NovelToon NovelToon
Menuju Tenggara

Menuju Tenggara

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Diam-Diam Cinta / Karir / Persahabatan / Cinta Murni / Bad Boy
Popularitas:20k
Nilai: 5
Nama Author: nowitsrain

Ganesha percaya Tenggara adalah takdir hidupnya. Meski teman-temannya kerap kali mengatakan kepada dirinya untuk sebaiknya menyerah saja, si gadis bersurai legam itu masih tetap teguh dengan pendiriannya untuk mempertahankan cintanya kepada Tenggara. Meski sebetulnya, sudah menjadi rahasia umum bahwa dia hanya jatuh cinta sendirian.

"Sembilan tahun mah belum apa-apa, gue bisa menunggu dia bahkan seribu tahun lagi." Sebuah statement yang pada akhirnya membuat Ganesha diberikan nama panjang 'Ganesha Tolol Mirella' oleh sang sahabat tercinta.

Kemudian di penghujung hari ketika lelah perlahan singgah di hati, Ganesha mulai ikut bertanya-tanya. Benarkah Tenggara adalah takdir hidupnya? Atau dia hanya sedang menyia-nyiakan masa muda untuk seseorang yang bahkan tidak akan pernah menjadi miliknya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon nowitsrain, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bagian 15

Bermodal bahan bakar full tank, Tenggara mengelilingi Kota Jakarta tanpa arah dan tujuan yang pasti. Mobilnya hanya dibiarkan melaju semaunya. Bergerak sendiri seolah sudah tahu ke mana ia akan pergi.

Di luar, hujan badai sedang berlangsung. Namun, Tenggara sama sekali tidak berniat untuk menepi. Kepalanya terlalu ribut, rasanya seperti ada ribuan koloni lebah yang berputar-putar di sana, mendengungkan suara yang mengganggu sampai-sampai membuatnya menjambak helaian rambutnya sendiri seperti orang kesetanan. Berharap satu persatu koloni lebah itu akan keluar melalui lubang telinga dan hidungnya sehingga kepalanya bisa kembali sunyi.

Sambil menyetir, dia menilik kembali pesan yang Selena kirimkan kemarin malam. Sahabat Ganesha itulah yang memberitahu dirinya keberadaan sang gadis, sekaligus memohon agar kesalahpahaman perihal acara anniversary tempo hari segera diluruskan. Tenggara menyanggupinya dan datang ke Red Devil dengan tujuan agar segalanya membaik, bukan malah menjadi kacau balau seperti sekarang ini.

"Kalau gue tahu akhirnya bakal begini, gue nggak akan datang ke sana, Sha," gumamnya.

Tetapi nasi sudah menjadi bubur. Menyesal beribu kali pun tidak akan berarti karena semuanya sudah terlanjur hancur. Bahkan, Tenggara tidak tahu apakah masih ada bagian-bagian yang bisa mereka perbaiki untuk kemudian bertingkah seperti tidak pernah terjadi apa-apa.

Mendadak, Tenggara merasakan dadanya diimpit sesak. Kakinya secara impulsif menginjak pedal gas lebih dalam, mengemudi secara ugal-ugalan. Tak dipedulikannya jalanan licin yang rawan membuat ban mobilnya selip. Tak pula ambil pusing ketika pengendara motor ugal-ugalan menyerempet spion kanannya sampai baret tidak keruan. Tenggara hanya ingin terus berkelana, ke mana saja asalkan bisa sejenak lari dari ributnya isi kepala.

Namun, berkilo-kilo meter berkendara, mobil Tenggara malah mencapai sebuah titik di mana pertemuan pertamanya dengan Ganesha terjadi. Dan di sanalah akhirnya dia memutuskan untuk menepi.

Gedung Sekolah Menengah Pertama Negeri tempatnya menimba ilmu bertahun-tahun silam itu sudah banyak sekali berubah. Bangunannya yang semula hanya ada dua lantai, kini sudah bertambah menjadi tiga. Halamannya diperluas, pohon-pohon rindang yang dulu hanya ditanam di pinggir area jalan dekat gerbang dan area parkir di halaman belakang, kini sudah bertambah di beberapa spot seperti lapangan upacara depan dan dekat aula pertemuan. Catnya berubah dari semula warna biru muda, kini menjadi perpaduan antara abu-abu tua dan putih tulang. Pagarnya warna hitam, terlihat lebih kokoh dan menjulang.

Perlahan tapi pasti, kenangan dari masa sembilan tahun silam silih berganti keluar dari folder memori. Wajah malu-malu Ganesha ketika dipuji, senyum manis sang gadis saat menerima hadiah balasan untuk kado kelulusan yang dia berikan kepada Tenggara, suara cemprengnya saat menyemangati Tenggara sewaktu tanding bola melawan kelas sebelah, juga derai air mata yang tumpah sewaktu tahu bahwa Tenggara akan melanjutkan SMA di kota yang berbeda.

Dari sekian banyak kenangan yang hadir, Tenggara baru sadar bahwa semuanya hanya berisi soal Ganesha. Semuanya berkaitan dengan gadis itu, entah kenapa ia tidak menyadarinya selama ini.

Resah, Tenggara merebahkan kepalanya di atas kemudi. Beberapa kali menjedotkan-jedotkannya hingga terasa sedikit nyeri dan menyisakan pening.

"Anjing, lah!" geramnya, jelas kepada diri sendiri. Terlampau kalut sampai tidak tahu harus berbuat apa untuk memperbaiki situasi.

Di saat sedang pusing-pusingnya, ponselnya berdenting satu kali. Disambarnya benda pintar itu dari dashboard, hanya untuk menemukan sebaris nomor tak dikenal muncul dari pop up notifikasi. Dahinya mengernyit, namun tetap diketuknya layar dua kali hingga pesan yang masuk ke WhatsApp-nya terbuka dan dia bisa membacanya secara utuh.

Lo di mana? Kita perlu ngobrol berdua--Kafka.

Kafka? Ada keperluan apa anak itu menghubunginya?

Belum juga menemukan respons untuk diberikan, pesan-pesan lain berdatangan. Kafka memberondongnya, seperti kekeuh meminta kepastian.

"Astaga Tuhan...." Tenggara gemas sendiri. Akhirnya, agar spam text dari Kafka berhenti, dia mendial nomor laki-laki itu.

"Ha--"

"Ayo ketemuan! Di kafe gue aja, nanti gue kasih alamatnya!" Lalu terdengar bunyi bip bahkan sebelum Tenggara menjawab.

Speechless. Baru kali ini dia bertemu dengan seseorang yang sangat tidak sopan dan semaunya sendiri. Kalau tidak salah ingat, Kafka hanya satu tahun lebih tua dari Ganesha, itu artinya masih satu tahun lebih muda darinya. Seharusnya, dia bisa mendapatkan perlakuan lebih layak sebagai seseorang yang lebih tua, kan?

"Jancuk!" hardiknya, namun tak urung tetap menyalakan mesin dan mengatur GPS menuju alamat yang Kafka kirimkan.

                                                                                      °°°°°°°°°°

"Mau gue anter pulang apa tunggu Si Bro jemput?"

Tidak dua-duanya! Ganesha tidak ingin pulang sekarang. Dia masih ingin berada di markas dan menikmati kegalauannya sampai tuntas. Tidak masalah kalau Kafka dan Selena mau pergi, toh sedari awal minta diantarkan ke sini, Ganesha memang berniat untuk sendiri.

"Buruan jawab," tagih Kafka. Tampak geregetan dari gerak tubuhnya yang tak bisa diam.

"Gue masih mau di sini," cicit Ganesha. Nyalinya mendadak ciut setelah tidak sengaja membocorkan sedikit insiden yang terjadi kemarin malam. Tidak sampai bagian di mana dia dicium oleh Tenggara, hanya pada momen ketika dia ditolak pagi tadi.

Yah, hanya bagian itu saja sudah bisa membuat Kafka keluar tanduk iblis, apalagi kalau sampai lelaki itu tahu Ganesha ditolak setelah ciuman pertamanya direnggut tanpa sadar? Bisa-bisa hancur bumi ini.

"Nggak ada. Pulang ke rumah, istirahat yang bener." Kafka menegaskan. Ketika lelaki itu mengeluarkan ponsel dan bersiap menelepon, Ganesha tahu perintahnya tidak main-main. Pilihannya betulan hanya dua: pulang sendiri atau dijemput paksa oleh abangnya.

Melenguh panjang, Ganesha bangkit dari sofa, menjatuhkan selimut tebal yang memeluknya erat selama badai berlangsung dan menyambar ponselnya yang mati dari atas meja. "Ya udah, ayo anterin pulang!" rajuknya.

Kafka langsung mengiakan, sementara Selena masih diam di tempatnya duduk tak tahu harus berbuat apa. Beberapa saat lalu, dia juga habis diomeli oleh Kafka karena mengaku sudah menjadi pelaku yang memberitahu keberadaan Ganesha kepada Tenggara. Walaupun sudah menjelaskan bahwa niatnya adalah agar kesalahpahaman di antara Ganesha dan Tenggara bisa segera diluruskan, Kafka tetap tidak mau peduli. Lelaki itu tetap memarahinya, seolah lupa pada apa yang telah mereka lewati di malam yang sama.

Atau mungkin... Itu adalah respons alami yang muncul karena Kafka merasa bersalah pada Ganesha? Karena ia melewati malam yang indah sementara Ganesha ternyata berakhir dicampakkan oleh cinta pertamanya?

"Lo mau ikut sekalian balik atau di sini dulu?"

Selena mengangkat kepala perlahan, berpikir sebentar sebelum menjawab, "Di sini dulu."

Kafka mengangguk, lalu menyeret lengan Ganesha menjauh tanpa mengatakan apa pun.

Sikap Kafka yang demikian membuat Selena kesal. Dia seperti melihat dua orang yang berbeda. Kafka yang semalam dan Kafka yang sekarang, seperti dua kepribadian yang terperangkap di dalam satu tubuh-- membingungkan.

Tetapi pada akhirnya, yang Selena bisa lakukan hanya menghela napas panjang. Bukankah sedari dulu, Kafka memang sepeduli itu pada Ganesha? Apa yang terjadi pada dirinya dan lelaki itu semalam mungkin tidak akan mengubah banyak hal. Kepeduliannya terhadap Ganesha akan tetap sama, dan Selena harus pintar-pintar menekan egonya untuk tidak memunculkan cemburu yang selama ini tersimpan rapat di dalam dada.

"Sadar, Sel, sing eling." Dia mengingatkan diri sendiri. Menepuk-nepuk pelan kedua pipinya. Hanya untuk berakhir bersemu dan salah tingkah sendiri mengingat malam menyenangkan yang dia lewati bersama Kafka.

                                                                                    °°°°°°°°°

Mobil Kafka sudah berhenti sejak dua menit lalu, tetapi Ganesha masih enggan meninggalkan jok penumpang meski abangnya sudah stay di depan gerbang. Gadis itu malah meremas-remas kedua tangan, mendumal tidak jelas sampai membuat telinga Kafka pengang.

"Buruan turun, gue mau balik lagi ke markas jemput Selena," suruhnya. Tak tanggung-tanggung, dia sampai membantu melepaskan seatbelt dan membuka pintu dari tempatnya duduk.

Namun, sebagai respons atas service yang dia berikan, Kafka malah menerima geplakan maut di lengan.

"Sakit, anjing!" serunya nyaring. Ia tahu suaranya sampai ke luar mobil ketika abangnya Ganesha menaikkan sebelah alis dan mulai berkacak pinggang.

Oh, ini menyebalkan. Kafka berharap lelaki itu mau melangkah sedikit dan menggendong paksa adiknya yang cerewet mampus ini keluar dari dalam mobilnya. Namun, yang lelaki itu lakukan hanyalah diam menunggu di depan gerbang seperti anjing peliharaan yang setia menanti sang majikan pulang.

"Buruan turun, Nesh," desisnya. Mata sipitnya melotot. Dia pikir seram, padahal tidak.

"Sabar!" Ganesha balik membentak. Sewot, gadis itu mendorong tubuh Kafka menjauh dan turun dari mobil dengan langkah mengentak-entak. Pintu mobil didorong keras, berdebam. Kemudian gadis itu berlarian menerobos gerimis tipis yang masih berjatuhan.

Setelah memastikan Ganesha masuk ke dalam rumah bersama abangnya, Kafka kembali tancap gas. Satu pesan teks masuk ketika dia sampai di perempatan jalan menuju jalan raya. Datangnya dari Tenggara, mengabarkan bahwa lelaki itu sudah tiba di kafe dan sedang menunggu di area parkir.

Kafka membalas dengan sepotong kata ok, lalu menginjak pedal gas semakin dalam. Inilah saatnya mengakhiri semuanya--cinta pertama tai kucing yang Ganesha emban sendirian.

Bersambung...

1
Dewi Payang
Para memang kesalnya si Kafka ke Tenggara😂
Dewi Payang
Ga senggol donk si Kafka, apa dia masih punya tenaga buat marahi lo😅
Dewi Payang
Biarin lecet, tar beli lagi ya Ga, yang pening bisa ikut nginap😂
Weh, Kafka jengkel setengah mampus inu😅
Dewi Payang
Ampun dijay😂
Dewi Payang
Ini maah Kafka cari ribut😅
Dewi Payang
Kafka dilawan😅
Zenun
mamam tuh Tengg. Puas banget dibalikin begitu
Zenun
ngapa emang? suka-suka dia atuh😁
Zenun
Nanti kalo lo balik lagi ke tengg, tu laki bakal ngulur lagi. Caya dah
nowitsrain: Yee khan
total 1 replies
Zenun
dengerin tuh baik-baik ya
nowitsrain: Au deh kupingnya kebuka apa enggak tu
total 1 replies
Zenun
kenapa kafka gak ditengah aja
nowitsrain: Mabok dia kalau di tengah
total 1 replies
Dewi Payang
Gwe suke gaya lo Kaf😅
Dewi Payang: Ya ampyun, tapi kali ini lo memang keren👍🏻👍🏻
nowitsrain: Kafka: Harus suka, lah, kan gue keren 😎
total 2 replies
Dewi Payang
Wih... kaya bapaknya Nesha aja🤭
Dewi Payang: Kaya begitu😅😅
nowitsrain: Iya ya, bapak kandungnya aja au deh tuh ke mana wkwk mungkin Tuhan kirim Kafka emang biar jadi sosok yang menggantikan peran bapaknya
total 2 replies
Dewi Payang
Lasaiiiinnnn......
Dewi Payang: 😂😂😂😂😂
nowitsrain: Kasian kasian kasiann
total 2 replies
Dewi Payang
Cakiiiiiit ya Ga.....
nowitsrain: Biar tau rasaaaaa. Itu mah belum seberapa
total 1 replies
Dewi Payang
Tak lama, fans gak lagi segalanya....
nowitsrain: Betulllll
total 1 replies
Dewi Payang
Wkwk😄
Dewi Payang
Bagus lo nyadar
Dewi Payang: Rasanya pengen hajar si Tenggara klo kumat² lagi🤭
nowitsrain: Kalau lagi sadar ya sadar, kalau kumat ya bikin orang lain naik darah
total 2 replies
Dewi Payang
Luar biasa carenya Kafka sama Selenna👍🏻
nowitsrain: Rill sahabat sejati
total 1 replies
Dewi Payang
Entah kenapa, aku berharap Ganesha jual mahal kali ini🙈
Dewi Payang: Harus ya Nes😔
nowitsrain: Ihhh harusnya yaaa.
total 2 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!