NovelToon NovelToon
CEO Dingin-Ku Mantan Terindah-Ku

CEO Dingin-Ku Mantan Terindah-Ku

Status: sedang berlangsung
Genre:Nikahmuda / Duda / CEO / Office Romance / Mantan
Popularitas:22.6k
Nilai: 5
Nama Author: Rere ernie

Nadira tak pernah menyangka bekerja di perusahaan besar justru mempertemukannya kembali dengan lelaki yang pernah menjadi suaminya tujuh tahun lalu.

Ardan, kini seorang CEO dingin yang disegani. Pernikahan muda mereka dulu kandas karena kesalahpahaman, dan perpisahan itu menyisakan luka yang dalam. Kini, takdir mempertemukan keduanya sebagai Bos dan Sekretaris. Dengan dinginnya sikap Ardan, mampukah kembali menyatukan hati mereka.

Ataukah cinta lama itu benar-benar harus terkubur?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rere ernie, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Chapter — 22.

Dokter masuk dengan koper kecil, wajahnya terlihat profesional. Ardan langsung menuntunnya masuk, sementara Nadira berdiri kaku dengan senyum kecut.

“Silakan periksa istri saya, Dok. Katanya sakit perutnya cukup parah,” ujar Ardan dengan nada serius.

Dokter pribadi yang sudah di briefing Nyonya Rarasati melirik sekilas ke arah Nadira, lalu pura-pura membuka koper. “Baik, mari kita periksa dulu.”

Nadira makin panik. Ya Tuhan… kalau dia betulan periksa, aku ketahuan!

Wanita itu pun berbaring di ranjang.

Tiba-tiba dokter batuk kecil, lalu bicara dengan nada formal. “Sakit perut seperti ini biasanya akibat… hm, stres. Nyonya Nadira terlalu banyak menahan beban pikiran, itu bisa memengaruhi kondisi lambung. Apalagi saya dengar dari Assisten Tuan Ardan, jika belum lama ini... Nyonya Nadira baru saja operasi kanker Lambung.“

Ardan mengernyit. “Jadi bukan penyakit serius?”

“Tidak,” jawab si dokter mantap, bahkan sambil tersenyum tipis ke arah Nadira. “Mungkin cukup dengan banyak istirahat, makanan sehat, dan… ditemani suami dengan penuh perhatian.”

Nadira sampai hampir tersedak ludah sendiri. Ardan pun menoleh ke arah istrinya itu dengan tatapan yang entah kenapa terasa… nakal.

“Kau dengar itu? Ternyata obatmu ya… aku.” Ucapnya datar, tapi ujung bibirnya terangkat tipis.

Nadira langsung salah tingkah. “Eh… ya… mungkin begitu,” balasnya terbata-bata.

Dokter menutup koper, lalu buru-buru pamit sebelum tawa kecilnya pecah. Asisten Ardan ikut keluar, menyisakan pasangan itu dalam keheningan yang canggung.

Suasana kamar kembali sunyi setelah dokter dan asisten keluar. Nadira duduk di tepi ranjang, wajahnya masih merah padam karena ucapan dokter tadi. Ardan bersandar di sofa, matanya menatap Nadira dengan intens.

Nadira memberanikan diri bersuara, “Jadi… kamu percaya sama kata dokter tadi?”

Ardan menoleh, wajahnya datar tapi matanya menyiratkan sesuatu yang dalam. “Ya, aku percaya. Dia bilang, kamu sakit karena stres. Dan stres-mu… ya karena aku, kan?”

Nadira tercekat, ia ingin menyangkal tapi pada akhirnya ia hanya mengangguk pelan. “Iya, kamu benar. Aku stres karena aku terlalu takut kehilangan kamu lagi, Mas.”

"Mas...???" sebelah alis Ardan terangkat.

Wajah Nadira memerah, dia sedang berusaha melembutkan hati suaminya.

Ardan terdiam, lalu berdiri dan berjalan mendekat. Ia duduk di samping Nadira, jarak mereka hanya sejengkal. Kehangatan tubuh pria itu membuat Nadira sulit bernapas normal.

“Kalau begitu, aku yang harus menebus semuanya.”

Nadira menoleh, matanya membesar. “Menebus…?”

Ardan tersenyum lembut, senyum yang jarang sekali ia tunjukkan. “Dengan jadi obatmu, obat yang harus kau minum setiap hari. Jadi… mulai malam ini, kau nggak boleh lagi pura-pura sakit kalau cuma mau perhatianku. Tinggal bilang langsung padaku.”

Pipi Nadira terasa semakin panas, jantungnya berdentum tak karuan. Ia menunduk, namun suara kecilnya masih mampu terdengar jelas.

“Kalau begitu… mulai malam ini, aku ingin Mas suami terus menjadi obatku.”

Ardan mengerjap lalu mendekat, napasnya hangat menyapu kulit Nadira. Jemarinya terangkat, mengangkat dagu istrinya agar menatap mata kelamnya.

“Kalau aku jadi obatmu... kau siap menerima dosis dari suntikanku yang tak akan kubatasi malam ini?” suaranya rendah, sarat hasrat.

Nadira tercekat, tapi tubuhnya justru merespons lebih jujur daripada mulutnya. Tatapannya bergetar, namun senyuman malu di bibirnya menjawab lebih dari sekadar kata. Imajinasi tentang bagaimana Ardan akan menyalurkan “obatnya” membuatnya nyaris kehilangan napas.

Ia tak sempat mengalihkan pandangan ketika Ardan menunduk, bibirnya menyapu lembut sudut bibir istrinya. Ciuman itu semula perlahan, namun berubah menuntut seiring detik yang berlalu. Nadira terhanyut, tubuhnya melemas sekaligus bergelora di bawah sentuhan suaminya.

“Mas…” bisiknya nyaris tak terdengar, seakan memohon sekaligus menyerah.

Ardan menelusuri wajahnya dengan kecupan singkat lalu berbisik di telinga Nadira, suaranya dalam dan penuh gairrahh.

“Malam ini... biarkan aku menjadi obat yang menyalurkan segala dosisnya langsung ke dalam tubuhmu.”

Dada Nadira naik-turun, napasnya memburu. Tatapan mereka bertemu, tatapan yang sarat keinginan dan tak ada lagi jarak di antara keduanya.

Tangan Ardan melingkari pinggang wanita itu, menarik tubuh Nadira hingga benar-benar melebur dalam pelukannya. Derasnya hasrat, menyalakan bara dalam setiap sentuhan keduanya.

.

.

.

Sementara itu, Claudia masih menahan malu di ruang rias. Wajahnya pucat, make-up berantakan karena amarah. Namun di tengah kekesalannya, sebuah ide muncul.

“Aku harus balikkan keadaan. Mereka pikir aku dipermalukan? Tidak! Aku akan bikin gosip baru!” gumamnya.

Malam itu... dengan senyum penuh kelicikan, Claudia meraih ponselnya. Ia membuat sebuah akun anonim, lalu menyusun kata-kata yang menusuk tajam. Unggahan itu menyebut Nadira sebagai wanita penggoda, perusak hubungan orang lain dengan berusaha merebut calon suami orang.

Keesokan paginya, suasana perusahaan Ardan berubah menjadi gaduh. Pintu utama dipenuhi para wartawan yang haus berita. Kamera-kamera diarahkan, mikrofon saling berebut dan pertanyaan-pertanyaan tajam dilemparkan tanpa henti.

Nadira berhasil menghindar, namun tatapan para pegawai menusuk lebih kejam daripada kilatan kamera. Bisik-bisik terdengar di setiap sudut ruangan, jari-jari menunjuk ke arahnya. Sebutan pelakor bergema, seolah menjadi label yang ditempelkan di dahinya.

Ardan pun tak luput dari tekanan, para dewan direksi mengepungnya dengan wajah muram. Laporan saham pagi itu menunjukkan grafik yang anjlok tajam, akibat skandal yang beredar. Tekanan semakin memuncak, mereka menuntut satu hal... Nadira harus dipecat dari posisinya sebagai sekretaris.

Dan di saat genting itu, Claudia datang. Wajahnya tampak menyedihkan, seolah-olah ia adalah korban terbesar dalam badai ini. Wartawan segera mengerubutinya, dan sebagian dari mereka yang ternyata sudah wanita itu bayar melontarkan pertanyaan-pertanyaan yang makin memperburuk keadaan.

Claudia tersenyum samar di balik topeng kesedihannya. Semalam harga dirinya dihancurkan Ardan, maka hari ini ia pastikan giliran Ardan yang jatuh terpuruk. Namun, bila Ardan bersedia meminta maaf padanya di hadapan publik, ia akan dengan murah hati menyebutkan bahwa unggahan di media sosial hanyalah gosip tak berdasar.

Sebuah perang harga diri pun dimulai dan kali ini, Claudia yakin ia sedang memegang kendali.

Namun tiba-tiba, situasi berbalik arah.

Sebuah berita mengejutkan menyeruak di media daring, lalu menyebar bak api yang menyambar ladang kering. Isinya mengguncang... rekam jejak kelam Claudia dan ayahnya akhirnya terbongkar.

Seorang saksi lama yang selama ini bungkam, akhirnya angkat bicara. Ia mengungkap bahwa Ayah Claudia-lah yang bertahun-tahun lalu menghancurkan perusahaan milik Ayah Nadira. Fakta itu membuat opini publik mendadak berbalik, menyorot Claudia sebagai dalang kegelapan di balik tragedi keluarga orang lain.

Belum cukup di situ, muncul pula wawancara dengan seorang manajer restoran. Dengan suara bergetar, manajer itu mengaku pernah menerima bayaran dari Claudia untuk merekayasa insiden dengan menuduh seseorang.

Manajer itu mengatakan jika Claudia melakukannya demi menghancurkan hubungan Ardan dan seorang perempuan di masa lalu, tanpa menyebut-nyebut nama Nadira sebagai istri Ardan. Pengakuan itu direkam jelas oleh media, menjadi bukti tak terbantahkan bahwa Claudia bukan korban melainkan pelaku.

Sekejap saja, citra Claudia runtuh. Wartawan yang tadi mengelilinginya berbalik menodongkan pertanyaan pedas, menuntut penjelasan. Dari wajahnya yang semula tampil sendu penuh kepura-puraan, kini tergurat kepanikan yang tak lagi bisa ia sembunyikan.

Dan untuk pertama kalinya, permainan yang ia bangun sendiri... berbalik menyerang dengan kekuatan yang jauh lebih dahsyat.

Tak jauh dari kerumunan wartawan yang kini mendesak Claudia dengan pertanyaan-pertanyaan tajam, berdirilah Nyonya Rarasati. Sorot matanya dingin, senyum tipis terukir di bibirnya yang menyimpan kepuasan yang tak berusaha ia sembunyikan.

"Hmph! Begitulah akibatnya jika kau terus bermain licik, Claudia. Kau pikir kesabaranku bisa terus kau uji tanpa konsekuensi?!"

Nyonya Rarasati menegakkan tubuhnya, anggun namun berbahaya, seolah setiap langkahnya mampu mengguncang siapa pun yang menghalangi. Tatapannya mengiris tajam ke arah Claudia yang panik, seakan berkata tanpa suara... inilah harga dari kelancanganmu!

1
Rita
betul dih
Rita
Ardan tolong jelaskan apa prasangka istrimu benar pa salah
Rita
lah🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣
Rita
awas nih sakit gangguan jiwa
Rita
obsesi itu namanya
Rita
tuh Ardan sdh tau kan
Rita
mamer 🥰🥰🥰🥰🥰🥰👍👍👍👍👍👍👍
Rita
hei hei😅😅😂😂😂😂
Lydia
Lanjut Author. Terima Kasih.
Rere💫: 😍😍😍😍😍
total 1 replies
Jeng Ining
good Clau provokasi Ardan terus, itubmemang yg dimaui mama Ardan, biar sepenuh hati Ardan melakukan pembelaan thd Nadira dn mengeluarkan semua isi hati yg hanya ada Nadira😁😁😁
Jeng Ining: biar polpolan nunjukin cintanya ke Nadira sesuai prediksi Mamanya🤭
total 2 replies
Tiara Bella
wow Ardan terlalu cepet ini mah ketemunya Nadira ....hehehhe...
Tiara Bella: hooh....
total 2 replies
Azahra Rahma
bagus, keren
Azahra Rahma
Ardan jangan percaya kata² Claudia,,dia itu wanita siluman ,,entah siluman laba² atau siluman ular putih
Rere💫: Siluman rubah 🦊🤣
total 1 replies
Desyi Alawiyah
Claudia emang licik...

Dalam keadaan terdesak pun dia masih bersikap sombong dan mencoba memprovokasi Ardan...😒
Rere💫: Di bikin tomyam 🤣🤣🤣
total 3 replies
Desyi Alawiyah
Istrimu di culik mama kamu, Ardan... Udah jangan khawatir 🤭
Aditya hp/ bunda Lia
istrimu mamah mu yang culik Ardan ...
Lydia
Lanjut Author. Terima Kasih.
Azahra Rahma
dalangnya adalah ibumu Ardan,,yg menculik Nadira
Azahra Rahma
tapi aku yakin Ardan tidak pernah berhubungan intim dengan Claudia,,,kalau Claudia dekat² saja sepertinya Ardan tidak menyukainya
Tiara Bella
aku udh takut Nadira diculik sm Claudia twnya sm mamer.....lega nya....sabar Ardan....et dah
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!