Bai Xue nona muda keempat dari keluarga bangsawan Bai. Di asingkan di perbatasan saat usianya baru mencapai tujuh tahunan. Saat kembali ke Ibu Kota di usianya yang kesembilan belas tahun. Dia di jebak adik kelimanya, sehingga harus bermalam bersama Tuan muda kedua Jiang. Dan dengan terpaksa Bai Xue harus menikah menjadi Nyonya kedua di kediaman Jiang.
Di tahun ke tiga pernikahannya, wanita muda itu di temukan terbunuh dengan banyaknya sayatan di sekujur tubuhnya. Wajah cantiknya bahkan tidak lagi dapat di kenali.
Semua penderitaan yang ia jalani sepanjang hidupnya seperti mimpi menakutkan. Sehingga wanita muda itu dapat terbangun kembali dengan jiwa yang telah berpindah ketubuh gadis muda berusia enam belas tahun.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sri Wulandari, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Keluarga rumah tangga pertama Bai Zheng
"Qi er, biar ibu saya yang memperkenalkan. Ini Paman pertama Bai Zheng. Bibi pertama Lui Zhe, kakak sepupu pertama Bai Jiao. Kakak sepupu kedua Bai Jingbei. Kakak sepupu ketiga Bai Jinjing dan kakak sepupu kelima Bai Juan." Nyonya kedua Bai memperkenalkan setiap orang yang ada di keluarga rumah tangga pertama.
Bai Qi memberikan salamnya lalu duduk di tempat duduk khusus untuk dirinya tempati. Gadis itu menatap kearah gadis berusia dua puluh enam tahunan. Yaitu kakak perempuan pertamanya Bai Jiao yang akan menikah dua bulan lagi. Wanita itu pernah menikah di usianya delapan belas tahun dan harus menjadi janda di usianya kedua puluh tahun. Karena suaminya meninggal terlebih dulu setelah terbunuh di medan perang. Kecantikan, kemahirannya dalam bermain alat musik dan ahli dalam sastra membuat pangeran ketiga tergila-gila padanya. Atas persetujuan dari Kaisar saat ini. Pangeran ketiga memutuskan untuk mengambil Nona pertama Bai Jiao sebagai seorang Selir. Meskipun hanya menjadi selir pangeran tetap saja pesta pernikahan di adakan sangat megah.
Tepat di hadapannya, Bai Qi tersenyum tipis menatap kearah kakak sepupu keduanya. Wanita usia dua puluh lima tahun, telah menikah dengan seorang pria dari kalangan bangsawan. Dari yang Bai Qi tahu di saat dia masih menjadi Bai Xue. Nona kedua Bai Jingbei di paksa menikah dengan seorang pria paruh baya dengan dua putra dan tiga anak perempuan. Di kediamannya yang megah ada sekitar sepuluh selir kediaman. Yang selalu memperebutkan kasih sayang suaminya.
Di samping kakak sepupu keduanya, terdapat kakak ketiganya Bai Jinjing. Wanita muda berusia dua puluh tiga tahun itu lebih tenang dari semua wanita dari kediaman rumah tangga pertama. Nona muda ketiga Bai Jinjing terkenal dengan ketidakpeduliannya terhadap keadaan di sekitarnya. Dia hanya wanita muda yang ingin mencari ketenangan untuk dirinya sendiri.
Dan kakak sepupu kelimanya Bai Juan. Gadis muda berusia sembilan belas tahun dengan masalah hati yang sulit di sembuhkan. Dia selalu berusaha menjadi yang terbaik dan tidak pernah mau menerima ada gadis lain menjadi pesaingnya.
"Kakak ipar, kalian juga belum pernah berkeliling di Kota Liang. Jika kakak ipar bersedia. Saya akan menyiapkan kereta untuk kita semua," ujar Nyonya kedua Bai.
Nyonya pertama Liu Zhe mengangguk setuju. "Tentu, selagi kita ada di sini. Kita tidak bisa melewatkan keindahan kota Liang. Suamiku bagaimana menurutmu?"
Tuan pertama Bai Zheng mengangguk setuju.
Nyonya kedua Bai langsung meminta pelayan setianya menyiapkan kereta.
Tidak butuh waktu lama pelayan datang mengabarkan jika kereta sudah tersedia. Nyonya kedua Bai mendekati putrinya membantu putri kesayangannya untuk bangkit perlahan. "Lian siapkan kursi roda."
"Baik." Pelayan Lian langsung mengambilkan kursi roda yang ia tinggalkan di ujung halaman.
Semua orang bangkit dari tempat duduk masing-masing. Pandangan mereka tertuju pada kursi roda yang baru datang.
"Adik ipar jika keponakan sedang sakit. Lebih baik kami sendiri saja yang pergi berkeliling. Tidak perlu merepotkan kalian lagi," ujar Nyonya pertama Liu Zhe merasa tidak tega.
"Bibi, kami sebagai Tuan rumah tentu harus memberikan penyambutan yang terbaik. Keadaanku sudah membaik hanya kedua kaki ku yang masih terasa lemas saat di gunakan berjalan terlalu sering." Bai Qi berusaha meyakinkan wanita dengan gaun keemasan di depannya.
Nyonya pertama Liu Zhe tersenyum hangat, "Keponakan benar-benar sangat perhatian."
"Bibi terlalu memuji," ujar Bai Qi menimpali. Setelahnya gadis itu duduk di kuris roda.
Tuan kedua Bai Haoran mendorong kursi roda yang di duduki putrinya.
"Kakak ipar, silakan." Nyonya kedua Bai berusaha bersikap ramah. Meskipun suaminya terlihat tidak terlalu senang melihat kakak pertamanya datang bersama keluarganya.
"Tentu. Adik ipar kita berjalan bersama," Nyonya pertama Liu Zhe menggandeng tangan Nyonya kedua Bai. Mereka semua berjalan bersama keluar dari kediaman menuju kearah kereta yang telah tersedia.
Tatapan iri terlihat semakin jelas di wajah Nona muda kelima Bai Juan. Di saat adik sepupunya di penuhi kehangatan keluarga. Sedangkan dirinya yang hanya putri seorang selir tentu tidak bisa mendapatkan kebahagiaan yang ia inginkan. Bahkan dirinya sering di bandingkan dengan kakak-kakaknya.
"Hati-hati." Tuan kedua Bai Haoran membantu putrinya untuk naik keatas kereta. Dan dirinya juga ikut naik kedalamnya di ikuti istrinya.
Kereta melaju setelah semua orang masuk kedalam kereta. Keriuhan mulai terdengar semakin ramai di saat kereta memasuki jalur utama menuju alun-alun kota.
Dua keluarga besar Bai memutuskan turun dari kereta karena keramaian yang semakin sulit di kendalikan. Kereta juga akan macet di satu tempat tanpa mampu bergerak lagi.
"Ayah, aku ingin melihat pertunjukkan di sana." Bai Qi menunjuk kearah pertunjukan jalanan yang sedang di tonton banyak orang.
"Baik. Kita berangkat..." Tuan kedua Bai Haoran mendorong kursi roda putrinya menuju ketempat yang di inginkan. Dirinya bahkan seperti tidak memperdulikan keberadaan keluarga kakak pertamanya. Pria paruh baya itu melangkah tepat di hadapan putrinya lalu berjongkok. "Naik. Ayah akan mengendong mu masuk kedalam kerumunan."
Bai Qi menatap ragu. "Ayah yakin?"
"Tentu saja. Meskipun umur ayah sudah cukup tua. Tapi tetap saja tulang ayah masih sangat kuat." Tuan kedua Bai Haoran masih menunggu putrinya untuk naik ke punggungnya.
"Ayah, harus siap."
"Ayah sudah siap."
Bai Qi naik keatas punggung ayahnya. Dengan sigap Tuan kedua Bai Haoran menerobos kerumunan mencari celah agar bisa masuk lebih dalam. Saat mereka berdua sudah sampai di bagian terdepan. Bai Qi semakin penuh semangat melihat atraksi yang sangat luar biasa. Api di semburkan berulang kali dari mulut salah seorang pria. Dan dua pria lainnya menari dengan cambuk yang sudah berlumuran api menyala.
"Adik sepupu benar-benar sangat manja. Sudah besar masih saja minta di gendong. Sama sekali tidak memikirkan orangtuanya," ujar Nona kelima Bai Juan dengan sinis.
"Diam. Jangan bicara sembarangan. Kamu tidak memiliki hak mengatakan hal seperti itu. Apa lagi kepada adik sepupumu sendiri," kata Nyonya pertama Liu Zhe dengan membentak.
Mendegar bentakan itu Nona kelima Bai Juan menutup rapat mulutnya. Dia langsung mendekati kakak perempuan pertamanya.
"Adik kelima, bilang saja kamu iri melihat kedekatan adik sepupu dengan kedua orangtuanya." Nona kedua Bai Jinghai menyindir tepat di samping adik kelimanya. "Sebelum berbicara pastikan otak berjalan lebih dulu. Agar tidak membuat malu." Berjalan mengikuti langkah ibunya.
Nona ketiga Bai Jinjing menatap dingin kearah adik kelimanya tanpa mengatakan apapun.
Melihat tatapan mata semua orang, Nona kelima Bai Juan meraih lengan kakak pertamanya Bai Jiao untuk meminta perlindungan.
"Lain kali perhatikan ucapanmu. Kita di sini hanya sebagai tamu. Di tambah paman kedua sepertinya tidak terlalu menyambut kedatangan kita. Jika hal ini sampai di dengar mereka. Usaha Ayah akan sia-sia untuk mempererat hubungan persaudaraan kedua keluarga besar Bai." Nona pertama Bai Jiao berusaha menenangkan adik kelimanya. Sebagai kakak tertua dirinya selalu berusaha menjadi penengah untuk setiap masalah. Tidak pernah memihak kepada siapapun.
"Em. Kakak pertama, aku mengerti. Tidak akan mengulanginya lagi." Nona kelima Bai Juan mengangguk mengerti. Wajahnya sudah terlihat sangat masam.