Rio seorang master chef yang menyukai seorang wanita penyuka sesama jenis
bagaimana perjuangan Rio akankah berhasil mengejar wanita yang Rio cintai
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ayunda nadhifa akmal, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
bab 4
“Sayang, ayo jalan-jalan sebentar ke mall.”
Aku memanggil Rio yang sejak tadi tak berhenti mencuri pandang ke arah dadaku.
“Ayo,” jawabnya gugup.
Aku mengenakan kembali bra yang tadi kulepas, dan Rio segera menyalakan mobil. Kami melaju dengan tenang sampai ke mall yang cukup ramai siang itu.
Aku menggandeng tangannya, kadang sengaja menyentuh jari-jarinya. Rio menurut saja, wajahnya merah setiap kali kulit kami bersentuhan.
Saat melihat tas yang kuincar selama ini, aku langsung menarik tangannya.
“Sayang, beliin ini ya? Murah kok… cuma dua juta,” ucapku manis.
Rio terdiam sejenak, lalu mengangguk.
“Ya. Ambil saja.”
Aku mengecup pipinya. Ia langsung kaku, tapi jelas senang.
Begitu mudahnya ia kubaca.
Begitu mudahnya ia kubuat menyerah.
Berbeda dengan Rey—yang selalu berhati-hati soal uang, yang bahkan saat memberi sesuatu pun… selalu meminta balasan. Balasan yang membuatku merasa seperti sekadar pelarian.
Di perjalanan pulang, aku menggeser tanganku ke pahanya. Sentuhan ringan saja membuat napas Rio tertahan.
“Sayang… jangan gitu. Aku nyetir,” ujarnya gugup, menjauhkan tanganku.
Aku hanya tertawa kecil. Reaksi lelaki selalu sama—rapuh saat diberi sentuhan.
Ada sedikit benjolan di balik celananya. Aku mencibir dalam hati.
Ponselku bergetar.
Pesan dari aplikasi hijau.
Om Rudi.
Lalu notifikasi transfer masuk. Jumlahnya membuat mataku membesar.
“Sayang, sepertinya aku nggak jadi ke rumahmu,” ucapku cepat.
“Kenapa?”
“Ibuku… minta ditemani belanja bulanan. Lain kali ya.”
Rio mengangguk pasrah.
“Ok. Mau turun dimana?”
“Di sini saja.”
Sebelum turun, aku menarik wajahnya dan melumat bibirnya lembut. Ia membalas, terlalu bersemangat hingga tangannya ingin menyentuh dadaku. Cepat kutepis.
“Lain kali, sayang.”
Aku menutup pintu mobil dan memesan taksi menuju apartemen om Rudi.
✦ Malam itu di apartemen pria yang jauh lebih dewasa
Sesampainya di apartemen, aku berganti pakaian—lingerie yang kupilih untuk memuaskan pria sepertinya.
Di kamar, om Rudi sudah menunggu.
Tatapannya seperti ingin menelan seluruh tubuhku.
Aku tidak menolak.
Tidak setelah melihat berapa banyak ia berikan padaku.
✦ Setelah itu… dunia malam memanggil
Aku pergi ke club malam. Minuman, musik, keramaian—semua membuat kepalaku ringan.
Di tengah keramaian, seorang pria mengangkat daguku.
“Bisa booking nggak?”
Suaranya berat, napasnya bau alkohol.
“Bisa. Tarif menyesuaikan,” jawabku datar.
Setelah transaksi terverifikasi, ia menarikku ke tempat gelap.
Aku tidak mengingat banyak selain cahaya lampu redup, bau parfum tajam, dan perasaan kosong yang sama seperti malam-malam sebelumnya.
✦ Pagi yang kacau
Aku bangun dengan kepala berdenyut hebat.
Pakaian berserakan di lantai.
Sprei basah oleh sesuatu yang tidak ingin kuperiksa lebih lanjut.
Aku mencoba mengingat. Tidak bisa.
“Ya Tuhan…” bisikku lirih.
Apa supir tadi malam…?
Atau seseorang di club…?
Yang jelas, kalau ada lelaki yang menyentuhku tanpa membayar…
Sial. Itu membuatku muak, bukan karena sentuhannya…
tapi karena tidak ada nilai yang melekat di sana.
Aku mandi lama. Terlalu lama.
Tapi rasa kotor itu tetap tinggal.
✦ Pesan dari om Rian
Saat makan siang, pesanku berbunyi.
(Om suka pelayanan kamu. Selalu memuaskan.)
(terima kasih om)
(Om ada penawaran khusus.)
(penawaran apa om?)
(Jadilah simpanan om. Setiap bulan om transfer 100 juta. Kamu bisa pindah ke apartemen om. Kamu tidak perlu jual diri lagi.)
Aku terdiam beberapa detik.
Tidak kaget, tapi terpikir.
(akan aku pikirkan. Lusa aku beri jawaban.)
(ok sayang. Om tunggu kabar baik.)
Om Rian bukan sembarang orang. Dan tawarannya jauh dari kecil.
Uang. Kemewahan. Keamanan.
Tanpa harus berpindah-pindah lelaki setiap malam.
Tentu saja aku akan mempertimbangkannya.
✦ Hari yang panjang tanpa Rio dan Rey
Aku ke salon, melakukan perawatan tubuh, menjaga diriku tetap menarik.
Lalu membeli lingerie baru.
Lalu membeli nasi goreng favoritku dan memakannya dengan lahap.
Baik Rio maupun Rey tidak menghubungiku hari ini.
Dan aku tidak berniat menghubungi mereka.
Tanpa keduanya… aku tetap bisa hidup.
Bahkan bisa hidup lebih mewah.
Pada akhirnya, kesenangan bisa kudapat dari tempat lain.
Dan uang… adalah satu-satunya hal yang tidak pernah mengkhianati ku.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Hari itu aku menikmati uang yang aku dapatkan tadi malam,aku terbiasa melayani om om sejak aku masih bersekolah SMA.
FLASHBACK
Hari itu di mana seorang pria mengungkapkan perasaan pada ku,ia mencintaiku dan berjanji akan setia selalu denganku.
Hari berganti hari bulan berganti bulan,dan akhirnya aku menyerahkan yang paling berharga di hidupku pada pacarku saat itu.
Hingga suatu saat aku tak mendapatkan tamu bulananku,aku benar-benar khawatir,aku ketakutan dan benar saja garis dua terpampang jelas di testpack.
Aku hamil...
Garis dua itu membuatku menatap diriku sendiri di cermin, seorang gadis yang baru mulai belajar hidup,tapi sudah harus menelan ketakutan seorang ibu.
Aku mengatakan pada pacarku, berharap ia akan bertanggung jawab atas kehamilan ku,
tapi apa yang aku dapatkan.
Ia mencemooh ku,dan meninggalkan aku begitu saja,aku mencoba jujur pada ke dua orang tuaku.
tiba tiba saja ibu ku mendadak mendapatkan serangan jantung dan meninggal dunia begitu mendengar aku hamil di luar nikah.
Ayahku dan keluarga aku menyalahkan aku, karena aku yang sudah membuat ibuku meninggal dunia,
Sekolah tempatku belajar mengeluarkan aku dengan tidak hormat,saat aku berpapasan dengan pria yang selama ini aku sangka mencintaiku sepenuh hati ia berkata padaku.
"makanya jadi perempuan yang mahal,jangan terbuai dengan kata kata pria, kalau mau begitu lebih jual diri saja nanti"ujarnya dengan nada sinis.
Di saat aku butuh perlindungan dan perhatian semua orang akhirnya mencampakkanku.
✦ Secercah Cahaya yang Pahit
Aku bertahan sendiri sampai bertemu seorang wanita yang sangat mendambakan seorang anak.
Ia merawatku dengan ketulusan yang tak pernah kuterima dari siapa pun.
Saat hari kelahiran tiba, aku memeluk bayi kecil itu—makhluk mungil yang lahir dari tubuhku, dari semua luka yang ku pikul sendirian.
Aku memberikannya kepada wanita itu.
Dia tersenyum sambil menangis, dan memeluk bayiku seolah itu miliknya sejak awal.
Sebagai gantinya, ia memberikanku uang—jumlah yang cukup besar untuk memulai hidup baru.
Aku menerima.
Karena pada saat itu, aku tidak memiliki siapa pun.
Tidak ada tempat.
Tidak ada kesempatan.
Dan sejak hari itu…
aku belajar satu hal:
Di dunia ini, yang bisa menjagaku hanyalah diriku sendiri.
COMEBACK
Aku mengusap air mataku yang menetes, semenjak saat itu aku tak pernah percaya lagi dengan pria manapun.
Jika ingin menikmati tubuhku harus membayarnya dengan sejumlah uang.
Aku memilih berhubungan dengan sesama wanita,aku pun menjaga diriku agar tak hamil lagi, kehamilan yang membuat hidupku hancur dan kehilangan seluruh keluargaku.