Kanvas Hati

Kanvas Hati

BAB 1. AWAL BERTEMU

Sore itu langit berwarna jingga menandakan tidak lama lagi sang surya akan terbenam. Di salah satu kafe favorit anak muda jaman sekarang, tepatnya di tengah kota Jakarta.

Fandy berada di antara para pengunjung lainnya, yang sama-sama menikmati menu pilihan kafe ini.

Kopi Espresso pilihannya kali ini, wanginya tercium kuat, dia minum dengan perlahan, menikmatinya dengan sepotong donat lapis coklat bertabur kacang di atasnya.

Nikmat mana yang didustakan, kedua menu ini sungguh lezat rasanya, pantas saja menjadi salah satu menu favorit di sini.

Menikmati minum kopi pilihan, ditemani musik yang diputar pengelola kafe sebagai hiburan.

Fandy mengamati para pengunjung di sini, rata-rata pekerja kantor yang selesai jam kerjanya dan mahasiswa yang memanfaatkan waktu luang mereka untuk rileks sejenak dari rutinitas mereka.

Ada yang datang sendiri, ada yang berpasangan, dan ada juga yang beramai-ramai 4-5 orang banyaknya, duduk semeja berbincang santai hingga tertawa lepas.

Sedangkan yang datang sendiri, menikmati kopinya sambil membaca buku atau mengakses media sosial ditelepon genggamnya.

Terbesit ide melukis aktifitas mereka hadir di kepala Fandy, lalu mengambil buku sketsa dan pensil dari dalam tasnya.

Perlahan pensil menggambar objek yang berada di sekitarnya. Dia memperhatikan gerak-gerik mereka, mimik wajahnya satu persatu terlukis dibuku sketsa.

Pensil menggambar dengan lincah, tidak ingin melewatkan momen ini, ekspresi satu sama lainnya berbeda.

Ada yang tertawa bersama, ada yang berbincang serius dan ada juga pasangan kekasih yang sedang berdebat, di mana si perempuan tengah merajuk dan si lelaki berusaha membujuknya. Pemandangan unik pikir Fandy melihat semuanya ini.

Di salah satu kursi yang berada di ujung kafe tepatnya sebelah pojok, Fandy melihat ada seorang perempuan cantik rambut modis sebahu, masih dengan stelan pakaian kantor duduk termenung hanya memandangi kopi dan croissant di depannya.

Wajahnya terlihat sendu, entah apa yang terjadi pada dirinya. Fandy spontan ikut menggambar dirinya ke dalam buku sketsanya.

“Cantik, modis dan sepertinya dia seorang pekerja kantoran,” batinnya sesaat sebelum melukisnya.

“Ekspresi wajahnya terlihat sedih dan sepertinya dia sedang banyak pikiran, terlihat beberapa kali perempuan itu menghela napas panjang.” Fandy melukisnya dan memperhatikan detail yang dilakukan perempuan itu.

Cukup lama Fandy melukis perempuan itu, entah kenapa dia merasa tertarik dengan sosoknya. Cantik sungguh salah satu ciptaan Tuhan ini, ekspresi wajahnya agak misterius seolah menyimpan beban berat dalam hidupnya.

“Dia hanya datang sendiri? Menunggu kekasihnya yang tidak kunjung datang atau menunggu rekan kerjanya mungkin?” Fandy bertanya-tanya dalam hati, melihat perempuan itu masih duduk sendirian tanpa ada seorang pun menemani.

Tiga puluh menit Fandy menyelesaikan melukis perempuan tadi. Sekilas dia tersenyum saat melihat hasilnya.

Tampak hampir sempurna dimatanya, hanya kurangnya perempuan itu seperti enggan tersenyum.

Jika dia tersenyum, pasti lebih sempurna hasil lukisanku ini. “Seandainya muncul senyumnya, pasti lebih indah dan bagus hasilnya, karena terlihat cantik sekali seperti aktris ternama wajahnya,” batin Fandy membayangkannya.

Perempuan itu menyesap kopinya dan menggigit pelan croissantnya, tanpa sengaja matanya menatap Fandy dari jauh, seolah dia menyadari jika Fandy memperhatikannya sejak tadi.

Fandy hanya tersenyum tipis padanya, untungnya sketsanya sudah selesai, jadi mungkin dia tidak tahu jika Fandy melukisnya diam-diam.

Perempuan itu hanya menatap Fandy sekilas tanpa ekspresi dan melanjutkan meminum kopinya.

Mata Fandy masih memperhatikannya, seakan enggan berpaling darinya. Entah mengapa Fandy merasa sedikit tertarik dengan sosoknya, agak misterius pikirnya.

“Sangat cantik, tampak anggun berwibawa, riasan natural wajahnya masih ada padahal sudah jam pulang kantor,” tatap Fandy intens seolah memindai perempuan itu.

Tanpa Fandy sadari perempuan itu menatap balik ke arahnya, dahinya tampak berkerut, sorot mata indahnya tajam memindai balik intens Fandy.

Spontan mereka saling menatap satu sama lain meskipun dengan jarak yang tidak begitu jauh. Fandy tersenyum canggung seolah tertangkap basah seperti pencuri.

“Lelaki itu dari tadi seperti memperhatikan gerak-gerikku, siapakah dia? Kenapa dia melihatku terus-menerus?” Apa dia mengenaliku?” Cyra bertanya-tanya dalam hati.

“Aku tidak mengenalinya, karena baru pertama kali aku melihatnya di kafe ini. Tapi kenapa matanya enggan berpaling dan terus memperhatikanku?”

“Ah, tidak peduli lelaki itu siapa, dan apa memang kenal denganku yang penting dia tidak menggangguku.” Cyra lalu fokus menikmati kopi Latte dan croissantnya, melepas tatapannya pada lelaki itu.

Cyra Ramanda, seorang perempuan cantik yang bekerja sebagai manajer di salah satu perusahaan periklanan.

Dia termasuk pengunjung setia Twin Coffee, kafe yang hits di Jakarta Selatan ini. Dirinya hampir setiap hari singgah di kafe ini setelah jam pulang kantor.

Tidak terasa dua jam berlalu, Fandy melukis hampir semua pengunjung kafe ini. Wajah mereka tergambar nyata di buku sketsanya, penyelesaian akhir biar nanti dilakukan di rumah pikirnya.

Harapan Fandy semoga saja salah satu hasil gambar hari ini ada yang berminat atau bisa untuk dijual di tempat dia biasa menjual semua karya lukisan yaitu di kawasan Blok M Square. Tempatnya mencari rezeki selama ini.

Bakat melukis Fandy makin terlihat jelas saat duduk di bangku SMA kelas 1. Kebetulan ada ekstrakurikuler seni lukis di sekolahnya saat itu.

Fandy tidak ingin melewatkan kesempatan yang ada. Semoga bakat melukisnya makin berkembang di sini.

Pak Budi guru seni lukis Fandy saat itu pernah berkata. ”Fandy, Bapak lihat bakat melukismu ada karena beberapa hasil gambarmu bagus. Tingkatkan lagi kemampuanmu itu hingga mahir, percayalah melukis bisa menghasilkan uang suatu saat nanti.”

Fandy hanya heran saat itu, tetapi sekarang terbukti hasilnya sedikit demi sedikit.

Fandy Randistra, seorang pelukis jalanan. Lelaki berparas tampan, agak cuek dalam penampilan, humoris dan romantis, miskin, hidup sebatang kara karena sudah tidak mempunyai orangtua.  

Keduanya wafat karena kecelakaan di jalan tol saat dirinya remaja dan juga dia merupakan anak tunggal. Semangatnya yang selalu optimis, hanya mengandalkan lukisannya untuk mencari nafkah.

Sebenarnya paman dan bibi dari pihak ayah dan ibunya bersedia menanggung biaya hidup dan pendidikannya kala itu, tetapi Fandy menolak, beralasan tidak ingin menyusahkan keluarga besarnya.

Otomatis dia berjuang sangat keras mencari nafkah sejak kelas 1 SMP untuk kehidupan sehari-hari dan sekolahnya.

Masa mudanya banyak dihabiskan di jalan tidak seperti remaja lain seusianya yang bermain game online atau kumpul bersama di kafe.

Fandy menjalani semuanya dengan semangat dan tidak mengeluh. Dia percaya takdir dan nasibnya akan berubah lebih baik di masa depan.

Setelah menghabiskan kopi dan donatnya, Fandy bergegas merapikan buku sketsa dan pensil lalu memasukkannya kembali ke dalam tas punggungnya. Dia melangkah keluar ingin pulang.

Saat dia berjalan di depan meja perempuan itu, tanpa sengaja seorang pelayan yang sedang membawa pesanan kopi menabrak Fandy yang berpapasan dengannya.

Reflek Fandy berusaha menghindar, tetapi tubuhnya justru menimpa perempuan cantik itu dengan posisi diatasnya.

Malangnya, bibirnya menyentuh bibir perempuan cantik ini seperti mengecup. Keduanya merasa terkejut, mata saling menatap seolah terpana satu sama lain.

Fandy memuji dalam hati. ”Betapa indahnya mata dan wajah cantiknya."

Perempuan ini pun membatin. ”Lelaki yang tampan dan mempesona.”

“Bang maaf, boleh bangun sebentar,” ucapnya canggung.

Saat Fandy ingin bangun, perempuan ini menunduk. Tanpa sengaja, bibir Fandy justru mengecup kening dia.

Keduanya kembali terkejut, perempuan ini reflek mendongak kepalanya lagi. Bibir Fandy justru kembali mengecup bibirnya.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!