NovelToon NovelToon
SLEEP WITH MR. MAFIA

SLEEP WITH MR. MAFIA

Status: sedang berlangsung
Genre:Dokter / Action / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / Duda / Roman-Angst Mafia
Popularitas:12.2M
Nilai: 5
Nama Author: Mae_jer

Damian, lelaki yang dikenal dengan julukan "mafia kejam" karena sikapnya bengis dan dingin serta dapat membunuh tanpa ampun.

Namun segalanya berubah ketika dia bertemu dengan Talia, seorang gadis somplak nan ceria yang mengubah dunianya.

Damian yang pernah gagal di masa lalunya perlahan-lahan membuka hati kepada Talia. Keduanya bahkan terlibat dalam permainan-permainan panas yang tak terduga. Yang membuat Damian mampu melupakan mantan istrinya sepenuhnya dan ingin memiliki Talia seutuhnya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mae_jer, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Chapter 17

Setibanya di rumah sakit, Talia kembali menjadi kuat. Ia berusaha kabur lagi dari Jason dan Zaka. Jarum suntik selalu ada dalam bayangannya di saat dia datang ke gedung tempat orang sakit ini dalam keadaan sakit.

"Eitss, mau kabur ke mana lagi bocah?  Ayo masuk." Jason menahan tangan sang adik keluar dari mobil lalu menariknya ke dalam rumah sakit. Zaka ikut turun dari kursi sopir, memberikan kunci ke petugas di depan rumah sakit yang biasanya membantunya memarkir mobilnya.

Zaka menggeleng-geleng kepala sembari tertawa kecil melihat Talia yang masih saja bersikeras mau kabur. Tiap gadis itu demam dan di paksa ke rumah sakit, pasti akan selalu ada drama seperti ini antara kakak beradik itu. Jason yang pemaksa demi kesehatan adiknya, dan Talia yang tidak mau di periksa karena alasan jarum suntik.

Ketika mereka mencapai pintu masuk lift menuju lantai atas, Talia panik. Ia menggigit lengan Jason yang terlindungi oleh jas rumah sakit lengan panjang.

"Oh, sudah berani gigit-gigit kakak kamu sekarang hmm?" Jason menatap adiknya lama, di saat Talia hendak kabur lagi, pria itu kembali menggendongnya di bahu.

"Kak Zaka tolong! Aku di culik sama pangeran kegelapan!" Seru Talia dramatis. Beberapa orang yang ada di dalam lift menatapnya keheranan kemudian mulai bisik-bisik.

"Diamlah, sebelum orang-orang mengira kau adalah pasien dengan riwayat sakit jiwa di rumah sakit ini." Jason mengatakan kalimat itu dengan santai. Zaka terkekeh karena setelah Jason mengatakan itu Talia langsung diam, menampilkan wajah cemburutnya.

Setibanya di lantai yang dituju, Jason masih dengan santai menggendong Talia seperti membawa karung beras. Talia terus berusaha memberontak, tapi usahanya sia-sia.

"Kak Jason, aku bisa jalan sendiri, turunin!" gerutu Talia sambil memukul-mukul punggung kakaknya.

Jason tidak peduli.

"Kakak tahu kamu bisa jalan. Masalahnya, kamu juga bisa kabur."

Talia semakin kesal.

"Aku janji nggak akan kabur lagi!"

Jason menatapnya dengan tatapan datar.

"Janji? Kakak sudah mendengar janji yang sama ratusan kali sejak kamu kecil. Maaf, tapi seorang Jason nggak akan tertipu lagi."

Zaka yang berjalan di belakang mereka hanya bisa tertawa kecil melihat interaksi kakak beradik itu. Bahkan dia sudah hafal dengan sifat Talia. Sesampainya di depan kamar rawat khusus, Jason akhirnya menurunkan Talia dengan hati-hati.

"Kalau kau coba lari lagi, kakak akan mengikatmu di ranjang rumah sakit," ancam Jason menatap adiknya tajam.

Talia mendengus, mengusap lengannya yang terasa pegal setelah ditahan begitu lama. Kepalanya kembali terasa pusing.

"Terserah kakak saja deh," gumamnya pasrah.

Mereka masuk ke dalam kamar, dan seorang perawat langsung menyambut mereka.

"Dokter, kami sudah menyiapkan infusnya seperti yang dokter perintahkan di telpon tadi." perawat itu menatap Jason dan Zaka bergantian.

Talia langsung merinding mendengar kata "infus". Ia mundur selangkah, tapi Jason sudah memegang bahunya erat.

"Tidak ada kabur lagi, Talia. Duduk," kata Jason tegas.

"Aku nggak perlu infus! Aku bisa sembuh sendiri!" Talia berusaha melepaskan cengkeraman Jason, tapi Zaka ikut maju dan menahan bahunya dari sisi lain.

"Talia, tenanglah. Ini hanya sebentar, demammu tinggi sekali, kalau dibiarkan bahaya. Bekerja samalah, oke?" bujuk Zaka dengan nada lembut.

"NGGAK!" Talia meronta makin kuat, tubuhnya memberontak seolah sedang menghadapi musuh bebuyutannya. Perawat di dalam situ sampai kaget dengan teriakan keras Talia. Untuk tidak jantungan.

Jason dan Zaka saling berpandangan. Gadis ini benar-benar tidak berubah sejak kecil. Jason menghela napas panjang, sementara Zaka menahan tawa melihat betapa keras kepalanya Talia.

Perawat yang menunggu di samping mereka hanya bisa terdiam, tampak sedikit bingung harus berbuat apa.

"Aku nggak butuh infus! Kak Zaka, tolong akuu!" Talia menatap Zaka dengan wajah memohon, berharap pria itu bisa membantunya keluar dari situasi ini.

Namun, Zaka hanya tersenyum kecil dan mengangkat bahunya.

"Maaf, Talia. Kali ini aku harus berpihak pada kakakmu."

Mata Talia membelalak.

"Dasar pengkhianat! Hmph!"

Zaka terkekeh.

Saat Talia hendak memberontak lagi, Jason menghela napas, lalu dengan satu gerakan cepat, ia meraih tubuh adiknya dan mendudukkannya di ranjang dengan paksa.

"Oke, cukup dramanya," ujar Jason dengan nada tenang tetapi tegas.

"Dengar, Talia. Kamu nggak akan bisa kabur. Kakakmu ini nggak akan membiarkanmu semakin sakit. Papa dan mama juga. Jadi tolong, bekerja samalah sekarang. Jangan bandel."

Talia mendengus, lalu melirik infus yang sudah disiapkan perawat. Rasa takutnya masih ada, tetapi tubuhnya yang semakin lemas membuatnya tidak punya pilihan lain.

"Dasar pembunuh mental orang. Orang fobia jarum malah di kasih jarum! Di mana keadilan di dunia ini?!" Serunya dramatis sampai perawat wanita itu hampir pecah tertawa. Adiknya Jason ini memang cukup terkenal di rumah sakit karena kehebohan dan kelucuannya.

Jason mengacak rambut adiknya dengan gemas.

"Nggak ada yang adil di dunia ini adik nakalku." balasnya. Talia mencebik. Tubuhnya makin lemas.

Perawat segera mendekat dan mulai memasangkan infus di tangan Talia. Gadis itu memejamkan mata erat-erat, berusaha mengabaikan sensasi jarum yang menusuk kulitnya.

Setelah selesai, Jason melipat tangannya di dada dan menatap Talia dengan puas.

"Sudah, kan? Nggak sakit kayak yang kamu bayangkan, kan?" tanyanya.

Talia melirik ke arah infus di tangannya dan mendecak pelan.

"Hanya sang Maha Pencipta yang tahu gadis secantik, selucu dan sebaik aku sangat menderita sekarang ini." kata Talia menunjukkan raut wajah sedihnya yang di buat-buat.

Zaka dan Jason tertawa. Si perawat juga.

"Berbaringlah. Kakak sudah memberimu obat penurun demam. Kau akan tertidur setelah  ini."

"Hufftt ..." Talia menghembuskan nafas panjang lalu berbaring seperti yang dikatakan oleh kakaknya. Tubuhnya memang sudah terasa lebih lemah dari yang tadi.

"Dokter, setelah ini kalian masih ada operasi." si perawat mengingatkan.

Jason melirik ke jam tangannya kemudian mengangguk.

"Dua jam lagi periksa kembali apakah demamnya sudah turun atau belum. Kalau dia sudah bangun, berikan dia bubur rumah sakit." Kata Jason menunjuk ke Talia. Matanya mulai tertutup.

"Baik dok."

Kedua dokter yang seumuran dan sahabatan itu pun keluar dari ruangan tersebut di ikuti oleh si perawat.

Tak lama setelah mereka pergi, ada yang masuk.

Damian.

Pria itu masuk perlahan, meraih kursi yang ada di sana dan duduk di tepi ranjang. Menatap Talia lama. Sangat lama. Gadis itu sudah tertidur.

"Jadi kau takut jarum suntik?" gumamnya pelan lalu tertawa kecil.

Tangannya terulur, menyentuh pelan punggung tangan Talia yang tertusuk jarum infus. Bibirnya menyunggingkan senyum kecil.

"Bahkan saat tidur pun kau tetap terlihat menyebalkan," gumamnya, tapi nada suaranya terdengar lebih lembut dari biasanya.

"Lebih anehnya lagi, aku suka melihat semua tingkahmu yang menyebalkan ini."

Damian menghela napas pelan, jari-jarinya masih menyentuh tangan Talia yang terasa hangat. Matanya menelusuri wajah gadis itu yang kini tampak tenang dalam tidurnya.

"Apa kau ingin tahu, Talia? Aku mulai terbiasa dengan kehadiranmu," bisiknya lirih.

Ia tersenyum kecil, lalu bersandar di kursinya, tetap memperhatikan Talia.

1
Wine Wins
sueeee ngegantung halunya🤭
Sri Aminah
nahhhh 🙈
Sri Aminah
maksa om Matt 🤣
Dwi Winarni Wina
Dasar modus om matt aja ingin ngajarin kara😀dasar bocil orgasme aja gak tahu harus diingatkan lagi sm om matt....
tahunya santen kara orgasme itu pipis tp enak🤣🤭
kara sangat menikmati sentuhan om matt sampai mendesah keenakan, kali ini om matt tidak mau gagal lagi kara memanjakan om matt biar gak sakit kepala🤣🤭

hati-hati kara dan om matt nanti ketahuan ethan salahpaham, mending jujur aja sm ethan suka sm kara....
Daripada ethan tahu dari org lain, tamat riwayatmu matt, ethan sangat percaya padamu bisa menjaga dan melindungi ponakan kesayangannya....
Atik Marwati
🤪🤪🤪🤪🤪
Atik Marwati
🥰🥰🥰
Fitria Syafei
Waduh di gantung 😩
kiya
detik2 menuju kepuasan om mattt
Sena Safinia
harus smp gol MLM ni om Matt semangat hahahaha pnsrn jadinya reaksi santen klo sudah gol sdh jdi pinter apa blm ..... hahahaha ngakak mmg baca lucu gemes gregetan hahahaha
Tuti Tyastuti
𝚊𝚙𝚊 𝚢𝚐 𝚒𝚗𝚒 𝚐𝚊𝚐𝚊𝚕 𝚖𝚊𝚗𝚒𝚗𝚐🤣🤣
Bundanya Pandu Pharamadina
lanjut
Ipehmom Rianrafa
lnjuut 💪💪💪
westi
🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹
Miss Typo
jadi penasaran berhasil kah atau mlh gagal lagi , kasihan bgt deh om Matt kalau gagal lagi, pusing sakit kepala atas bawah 🤣
Miss Typo
gagal lagi gak ya 🤣
Aurel Bundha
lanjut 🥰🥰🥰🥰 semangat
Tuti Tyastuti
𝚒𝚒𝚑𝚑𝚑 𝚘𝚖 𝚖𝚊𝚝𝚝😂😂
Tuti Tyastuti
𝚊𝚢𝚘 𝚕𝚘𝚑 𝚖𝚊𝚝𝚝 𝚍𝚊𝚖𝚒𝚊𝚗 𝚍𝚊𝚑 𝚌𝚞𝚛𝚒𝚐𝚊 𝚝𝚞𝚑😁
Maharani Rani
hahaha🤣🤣🤣ampunn thorrr
sum mia
belum Kara....baru juga di hisap dadanya , kalau nanti kamu sampai keluar tentu dengan jari dan lidah Matt kamu pasti orgasme . dasar.... Kara nih malu-malu kucing , malu tapi mau .

lanjut terus kak semangat moga sehat slalu 😍😍😍
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!