NovelToon NovelToon
Gadis Somplak Milik Cassanova

Gadis Somplak Milik Cassanova

Status: tamat
Genre:Romantis / Komedi / Tamat / Nikahkontrak
Popularitas:17.8M
Nilai: 4.9
Nama Author: Rita Tatha

Memergoki sepasang manusia yang sedang bercinta, membuat Kumala Rasya Putri—Kurap—harus terjerat sebuah perjanjian konyol dengan lelaki itu. Pandu Nugraha Andaksa—Panu—harus menahan emosi setiap kali berhadapan dengan Rasya yang begitu menguji kesabarannya.

Lantas, akankah mereka terjebak dengan sebuah pernikahan seperti kisah novel pada umumnya? Atau akan ada kejutan luar biasa yang mampu membuat kedua orang itu saling jatuh cinta?

Mau tahu jawabannya? Baca kisah ini dan jangan lupa beri dukungan.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rita Tatha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

21

Pandu berdiri dengan cemas di depan pintu kamar mandi. Ingin sekali dia mengetuk dan bertanya bagaimana keadaan Rasya. Namun, lidah Pandu mendadak seperti orang bisu, dan dia hanya terdiam seperti orang bodoh dengan tangan terlipat di depan dada.

"Ba—" Tubuh Pandu menegang saat melihat Rasya hanya memakai handuk sebatas dada dan atas lutut. Paha putih Rasya terpampang dengan jelas mampu membuat tubuh Pandu merasa panas dingin.

"Om! Kenapa masih di sini?" tanya Rasya heran. Namun, Pandu tidak menjawab, justru terlihat menelan ludahnya kasar. Rasya belum menyadari kalau dirinya hanya memakai handuk saat ini. "Om! Woy!" Rasya melambaikan tangan di depan wajah Pandu.

Melihat Pandu yang tidak terusik sama sekali, Rasya menelisik arah pandang Pandu. Mata Rasya membelalak saat melihat tubuhnya yang hanya terbalut handuk.

"Gila!"

Brak!

Suara pintu yang ditutup kencang membuat tubuh Pandu terlonjak. Kesadaran lelaki itu kembali, sedangkan Rasya sudah kembali masuk ke kamar mandi.

"Om! Pergi dulu, aku enggak bawa baju ganti!" teriak Rasya dari dalam. Pandu yang sudah merasa canggung pun, akhirnya memilih pergi dari sana dan menunggu di ruang tamu. Rasya kembali memanggil Pandu, dan setelah tidak mendapat jawaban sedikit pun, Rasya akhirnya keluar dan berlari menuju ke kamar.

Rasya mengunci pintu kamar lalu berdiri di depan cermin hanya memakai dalam*n saja. Dia melihat tubuhnya yang sudah bentol-bentol. Rasya pun menabur bedak gatal ke seluruh tubuhnya.

"Asem bener si om! Kukira dia sudah pulang, eh ternyata masih di sini, lihat kepolosanku pula," gerutu Rasya. Bibir gadis terus saja bergerak dan sesekali mengumpati Pandu.

***

"Anda baik-baik saja, Tuan?" tanya Arga. Dia merasa heran saat melihat raut wajah Pandu yang tampak gelisah.

"Ga, apa gadis itu baik-baik saja?" Pandu justru melontarkan sebuah pertanyaan yang membuat bibir Arga tertarik dan membentuk senyum simpul.

"Saya yakin kalau Nona Rasya pasti baik-baik saja. Anda mengkhawatirkannya, Tuan?" sarkas Arga. Pandu tergagap.

"Tidak! Untuk apa aku mengkhawatirkan dia," kilah Pandu.

"Dia siapa, Om?"

Suara dari arah belakang berhasil mengalihkan perhatian mereka. Melihat Rasya yang sudah berdiri di ambang pintu, Pandu pun bergegas bangkit berdiri dan mendekati gadis itu. Tatapan Pandu menelisik seluruh tubuh Rasya yang tampak putih terkena taburan bedak.

"Jangan lihatin gitu, Om. Aku takut Om jadi napsu sama aku." Tangan Rasya menyilang di depan dada seolah melindungi aset berharganya.

"Aku tidak akan napsu sama bocah kecil sepertimu!" elak Pandu. Padahal bayangan paha putih Rasya begitu mengusik pikirannya hingga membuat sesuatu yang mendesak di bawah sana.

"Jangan panggil aku anak kecil, Om. Sekalinya aku buka baju, aku yakin Om bakalan panas dingin," ucap Rasya ceplas-ceplos.

"Bisakah kamu tidak berbicara sevulgar itu!" protes Pandu. Sorot matanya tampak begitu tajam.

"Jangan melotot gitu, Om. Ntar kalau mata Om jatuh, jadi kaya setan. Hihihi." Rasya tertawa seperti kuntilanak hingga membuat bulu kuduk Pandu meremang.

"Kamu jangan gila!" Pandu berusaha menutupi kegugupannya saat Rasya mengetahui dirinya takut dengan setan.

"Ya, aku emang gila, Om. Gila karena mencintaimu, Pangeranku." Rasya menggerakkan telapak tangan di depan wajah Pandu seolah seperti saat sedang membaca puisi. Pandu memalingkan wajahnya yang sudah merona merah. Mendengar ucapan Rasya barusan, membuat Pandu menjadi salah tingkah sendiri.

"Ciee, yang lagi ge-er. Gombalin dikit aja langsung tersipu malu-malu," ledek Rasya, membuat raut wajah Pandu mendadak kesal. "Jangan turunin citra dingin Om sebagai seorang CEO, biar enggak pasaran kaya di novel-novel, Om." Rasya menaik-turunkan alisnya, menggoda Pandu yang sudah memasang wajah datar lagi.

"Aku laper, mau makan. Om mau makan sama apa? Mumpung lagi lengkap, nih. Soto, rendang, ayam geprek, ayam kecap ...."

"Memang ada makanan?" tanya Pandu menyela.

"Ada, Om. Jangan kuatir, ibu udah siapin paket lengkap kok." Rasya berbicara dengan sangat yakin. "Jangan kelamaan mikir, Om. Mau makan sama ap—"

"Ayam geprek saja," sahut Pandu memotong ucapan Rasya.

"Baiklah. Kalau Kak Arga?" Rasya beralih menatap Arga yang sedari tadi hanya diam.

"Soto saja, Nona. Sepertinya kuah soto sangat segar," balas Arga. Rasya menunjukkan tanda 'oke' dengan jari, lalu berjalan masuk ke dapur.

"Kenapa wajah Anda masam sekali, Tuan?" tanya Arga heran. Pandu tidak menjawab, hanya mendengkus kasar karena hatinya terasa memanas saat Rasya memanggil Arga dengan sebutan kakak.

Dua lelaki itu pun menunggu dengan sabar di ruang tamu. Sebenarnya, Pandu sudah tidak sabar dan ingin menyusul ke dapur, tetapi dia terlalu malu untuk melakukan itu. Dia harus menjujung tinggi harga dirinya.

Hampir lima belas menit menunggu, tetapi Rasya tidak juga muncul padahal perut Pandu sedari tadi terus saja berdendang. Di saat Pandu hendak menyuruh Arga untuk masuk, di saat itu pula Rasya keluar dengan membawa nampan. Namun, mata Pandu membelalak saat melihat isi dari tiga mangkok di atas nampan.

"Kenapa mie instan?!" tanya Pandu setengah berteriak.

"Ish! Mukanya biasa aja, keless. Ini rasa ayam geprek buat Om Panu dan ini soto kari buat Kak Arga." Rasya menaruh mangkok tersebut di depan kedua lelaki yang saat ini hanya diam melongo.

"Mie instan itu tidak baik untuk kesehatan!" Pandu meradang, tetapi Rasya tidak peduli dan tetap melahap mie yang masih mengepulkan asap panas.

"Sesekali boleh kok, Om. Pas lagi genting gini. Daripada telat makan, ntar sakit maag." Rasya mengambil secentong nasi dan memasukkan ke mangkok hingga membuat isinya sampai meluber.

"Kamu kecil-kecil kenapa makannya seperti kuli?" tanya Pandu tidak percaya.

"Aku emang kuli, Om. Kulihat cinta dari tatapan matamu."

"Uhuk uhuk." Pandu tersedak ludahnya sendiri.

1
ayu hendrayani
marjan ya kaleee😀😀😀😀
ayu hendrayani
😀😀🤣🤣🤣🤣
watashi tantides
Rasya Kurap kamu kuat banget klo aku dah sakit hati dah😭🙏
watashi tantides
Anjay dar der dor niat nya mau jadi babu eh malah di suruh jadi menantu orang kaya wow KURAP🫰😘
watashi tantides
Anir bisa bisanya nama panjang di singkar KURAP & PANUAN 😭🤣
watashi tantides
Kurap kebanyakan baca novel kek aku😘
watashi tantides
Anjimlah kurap lawak🤣😭
Uniqueen
gimana mau ninggalin rasya kalo ga sampai sehari udah kangen/Facepalm/
Deni Susanti
🤣🤣🤣🤣🤣🤣,,anjirrrr aturrrr bikin bengekk,
Deni Susanti
ya Allah turrr,sampe bengek aku ketawa turr🤣🤣🤣
Deni Susanti
aduh sakit perut ku turrr ku,ketawa dri tadi,,,😂😂
Deni Susanti
lanjutt turr, penasaran SM cerita nya,
Muchamad Ridho
🤣🤣🤣🤣🤣
Asih Sudarsih
/Facepalm/
Muji Lestari
CEO kok jarang krja di rumah teros thorr
elis farisna
Luar biasa
Rhustam Menma
dah lah kacau/Facepalm//Facepalm//Joyful/
MAYZATUN 🥰🥰🥰al rizal
PANDU RASYA🤣🤣🤣🤣
Iin Uniah
😂🤣😅 kocak banget
H
😂😂😂😂
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!