Apa jadinya jika seorang gadis bar-bar yang punya keahlian bela diri dan mampu mempergunakan berbagai macam senjata dengan baik, tiba-tiba tersedot pusaran waktu saat dirinya terjerembab pada lubang sumur yang dalam di tengah hutan saat dikejar oleh gangster.
Bukannya mati, tapi Aurora Valencia justru masuk ke dunia lain.
Di mana dia menemukan seorang lelaki berpakaian layaknya seorang pangeran sedang merintih kesakitan akibat luka di sekujur tubuhnya dan matanya.
Mata sosok pangeran itu mengeluarkan darah bagaikan telah ditusuk benda tajam yang mengakibatkan kebutaan permanen.
"Apakah ada orang, tolong aku." Ucap lelaki yang bernama Dexter Douglas dengan nafas terputus-putus.
Di waktu yang sama Aurora menemukan benda aneh berwujud seperti potongan kaca tapi saat disentuh, tubuh Aurora tersedot masuk ke dalam kaca yang ternyata terdapat sebuah ruangan luas penuh dengan hal-hal ajaib di dalamnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Erchapram, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Mengacau Di Istana
Perjalanan dari Gunung ke Istana, yang seharusnya menjadi perjalanan membosankan. Tidak berlaku pada pasangan pengantin baru yang sedang hangat-hangatnya.
Mereka semakin mesra, semakin membuat prajurit pemilik kuda merasa muak.
"Mereka berdua itu siapa sebenarnya? Benarkah mereka pelayan Kuil Tua?" Tanyanya berwajah masam, pasalnya harus duduk bersempitan dengan Pendeta Agung.
"Ya, mereka berasal dari Kerajaan tetangga yang kebetulan seorang pengembara. Berhubung Kuil butuh pelayan, makanya saya pekerjakan saja mereka berdua. Jangan iri hati, mereka itu pasangan pengantin baru wajar jika mesra-mesraan. Toh kamu juga bisa bermesraan dengan istrimu di rumah nanti." Ucap Pendeta Agung.
"Mana bisa, Istana sedang sibuk."
"Ya sudah lain kali juga bisa, makin jarang makin merindu. Jadi makin mesra saat bertemu." Ucap Pendeta santai tapi mengena.
Akhirnya mereka tiba di Istana. Hiruk pikuk para pelayan menjadi pemandangan yang pertama Aurora lihat. Istana sudah dihias sedemikian rupa, seolah akan ada perhelatan yang akan menjadi sejarah tak terlupakan.
Tentu saja otak licik Aurora seketika bekerja, dia tersenyum tipis. Benar-benar sangat tipis sampai hanya dia sendiri yang tahu. Tapi kepekaan Dexter lebih tinggi daripada yang orang lain tahu.
"Apa kamu sedang merencanakan sesuatu?" Tanya Dexter tanpa melihat istrinya.
"Tentu saja, bukankah tujuan kita datang untuk membuat sejarah baru."
"Asal kamu tetap dalam pantauanku, jangan bertindak gegabah yang bisa membongkar identitas kita lebih cepat." Ucap Dexter memperingati istri barunya.
"Pangeran tenang saja, percayalah padaku. Aku akan mencari bukti tentang pembunuhan yang dilakukan Pangeran Louis. Dan semua fitnahan yang dihembuskannya. Serta keterlibatan Selir Lusiana dalam semua rencana mereka." Ucap Aurora.
Pendeta Agung memasuki Istana Raja, Dexter dan Aurora sengaja mengekor. Semua ini karena Aurora yang penasaran dengan rupa Pangeran Louis.
"Aku ikut masuk ke dalam, penasaran seperti apa wajah Borokokok yang punya mulut tukang fitnah." Ucap Aurora saat mereka masih berada di depan gerbang Istana.
"Borokokok apalagi Aurora?" Tanya Dexter.
Pasalnya sejak bersama gadis itu, Dexter sudah sering mendengar istilah atau nama-nama yang aneh.
Menghiraukan omongan suaminya, Aurora langsung berjalan meninggalkan Dexter yang terbengong di samping kuda milik prajurit.
"Hei... Buta! Cepat sana pergi, istrimu sudah masuk ke dalam. Dasar manusia jelek, beruntung sekali kamu punya istri secantik itu."
Dada Dexter bergemuruh hebat, bukan karena marah disebut manusia jelek. Tapi karena dia penasaran secantik apa istrinya, sehingga sudah banyak yang memberi pujian terhadap Aurora.
Dan karena itulah, kini kobaran dendam terhadap Louis semakin membesar, Dexter ingin membalas semua yang pernah diterimanya mulai dari fitnahan sampai rencana pembunuhan setelah menganiayanya.
Dexter ingin sembuh, dia ingin mencari cara supaya kedua matanya bisa kembali melihat cahaya dunia. Lebih penting dari itu, Dexter ingin bisa melihat kecantikan Aurora.
"Apakah sama cantiknya dengan aurora di Kutub Selatan?" Gumam Dexter.
"Selamat datang di Istana Raja." Suara seorang wanita terdengar lantang.
"Siapa yang bersama Anda ini?"
Itu adalah suara Selir Lusiana. Wanita yang tidak tahu diri yang menganggap dirinya perempuan hebat. Hanya karena bisa menjerat Raja. Ya, Lusiana berasal dari kasta rendah yang dinikahi karena budi.
Waktu itu Raja Dalbert Douglas tengah bersembunyi dari kejaran musuh. Tubuhnya penuh luka karena kalah saat melawan puluhan orang pengkhianat.
Tidak sengaja, Raja masuk ke rumah orang tua Lusiana yang saat itu masih belum menikah. Lusiana terkejut saat pagi hari bangun tidur mendapati pria tergeletak bersimbah darah di sekujur tubuhnya. Hingga sejak hari itu, Lusiana dengan telaten mengobati Raja Dalbert. Apalagi, Lusiana tahu siapa laki-laki yang ada di rumahnya.
Hingga akal licik dia mainkan. Di malam hari sebelum kepulangan Raja Dalbert, Lusiana memberikan ramuan pada sajian makan malam mereka. Hingga akhirnya hasrat kelelakian Raja bergejolak karena Lusiana berhasil menggodanya. Mereka melakukan hal yang terlarang, dan sesuatu yang bisa dikatakan sebagai aib yang sangat memalukan. Tapi Lusiana pandai playing victim.
Sehingga saat kedua orang tua Lusiana memergokinya di pagi hari, dia berperan sebagai seorang korban. Yang diambil mahkotanya secara paksa. Padahal saat Raja Dalbert melakukannya, milik Lusiana sudah jebol gawangnya. Tidak ada yang tahu karena dia pintar memutar balikkan fakta. Demi nama baiknya dan Kerajaan, akhirnya Lusiana diangkat sebagai selir.
Awalnya Ratu Dianira menolak dipoligami. karena seperti Dexter, Raja Dalbert sudah pernah bersumpah untuk setia. Tapi setelah Raja menjelaskan alasannya, mau tidak mau Ratu menerima. Meskipun dalam kenyataannya dia tidak seikhlas itu menerima seorang madu. Apalagi Selir Lusiana semenjak dinyatakan hamil, selalu terkesan ingin menguasai. Bukan hanya suami, tapi kedudukan.
Tapi, ada yang aneh dengan kelahiran Louis. Karena dia lahir hanya 7 bulan dari awal Raja Dalbert menikahi Selir Lusiana. Meskipun begitu, Pangeran Louis lahir dengan tubuh sehat tidak nampak jika dia adalah bayi prematur.
Pertanyaan yang pernah disanggah oleh seorang Tabib Istana, bahwa memang Selir Lusiana melahirkan bayi prematur.
Tapi, Ratu Dianira tidak pernah percaya hal itu hingga sekarang. Apalagi semenjak remaja, Louis tidak pernah mau akur dengan Dexter. Tapi di hari hilangnya Dexter, justru Ratu Dianira yang sangat terlihat kecewa atas semua perbuatan putra kandungnya itu. Sehingga pada akhirnya, Ratu mendukung menobatan Louis sebagai Putra Mahkota pengganti Dexter.
"Pendeta Agung? Kenapa Anda membawa dua orang gembel ke Istana. Bukankah Anda tahu, esok hari adalah hari bersejarah untuk putraku. Selain upacara pernikahan, juga akan ada penobatan Louis sebagai Putra Mahkota yang akan menggantikan Raja. Jadi, sebaiknya Anda suruh pulang mereka berdua. Benar-benar merusak pemandangan saja." Ketus Selir Lusiana.
"Tapi, mereka berdua adalah pelayanku. Yang akan membantu prosesi upacara. Jika tidak ada mereka berdua, saya akan kesulitan dan keteteran. Mohon untuk Selir Lusiana mengerti. Biarkan saja mereka mengikuti saya. Toh juga itu tidak mengganggu." Ucap Pendeta Agung seolah membela.
"Tetap awasi mereka! Jangan sampai mencuri makanan." Ucap Selir Lusiana.
Dalam hati Aurora bersungut-sungut.
"Aku memang tidak akan mencuri makananmu, tapi aku akan merampok semua yang ada di Istana. Sehingga cita-citamu membuat pernikahan Louis bersejarah akan menjadi kenyataan. Dunia akan tahu, jika pernikahan Pangeran Louis hancur tanpa makanan."
"Awas kalian, jangan buat masalah di Istanaku." Ancam Selir Lusiana.
"Dih dia ngaku-ngaku, dasar wanita sinting." Aurora ngomel-ngomel.
"Sudah jangan didengarkan, kendalikan emosimu. Ingat misi kita." Peringat Dexter.
"Iya... Iya... Dia sangat menyebalkan. Sekarang bagaimana caraku menemukan bukti. Andai ponselku tidak terjatuh di sumur waktu itu." Gumam Aurora.
"Kita beraksi malam nanti, apakah kamu bisa membuat ramuan tidur?"
"Ramuan tidur, maksudnya Pangeran apa? Semacam obat bius begitu ya?"
"Ya mungkin seperti itu namanya. Buat seluruh penghuni Istana terlelap. Dan kita akan bereaksi dengan lebih leluasa, karena aku punya rencana yang lebih besar lagi."
"Kamu sedang tidak berencana menemui Putri Diandra diam-diam kan? Awas saja." Aurora mode cemburu.
"Untuk apa aku temui wanita lain, sedangkan sekarang aku punya wanita yang bisa aku apa-apain." Jawaban ambigu Dexter membuat Aurora sangat kesal setengah mati.
"Apa kalau pria telat nikah emang gitu ya, mesum sekali. Dari kemarin itu mulu yang dibahas, Pangeran otak kamu masih waras kan?" Ucap Aurora meledek.
Siang hari, Dexter dan Aurora masih sibuk membantu Pendera Agung. Menyiapkan banyak hal untuk ritual acara pernikahan Louis dan Diandra. Sementara Selir Lusiana mengawasi dari jauh dengan mata penuh waspada.
"Sepertinya aku tidak asing dengan pria itu? Tapi siapa ya?" Gumam Selir Lusiana mencurigai Dexter.
"Selir Lusiana, kamu sedang apa?"
Ratu Dianira datang dengan langkah anggun, wajah kebangsawanan terlihat jelas. Jenjang sosial yang memang timpang, jika dibandingkan dengan Selir Lusiana. Karena Ratu Dianira adalah putri dari Raja di Kerajaan lain.
"Tidak ada, oh ya kebetulan Anda datang ada yang ingin saya tanyakan." Ucap Selir Lusiana.
"Tanyakan saja, memangnya ada apa?"
"Apa Anda benar-benar merelakan posisi Putra Mahkota menjadi milik Louis putra kandungku bersama Raja?" Tanya Selir Lusiana memancing emosi Ratu Dianira dengan tujuan lain. Yakni ingin menjatuhkan wibawa Ratu.
"Tentu, memangnya apa yang harus aku takutkan dengan penobatan ini." Ucap Ratu Dianira tenang tapi ada waspada yang dia sembunyikan.
"Bukankah jika putraku menjadi Putra Mahkota maka aku akan diangkat sebagai Ratu bukan lagi Selir. Itu artinya posisi Anda tergeser." Ucap Selir Lusiana semakin berani.
"Oh... Mungkin kamu lupa Selir Lusiana, kalau begitu biar aku ingatkan sekali lagi posisi kamu. Aku Ratu pilihan rakyat yang dicintai tidak hanya oleh rakyat."
"Tapi suamiku pun mencintai diriku. Bukan seseorang yang sengaja menjebak, memanfaatkan kelemahan seorang pria beristri. Seperti apa yang sudah kamu lakukan pada Raja Dalbert, suamiku. Meskipun aku tidak punya bukti, aku tahu jika malam kejadian adalah rencana busuk yang sengaja kamu lakukan untuk bisa panjat status sosial." Ucap Ratu Dianira.
Wajah Selir Lusiana berubah pucat, dia pikir jika rencananya berjalan mulus tanpa ada ayang curiga. Tapi ternyata Ratu Dianira mengetahuinya. Kedua tangan Selir Lusiana mengepal. Dalam hati dia mengumpat kasar.
"Jika aku bisa menyingkirkan Putramu, maka akan lebih mudah menyingkirkanmu. Karena hanya ada aku satu-satunya Ratu." Gumam Selir Lusiana.
Langit sudah mulai menggelap, udara dingin menyapa manusia di Bumi. Aurora masuk dalam ruang ajaib. Di sana dia meramu obat tidur sesuai permintaan Pangeran Dexter. Tapi bukan obat untuk diminum, melainkan berbentuk asap yang dia tiup dengan batang pohon pepaya. Hanya beberapa saat, seluruh penghuni Istana tertidur lelap tanpa terkecuali.
"Waktunya merampok." Ucap Aurora gembira.
Seluruh bahan makanan, masakan yang sudah matang, buah, bunga bahkan semua dekorasi Aurora obrak abrik.
Tidak hanya itu, tapi juga pakaian pengantin kedua mempelai. Bahkan mahkota Putra Mahkota Aurora ambil.
"Bukankah aku sangat baik hati. Membantu Pangeran Loius dan Putri Diandra menjadi sejarah tak terlupakan."