Suami Montirku Ceo Kaya

Seorang gadis cantik turun dari kendaraan roda empatnya. Dengan pakaian yang serba hitam, Rambutnya tergerak indah. Di atasnya terselampir sebuah kerudung panjang yang di sisi kanannya ia letakkan di bahu sebelah kiri. Tidak lupa kacamata hitam bertengger di hidungnya yang mancung.

Dengan dua buket bunga, Gadis itu melangkahkan kakinya anggun masuk ke area Tempat Pemakaman Umun di kota itu. Dia yang baru saja pulang dari liburan langsung mampir ke tempat dimana dia selalu datang dan mencurahkan semua isi hatinya.

Kakinya kini telah terhenti di depan sebuah makam salah satu keluarganya. Gadis cantik itu berjongkok di depan dua makam yang dimana satunya bernama Cahaya Agung Adiwinata lalu di sebelahnya bernama Aprilia Rahayu.

Di letakkan lah satu persatu buket tersebut di atas makam. Sebelah tangannya kini terangkat mengusap nama itu. Nama yang selalu ia rindukan disaat dia sedang bersedih, Saat dia sedang sendiri, Bahkan disaat orang yang paling ia sayang tak lagi berpihak padanya.

Katanya dia adalah putri dari wanita yang ayahnya cintai. Seharusnya dia bisa merasakan semua kebahagiaan itu kan? Namun..

"Namun sejak dia hadir.. Papa udah gak lagi berpihak ke aku Ma.. Papa lebih membela wanita itu dan anaknya. Bukan-bukan.. Papa selalu percaya dengan apa yang wanita itu katakan. Sementara aku selalu di salahkan.." Setitik air mata menetes. Dengan kasar gadis itu mengusap dengan kasar.

Oke! Dia selalu menangis kalau datang ke makam ini. Tapi saat di hadapan mereka, Pantang baginya untuk meneteskan air matanya. Sejak ia selalu di salahkan dan tak lagi di percaya oleh papanya, Sejak Papanya tak lagi berpihak padanya, Semua nya berubah. Dia menjadi gadis yang penuh dengan sikap antagonis yang suka menyiksa dan menindas orang yang berani bermacam-macam padanya.

"Andai kakak masih hidup, Mungkin aku tidak sendirian.. Mungkin sekarang aku punya teman dan kita saling bisa mencurahkan isi hati kita. Kita akan menjadi saudara yang saling mendukung satu sama lain. Dan kita juga akan lawan mereka bersama.." Ucap gadis itu panjang lebar di hadapan makam bayi yang di beri nama Cahaya Agung Adiwinata.

Gadis itu masih disana, Ia berdoa sejenak kemudian beranjak lalu pergi meninggalkan area makam.

"Kita pulang pak..

"Baik Non.." Mobil mewah itu mulai melaju. Sepanjang perjalanan Gadis cantik itu melihat keluar jendela seolah suasana di luaran sana lebih menarik. Ia tak tahu kenapa ia mau pulang sekarang, Karena sudah cukup lama gadis itu tidak pulang melainkan tinggal di apartemen.

Mobil yang ia tumpangi telah berhenti. Gadis cantik itu pun masuk ke dalam rumah. Semua penjaga yang ada disana menunduk hormat. Meski dia terkenal dengan sikap antagonis nya, Gadis tersebut selalu mendapatkan respon positif dari para pekerja karena pada dasarnya dia adalah gadis cantik yang baik. Semua itu sebelum keadaanlah yang merubah sikapnya.

"Selamat datang Nona Rinjani.."

"Hm.." Hanya itu saja jawabannya. Memangnya mereka mengharapkan apa dari seorang Rinjani.

"Nona.. Akhirnya Nona pulang.." Seorang kepala pelayan mendekat. Tatapannya sangat lembut dan tulus.

"Dimana Papa?" Tanya nya dengan nada datar dan dingin. Wanita yang berusia lima puluh tahunan itu hanya tersenyum.

"Tuan sedang berada di luar kota Non..Katanya ada hal penting.. " Rinjani mengangkat salah satu sudut bibirnya. Memangnya kapan pria itu menganggap pekerjaan tidak penting. Bahkan papanya selalu mengabaikan undangan para kolega bisnis lainnya demi pekerjaannya. Bukankah waktu adalah uang?

"Lalu mereka?

Kepala pelayan itu langsung mengerti siapa yang di maksud Nona nya ini.

"Mereka sedang berada di halaman belakang Nyonya.. Tepat di sebelah kolam renang.." Tanpa mengatakan apapun lagi, Rinjani melangkah menuju ke arah tempat itu dan saudara tirinya berada.

Langkah Rinjani terhenti saat mereka mulai bicara berdua. Dua wanita yang tak menyadari kehadirannya itu bicara panjang lebar. Dengan tenang Rinjani bersembunyi di balik pilar dengan sebuah ponsel yang mengarah ke ara dua wanita yang paling ia benci itu. Kedua tangannya terkepal begitu telinganya mendengar dengan jelas bahwa ada sebuah kenyataan yang baru saja ia dengar.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

"Apa!? Jadi sodara kembar Rinjani masih hidup Ma.." Tanya seorang gadis berusia dua puluh satu tahun yang biasa di panggil Rachel. Sementara wanita di sebelahnya menganggguk. Wanita paruh baya yang biasa di panggil oleh Nyonya Mariana itu bercerita tentang masa lalu yang sebenarnya.

"Iya, Dia masih hidup?

"Lalu? Bayi siapa yang ada di makam itu Ma..

"Bayi itu adalah bayi orang miskin yang punya kelainan. Saat itu, Ibu bayi yang sudah meninggal itu pingsan setelah melahirkan. Wajar sih, Mungkin karena mereka itu miskin makanya gak di layani dengan baik.. Atau bisa jadi gak pernah di periksa pas waktu hamil makanya punya kelainan. Bayi itu kritis dan meninggal. Untuk Papa kamu, Saat itu dia gak ada disini.. Dan saat itulah Mama mulai beraksi.. Mama menyamar sebagai seorang perawat lalu diam-diam menukar bayi orang miskin itu dengan bayi April satunya. Setelah itu membayar salah satu perawat untuk mengatakan kalau sodara kembar Rinjani meninggal. Mama berakting seolah olah menangis histeris.. Karena sebagai sahabat yang baik Mama harus ada di samping April sebelum merebut semuanya termasuk suaminya..

"Tapi apa gak ketahuan ma.. Maksud aku, Bayinya gak mirip gitu..

"Mereka masih bayi.. Dan kebetulan wajah bayi yang sudah meninggal itu sedikit ada kemiripan.. Dan mereka percaya saja.."

"Wah.. Ma.. Berarti kembaran Rinjani di rawat sama orang miskin dong.. Kasihan.. hahaha..

"Iya sayang..

"Tapi sekarang dia ada dimana ma? Gimana kalau misalnya mereka berdua bertemu?

"Itu tidak akan pernah terjadi.. Saat itu Aprilia melahirkan di ibu kota sebelum mereka pindah dan memakamkan bayi mereka di kota ini.. Tapi gak perlu khawatir, Andai mereka bertemu. Mama pastikan kalau semua harta yang ada di rumah ini akan jadi milik kamu..

"Tapi kasihan ya,,Ma.. Dia anak orang kaya harus hidup sama orang miskin.." Rachel begitu antusias sekali.

"Dan satu lagi yang harus kamu tahu..

"Apa Ma..

"Kematian April..

"Kenapa ma? Bukannya dia mati karena penyakit yang di deritanya ya..

"Bukan.. Dia mati karena Mama...

Rinjani menangis di kamarnya. Ia tak menyangka kalau Kepulangannya ke rumah itu membuka tabir fakta. Bahwa sodara kembarnya masih hidup. Kematian mamanya yang katanya mengidap penyakit ganas nyatanya semua itu ulah racun yang selalu di campurkan di makanan dan minuman yang Mama nya konsumsi.

Mata Rinjani menajam, Bukti sudah di tangan. Tapi Rinjani masih butuh bukti yang lainnya. Ia akan bongkar semuanya di hadapan papanya.

"Tapi sebelum itu, Aku harus pergi untuk mencari kakak kembaranku.. Jakarta! Ya, Dia pasti ada di sana..

•

•

•

TBC