapi waktu itu aku masih punya misi."
"Yaitu mencarimu, Anyelir Almera Galenka. Wasiat Papaku sebelum meninggal adalah supaya aku mencari keberadaan putri dari sahabatnya, dan ternyata putri yang dimaksud Papa adalah kamu. Gadis kecil yang pernah menolongku." Ucap Arrayan mulai terus terang.
"Tapi, kamu bilang jika kamu yatim piatu yang untuk kuliah saja kamu harus bekerja keras?"
"Karena saat itu aku masih bersembunyi, aku belum kuat dan karena seluruh warisanku masih dikunci. Dalam artian Ibu tiriku yang serakah itu telah merebut hakku. Dan diberikan pada anak kandungnya. Jadi, terpaksa aku hidup susah. Mendirikan showroom mobil supaya kaya. Dari hasil kerja kerasku itu aku bisa membangun kembali kekuasaanku."
"Lalu beberapa tahun yang lalu, aku mulai merebut kembali semuanya. Dan saat ini, mungkin akan terjadi peperangan dengan Ibu tiriku. Makanya aku masih belum berani mengumumkan jati diriku yang sebenarnya. Sampai setelah kamu melahirkan nanti, dan statusmu resmi menjadi istriku. Tapi, ternyata semua rencanaku gagal. Karena malam ini, rumahku disatroni."
"Anak buahku mengirim pesan, jika rumah mewah peninggalan keluargaku dirampok. Dan kamu tahu siapa perampoknya? Dia adalah Gina, mantan istriku. Dia sekarang menjadi pelacur dan ikut serta dalam kelompok preman. Sekarang dia ada di Rumah Sakit tahanan, karena aku mengirimkannya ke kantor polisi karena perbuatannya. Dia keguguran setelah melompati balkon."
"Astaga?" Anye terkejut mendengar kabar tentang mantan kakak iparnya itu.
"Sekarang Gina sudah tahu identitas asliku yang pemilik rumah mewah yang menjadi incarannya. Dan juga, Gina tahu jika aku menikahimu. Maaf karena memang di dalam kamarku itu ada foto kita, aku tidak mungkin mengelak lagi." Ucap Arrayan dengan kepala menunduk.
"Huffttt... Aku pikir rahasia apa? Kalau cuma seperti itu, kita sama Mas Ray. Bukankah aku juga menutupi identitas asliku dari Gilang dan keluarganya." Ucap Anye.
"Jadi, kamu tidak marah Honey?"
"Tentu saja aku tetap marah, harusnya Mas Ray bicara jujur. Katakan sebelum pergi tadi malam." Ucap Anye tidak mudah memaafkan.
"Apalagi Mas Ray secara tidak langsung telah merusak semua rencanaku. Bagaimana jika Gina membocorkannya pada Gilang tentang status kita berdua. Bukankah malah menjadi masalah baru? Untuk Mas Ray masih aman, tapi untukku itu masalah besar. Aku seorang wanita yang sedang hamil menggugat cerai secara verstek tapi langsung malah menikah lagi."
"Akan ada penghakiman dari masyarakat, dan aku tidak sekuat itu. Bukan itu saja, aku marah karena Mas Ray pura-pura miskin yang tidak punya kekuasaan. Padahal harusnya dengan apa yang Mas Ray miliki, tidak sulit untuk melacak keberadaan Mama Ambar. Aku tidak perlu susah payah keliling sampai harus menemui Gilang."
"Honey... Maaf, karena berusaha menutupi identitas aku jadi bertingkah bodoh. Sekarang juga, akan aku minta anak buahku untuk mencari keberadaannya. Dan terima kasih tidak menghakimiku." Ucap Arrayan terharu dengan kebesaran hati istrinya yang mau memahaminya.
"Tentu saja, karena kebohonganmu masih bisa aku toleransi." Ucap Anye.
"Kecuali, ternyata kamu menyembunyikan statusmu."
"Aku tadi takut jika ternyata kebenarannya selain Gina kamu punya istri lain bahkan ounya anak. Kalau kebohongan yang seperti itu, sampai kamu menangis darah sekalipun tidak akan aku maafkan." Tegasnya.
"Tidak, aku meskipun berstatus duda. Tapi hingga kini masih perjaka. Milikku itu belum pernah dipuaskan."
"Astaga... Bisa-bisanya bicara begitu."
Setelah menyelesaikan kesalah pahaman, Anye dan Arrayan tidur sambil berpelukan. Keduanya merasakan nyaman dan aman. Anye merasa di dekat Arrayan dia terlindungi sedangkan Arrayan berjanji dia akan membuat istrinya tetap merasa aman saat bersama dengannya.
Mentari pagi telah kembali datang, Gavin terbangun dengan senyuman saat melihat kedua kakaknya saling berpelukan.
"Gavin, hari ini mau ya ikuti saran dokter untuk konsultasi ke poli psikiatri." Ucap Anye.
"Tapi aku tidak gila." Ucap Gavin tidak suka permintaan Anye.
"Bertemu psikolog bukan hanya karena gila, tapi karena kamu bisa berbagi keluh kesah yang membuat kamu cemas, takut tapi kamu tidak berani cerita dengan Mbak."
"Baiklah, aku mau jika memang itu diperlukan. Aku ingin hidup normal dan bahagia seperti teman-temanku yang lain." Ucap Gavin.
"Tentu saja, setelah ini kamu bisa kembali bersekolah tentu bukan di sekolahmu yang lama. Tapi Mbakmu ini sudah mendaftarkan kamu di sekolah internasional paling favorit di kota ini." Ucap Anye.
Karena urusan Gavin sudah beres, kini fokus Arrayan dan Anye adalah mencari keberadaan Mama Ambar.
"Jadi dia sedang dirawat di Rumah Sakit, bukan melarikan diri?" Tanya Arrayan kembali memastikan informasi.
"Benar, Nyonya Ambar terserempet mobil saat akan pergi ke pasar."
"Cari di mana dia dirawat, dan siapa yang telah menabraknya?"
Sementara itu di Rumah Sakit tempat Mama Ambar dirawat, seorang pria yang menjadi pemilik mobil yang menabraknya beberapa hari lalu, terlihat membaca selembar kertas informasi.
"Jadi, wanita ini mantan mertuanya? Bagus kita bisa memanfaatkan dia untuk menghancurkan Arrayan. Sedangkan mantan istrinya, keguguran dan ada di kantor polisi." Seseorang membaca informasi.
"Menarik, ternyata kehidupan pribadi Arrayan tidak sebersih yang aku kira. Kamu, pantau terus pergerakan Arrayan. Apa yang sedang dia lakukan, dan saat ini sedang dekat dengan siapa." Ucap seseorang tadi.
"Satu lagi, kamu selidiki kasus apa yang menimpa mantan istrinya. Dan bebaskan dia dengan jaminan. Akan ku jadi dia pion."
"Kita juga bisa memanfaatkan wanita tua ini untuk menghancurkan Arrayan. Tuhan memang sangat baik terhadapku, tanpa aku turun tangan sendiri. Dia sudah mengirimkan tangan lain yang akan membuat Arrayan kalah."
"Baik, kalau begitu kami pamit undur diri." Ucap anak buahnya."
"Aku tidak mau mendengar kegagalan. Kali ini Arrayan harus mati."
tunjukan taringmu kuliti orang yg akan mencelakai suamimu ayo Sat set