NovelToon NovelToon
Reinkarnasi Jadi Bebek

Reinkarnasi Jadi Bebek

Status: sedang berlangsung
Genre:Fantasi Timur / Reinkarnasi / Sistem / Perperangan / Fantasi Wanita / Fantasi Isekai
Popularitas:1.6k
Nilai: 5
Nama Author: yuyuka manawari

Siapa sangka, kematian konyol karena mesin penjual minuman bisa menjadi awal petualangan terbesar dalam hidup… atau tepatnya, setelah hidup.

Ketika bangun, ia bukan lagi manusia, melainkan seekor bebek rawa level 1 yang lemah, basah, dan jadi incaran santapan semua makhluk di sekitarnya.

Namun, dunia ini bukan dunia biasa. Ada sistem, evolusi, guild, perang antarspesies, bahkan campur tangan Dewa RNG yang senang mengacak nasib semua makhluk.

Dengan kecerdikan, sedikit keberuntungan, dan banyak teriakan kwek yang tidak selalu berguna, ia membentuk Guild Featherstorm dan mulai menantang hukum alam, serta hukum para dewa.

Dari seekor bebek yang hanya ingin bertahan hidup, ia perlahan menjadi penguasa rawa, memimpin pasukan unggas, dan… mungkin saja, ancaman terbesar bagi seluruh dunia.

Karena kadang, yang paling berbahaya bukan naga, bukan iblis… tapi bebek yang punya dendam..

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon yuyuka manawari, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Chapter 12: Evolusi Gagal?

Persyaratan untuk Evolusi Tercapai]

[Prosesu penyesuaian sedang berlangsung…]

[Harap bersiap. Evolusi akan dimulai dalam 24 jam]

Aku terperanjat.

“Kwek?! Evolusi? Sekarang?” Gumamku dalam hati.

Tubuhku bergetar kecil, bulu-buluku berdiri seakan aliran listrik mengalir di dalamnya. Sejenak aku menunduk, mencoba menyembunyikan ekspresiku.

“Pemimpin?” suara Titi memecah hening, matanya bulat memandangku. “Kenapa kau tiba-tiba diam?”

“Apa ada yang salah?” tambah Poci, gelisah.

Sementara Zaza menatapku tajam. “Kau terlihat… aneh. Matamu barusan seperti kosong.”

Aku menelan ludah. Mereka tidak tahu… sistem ini hanya bicara padaku.

“Tidak… tidak ada apa-apa. Hanya lelah,” jawabku cepat.

Tapi tubuhku tetap memancarkan aura aneh, dan tentu saja mereka merasakannya.

[Status tubuh Anda sedang dikalibrasi. Kenaikan kekuatan sementara: +10% ke seluruh atribut]

Aku merasakan tenagaku bertambah, napas jadi lebih lega, tapi juga berat.

“Kwek…!” aku tak bisa menahan seruan pelan, membuat ketiga bebek itu semakin curiga.

“Apa-apaan itu?!” Titi melompat mendekat, paruhnya hampir menyentuh wajahku. “Pemimpin mengeluarkan cahaya! Kenapa?”

Aku melirik buluku yang samar-samar bersinar redup, nyaris tak terlihat tapi cukup jelas di malam rawa.

“Ini…” aku berhenti, tidak tahu harus berkata apa. “Mungkin… tubuhku sedang berubah.”

“Berubah?!” Poci bergetar, bulunya berdiri. “Apa maksudmu? Jangan bilang kau akan meledak!”

Zaza hanya terdiam, tapi matanya penuh tanya. Dia jelas menyadari sesuatu yang lebih besar sedang terjadi.

Aku menarik napas dalam, lalu berkata setenang mungkin.

“Percayalah. Apa pun yang terjadi, jangan panik. Aku… akan menjadi lebih kuat.”

Mereka bertiga masih bingung, tapi melihat tatapanku yang mantap, akhirnya mereka saling berpandangan dan mengangguk, meski penuh tanda tanya.

[Evolusi akan dimulai saat pengguna tertidur]

Aku masih bisa merasakan getaran samar dari tubuhku, tapi harus menutupi rasa panik ini. Kalau terlalu jelas, mereka pasti makin curiga. Jadi aku cepat-cepat mengalihkan perhatian.

“Kwek… Poci,” aku menoleh. “Apa kau sudah menemukan makanan hari ini?”

Poci yang dari tadi menatapku cemas langsung terlonjak kecil. “Ah, iya! Aku sempat kumpulkan beberapa biji-bijian di tepi rawa tadi. Tidak banyak… tapi cukup untuk kita semua.”

“Bagus,” kataku singkat, berusaha terdengar biasa.

Titi mendengus sambil melirik Zaza. “Eh, dengar itu, Zaza. Kau sibuk berlari-larian tadi, sampai lupa mencari makanan.”

“APA?!” Zaza langsung meloncat, bulu di lehernya sedikit mengembang. “Hei, aku tadi latihan untuk jadi lebih kuat! Kalau bukan aku, siapa yang akan jaga kalian dari ancaman?”

“Kwek! Tapi perut juga ancaman, tahu!” sahut Titi, ikut-ikutan meninggi suaranya.

Aku bisa mendengar suara mereka makin keras, hampir seperti mau adu paruh.

“Cukup, cukup!” Poci buru-buru menengahi, paruhnya menepuk-nepuk tanah. “Kalian berdua… jangan ribut dulu. Makan dulu biar tenang, setelah itu mau latihan atau apa pun terserah.”

“Kwek… tapi dia mulai duluan!” Titi menunjuk Zaza dengan sayapnya.

“Aku cuma membela diri!” Zaza balas melotot.

Aku menutup mata sebentar, menahan tawa. Rasanya… riuh mereka justru membuat hatiku hangat.

“Sudahlah,” aku akhirnya bicara. “Kita semua lelah hari ini. Makan sedikit, lalu istirahat. Besok kita butuh tenaga lagi.”

...----------------...

Setelah makan malam, kami duduk berdekatan sekadar mengobrol santai. Obrolan awalnya benar-benar acak, mulai dari siapa yang paling cepat berenang, sampai siapa yang paling banyak makan hari ini.

Namun lambat laun, pembicaraan kami bergeser ke arah yang lebih serius.

Poci, yang memang dikenal sebagai bebek paling banyak berpikir di antara ketiganya, tiba-tiba angkat bicara. Kepalanya sedikit menunduk, sorot matanya ragu.

“Pemimpin, apakah nanti manusia itu akan datang lagi?” tanyanya pelan.

Aku ikut menunduk, mengingat kembali kejadian siang tadi. “Aku tidak tahu,” jawabku singkat.

Namun, suara dingin dari sistem langsung terdengar di kepalaku.

[Kemungkinan besar manusia akan kembali sangatlah tinggi]

Aku menarik napas, lalu melanjutkan ucapanku dengan nada lebih mantap.

“Dilihat dari sikap dan perilakunya terakhir tadi, sepertinya dia akan kembali lagi.”

Poci langsung terbelalak, bulu-bulunya sedikit mengembang karena kaget. Titi yang duduk di sampingnya ikut terkejut, matanya membesar. Mereka berdua serempak menanyakan hal yang sama.

“Lalu apa yang harus kita lakukan nanti?”

Sebelum aku sempat menjawab, Zaza sudah mendahului. Ia menegakkan tubuhnya dengan bangga, dadanya membusung.

“Ada aku di sini, tenang saja,” ucapnya penuh percaya diri.

Titi langsung mendengus, matanya menyipit. “Sombong.”

Poci cepat-cepat ikut menimpali. “Iya, sombong sekali.”

Zaza yang tadinya terlihat percaya diri kini malah salah tingkah. Wajahnya memerah, sayapnya bergerak gelisah.

“A-aku tidak sombong, aku h-hanya ingin menjaga ka-kalian,” katanya terbata-bata.

Aku yang duduk di sebelahnya tersenyum kecil, lalu menepuk pelan sayapnya.

“Bagus-bagus. Sesama anggota harus saling menolong. Kita kan keluarga.”

Zaza terdiam sesaat, lalu mengulang dengan suara pelan. “Keluarga…”

Poci menegakkan lehernya, suaranya lantang. “Kita keluarga!”

Titi yang selalu jadi pengikut setia langsung ikut bersuara. “Kita keluarga!”

Kemudian mereka tertawa, begitupun diriku.

Setelah cukup lama, aku mengangkat suara agar mereka fokus lagi.

“Yosh! Karena kalian sudah bersemangat, aku akan menjelaskan sedikit apa yang akan kita lakukan ke depannya.”

Mereka bertiga langsung menoleh bersamaan. Poci dan Titi menunggu serius, sementara Zaza sudah bisa menebak arah pembicaraan ini karena sebelumnya ia sempat mengalaminya bersamaku.

“Baik, Pemimpin. Apa yang harus kita lakukan?” tanya Poci.

Aku berdiri tegak di hadapan mereka, menatap satu per satu dengan mantap.

“Karena kita harus mewaspadai ancaman dari hewan lain, bahkan dari manusia… kita harus latihan,” ucapku dengan senyum penuh tekad. “Besok, Guild Featherstorm akan berlatih menjadi yang terkuat.”

Tepat setelah ucapanku, sistem berbunyi nyaring. Panel transparan berwarna emas muncul di depan mataku.

[Quest Utama Aktif: Menjadi Guild Terkuat]

[Bangun kekuatan, rekrut anggota, dan kuasai wilayah untuk menjadi guild paling berpengaruh di dunia ini.]

Aku menatap panel itu dengan mata membelalak, lalu perlahan tersenyum. Ada rasa bangga sekaligus gugup yang sulit digambarkan.

[Sub-Misi Baru Terbuka]

Malam pun terus bergulir. Setelah cukup lama berbincang, kami akhirnya berbaring di tempat masing-masing. Poci memilih dekat pohon besar, Titi tidur dengan posisi menyender ke tubuhku, sementara Zaza sedikit menjauh tapi tetap dalam jangkauan pandang.

Tiba-tiba dunia sekelilingku lenyap. Yang tersisa hanyalah ruang gelap tak berujung. Dari kegelapan itu, muncul cahaya biru redup yang berdenyut perlahan, seperti jantung raksasa yang berdegup.

Ding!

Suara khas sistem terdengar jelas di kepalaku.

[Evolusi Aktif]

[Spesies Bebek Semi-Ksatria Level 13 Tercapai]

[Evolusi tersedia]

Dua lingkaran cahaya muncul di hadapanku, satu berwarna putih keemasan, satu lagi hitam pekat dengan semburat merah.

“Apa ini…”

[Pilihan Evolusi]

[Bebek Ksatria – Fokus pada pertahanan dan kehormatan. Mendapatkan peningkatan besar pada daya tahan tubuh, kekuatan fisik, dan keterampilan perlindungan]

[Bebek Iblis – Fokus pada serangan dan intimidasi. Mendapatkan peningkatan besar pada kekuatan serangan, keterampilan destruktif, dan kemampuan aura kegelapan]

“Mengingat dari awal tujuanku adalah menjadi manusia setengah bebek iblis, kemungkinan besarnya aku harus memilik bebek iblis tersebut.”

Pada saat aku memilih bebek iblis, sistem sekarang muncul.

[Apakah anda ingin menerimanya?]

Tubuhku yang masih terlelap bergerak sedikit, paruhku membuka menimbulkan suara pelan.

“...Ya… saya terima…”

[Konfirmasi Berhasil – Avatar bernama XXXX Berevolusi Menjadi Bebek Iblis]

[Protokol Keamanan → Diaktifkan]

[Update Data Avatar → Kedalam Data-Base]

[12%]

[45%]

[Intervesi Data Terganggu → Kembali Update]

[…]

[Job Tersembunyi Dibuka —]

Suara sistem tiba-tiba terdengar tidak stabil, seperti suara patah-patah yang pecah di telinga.

[19%]

[40%]

[89%]

[100%]

[Berhasil]

[Individu Bernama XXXX Berhasil Berevolusi Menjadi Bebek Iblis]

Pagi harinya, aku kira akan menjadi sosok menyerupai raja iblis yang mempunyai aura pekat kegelapan, ternya aku masih di wujud bebek lucu dan mungil.

Kepalaku menoleh ke kanan dan kiri. Tempatku beristirahat semalam kini sepi. Sarang seadanya dari rerumputan kering yang kubuat masih utuh, tapi tidak ada tanda-tanda tiga bebek lainnya. Perasaan waspada sempat muncul, namun segera menghilang saat aku menajamkan pandangan ke arah rawa terbuka.

Di kejauhan, kulihat Zaza, Titi, dan Poci. Mereka tidak menghilang. Rupanya sedang sibuk mencari makanan. Gerakan tubuh mereka terlihat gesit meski sederhana. Zaza sibuk menyibakkan air dangkal dengan paruhnya, Titi mengejar capung yang terbang rendah, sementara Poci berdiri agak di tengah, seakan mengawasi dua temannya yang terus bergerak.

Aku menghela napas lega, lalu tersenyum tipis. “Rajin sekali mereka,” ucapku pelan, sambil memperhatikan ketiganya dengan seksama.

Sedikit lebih jauh, aku menyaksikan adegan kecil yang cukup menghibur. Zaza dan Titi tampak saling menantang, mengepakkan sayap sambil beradu paruh. Poci yang berdiri di tengah berusaha menghadang mereka, seakan ingin menghentikan pertarungan itu.

Dari tempatku, pemandangan itu terlihat lucu dan ringan, kontras dengan apa yang kurasakan semalam ketika sistem memintaku memilih evolusi.

Namun rasa penasaran segera menguasai pikiranku. “Lupakan itu sebentar… kenapa aku belum berevolusi, sistem?”

Kali ini suaraku jelas, kuucapkan dengan hati-hati karena jarak kami cukup jauh, dan aku yakin mereka tidak akan mendengarnya.

[Evolusi tidak instan]

Aku mendesah pelan, paruhku bergerak kecil. “Bukannya aku sudah memilih jadi bebek iblis semalam? Kenapa sampai sekarang aku belum berevolusi?”

Jawaban lain segera muncul.

[Proses aktivasi memerlukan syarat tambahan]

Alisku mengernyit, meski dalam bentuk bebek ekspresi itu lebih berupa gerakan kepala yang sedikit miring.

“Syarat tambahan? Perasaan kemarin tidak disebutkan begitu.”

[Benar]

Aku menghela napas lagi, kali ini lebih dalam. “Kalau begitu, syaratnya apa? Cepat beritahu aku. Aku sudah tidak sabar ingin berevolusi.”

[Memerlukan peningkatan level untuk membuka Evolusi]

Aku terdiam sejenak, lalu menatap ke arah tubuhku sendiri. “Aku harus naik level lagi, begitu?” tanyaku untuk memastikan.

[Benar]

Aku menundukkan kepala, paruhku menyentuh rumput basah. Perasaan berat muncul di dadaku.

“Sepertinya akan ada masalah besar lagi kalau harus menunggu level naik,” bisikku pelan.

Ketiga bebek sudah mendekat sekarang. Zaza yang paling heboh sudah mengibas-ngibaskan sayap seolah pemanasan.

“Lihat, lihat, aku bisa seperti kemarin lagi.”

Tubuhnya berlari cepat ke depan lalu menusuk lumpur dengan paruh, menghasilkan suara

Plak!

Aku mengangguk kecil, tapi pikiranku masih kacau soal evolusi.

“Bagus, Za… bagus…,” jawabku malas

Titi yang ceria ikut bersuara, “Kwek! Zaza hebat banget ya, nanti bisa jagain kita kalau ada musuh.”

Tiba-tiba Zaza membalikkan badan dengan gaya sok garang. “Heh, tentu aja! Kwek! Aku bakal jadi pembunuh bayangan! Tak ada musuh yang bisa kabur dari Zaza!”

“Jangan ngomong ngeri gitu, Za…,” sahut Poci dengan nada tenang sambil mengunyah akar rawa yang entah darimana dia dapat. “Lagipula, kalau semua cuma latihan tapi nggak makan, bisa tumbang duluan. Kwek.”

Aku melirik Poci, agak tersenyum. “Poci, ada makanan cukup buat semuanya?”

Poci menelan kunyahannya dulu, lalu mengangguk. “Ada, aku sudah kumpulkan bersama Titi dan Zaza.”

Titi tiba-tiba mendekat kepadaku. “Eh, pemimpin, kenapa keliatannya murung? Tidak seperti biasanya.”

Aku terdiam sebentar, lalu tersenyum tipis. “Nggak apa-apa, Cuma capek sedikit.”

Zaza langsung nyeletuk dengan wajah masam, “Hah! Jangan-jangan kamu iri sama aku ya, Kwek? Karena aku punya skill keren?”

Aku menatapnya datar. “…Mimpi aja kamu.”

Ketiganya tertawa cekikikan, suasana jadi agak cair. Tapi dalam hatiku tetap gelisah. Sistem tadi malam jelas bilang evolusi dikunci, cuma butuh peningkatan level. Itu artinya… sesuatu yang buruk bisa terjadi kapan saja.

Tiba-tiba Poci mendongak, paruhnya sedikit terbuka. Ia seperti baru ingat sesuatu.

“Pemimpin,” ucapnya, nada suaranya agak ragu. “Tadi kami bertemu dengan ayam jago.”

Aku refleks menoleh penuh ke arahnya. “Ayam jago?” tanyaku, memastikan apa yang kudengar benar.

Poci mengangguk pelan. Tatapannya sedikit gugup, tapi matanya tidak berbohong.

Titi ikut menimpali, suaranya lebih tenang. “Iya, dari wajahnya sepertinya dia tidak menyukai kita.”

Ucapan itu membuat bulu-buluku meremang. Dalam hati aku bergumam lirih, jangan-jangan kapten Kokok lagi?

Aku menarik napas. “Terus gimana?” tanyaku, kali ini suaraku lebih serius.

Zaza yang sejak tadi diam langsung menyeringai lebar, matanya menyipit penuh percaya diri.

“Untung ada aku, pemimpin. Dia sepertinya takut kepadaku.” Suaranya keras, nyaring, seperti sedang menantang dunia.

Poci cepat-cepat menambahkan, kali ini dengan suara lebih tegas. “Tidak, pemimpin. Dia langsung pergi setelah melihat kita. Dan ayam jago tersebut tidak sendirian, dia bersama dengan beberapa angsa.”

Aku bergumam pelan, hampir hanya untuk diriku sendiri, “Apakah itu geng-gengnya yang dikatakan dulu?”

Aku akhirnya menghela napas, mencoba menjaga wibawa di depan mereka. “Terima kasih sudah melapor. Kalian bertiga beristirahatlah dulu. Aku mau sedikit melihat sekitar,” kataku dengan nada tegas.

Poci dan Titi mengangguk hampir bersamaan. Zaza sempat mendengus keras, tapi akhirnya juga mengangguk sebelum berbalik dan berjalan menjauh.

1
Anyelir
kasihan bebek
Anyelir
wow, itu nanti sebelum di up kakak cek lagi nggak?
yuyuka: sampai 150 Chap masih outline kasar kak, jadi penulisannya belum🤗
total 1 replies
Anyelir
ini terhitung curang kan?
yuyuka: eh makasi udah mampir hehe

aku jawab ya: bukan curang lagi itu mah hahaha
total 1 replies
POELA
🥶🥶
yuyuka
keluarkan emot dingin kalian🥶🥶
FANTASY IS MY LIFE: 🥶🥶🥶🥶🥶🥶🥶🥶🥶🥶🥶🥶🥶🥶
total 1 replies
yuyuka
🥶🥶🥶🥶
Mencoba bertanya tdk
lagu dark aria langsung berkumandang🥶🥶
yuyuka: jadi solo leveling dong wkwkwkw
total 1 replies
Mencoba bertanya tdk
🥶🥶
FANTASY IS MY LIFE
bro...
Mencoba bertanya tdk
dingin banget atmin🥶
FANTASY IS MY LIFE: sigma bgt🥶
total 1 replies
FANTASY IS MY LIFE
ini kapan upnya dah?
yuyuka: ga crazy up jg gw mah ttp sigma🥶🥶
total 1 replies
Leo
Aku mampir, semangat Thor🔥
yuyuka: makasi uda mampir
total 1 replies
Demon king Hizuzu
mampir lagi/Slight/
yuyuka: arigatou udah mampir
total 1 replies
Demon king Hizuzu
mampir
yuyuka: /Tongue/
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!