Semua orang terkejut saat bos besar mereka muncul dengan menggandeng seorang wanita muda. Karyawan pria terpesona karena lekuk tubuh dan aset besar yang terpampang itu, sementara karyawan wanita merasa cemburu pada sosok yang berjalan bersama atasan mereka.
"Turunkan pandangan kalian!" desis Vino dengan nada dingin. Banyak yang berbisik-bisik tentang Sea menyebutnya sebagai perayu ulung. Mendengar itu, David merasa darahnya mendidih. Ia berhenti, berputar, dan menatap tajam mereka yang berani menggunjing istrinya.
"Berani-beraninya kalian menyebut istriku penggoda!Kalian ingin mencari masalah, ya?"
Semua orang kaget saat tahu bahwa wanita yang mereka bicarakan ternyata adalah istri dari atasan mereka.
"A-ampun, Tuan. Kami tidak tahu kalau Nyonya adalah istri Anda!" kata salah satu dari mereka dengan nada takut.
David mendengus kesal. Wajahnya menjadi lebih lembut saat merasakan usapan halus di tangannya.
"Jangan emosi, sayang. Nanti mereka bisa ketakutan," bisik Sea den
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Atik's, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
bab 7
7
Sea mengangkat bahunya perlahan.
Keheningan menyelimuti ruangan.
Tiba-tiba, Sea melompat dari tempat tidurnya saat menyadari keberadaan David di kamar itu.
"Ini kamar siapa, Tuan?" tanya Sea dengan panik.
David tersentak kaget, lalu memijat pelipisnya.
"Astaga, gadis ini. Jadi, sejak tadi dia tidak sadar kalau sedang berada di kamar ku? Ya Tuhan, berikan aku kesabaran untuk menghadapinya," pikir David dalam hati.
"Ini kamar ku, Sea!" tegas David.
Mata Sea membelalak lebar. Ia kembali duduk di kasur, menatap David dengan penuh curiga.
"Apakah Tuan akan meminta uang sewa kamar ini padaku?" tanya Sea dengan suara bergetar.
David merasa sangat ingin menangis. Bagaimana bisa, situasi seperti ini?
"Tentu saja aku akan meminta bayaran darimu!" jawab David dengan sedikit jengkel.
Sea terdiam, larut dalam lamunannya. Gajinya baru akan tiba tiga hari lagi. Jika sebagian besar gajinya harus digunakan untuk membayar sewa kamar yang pasti mahal itu, dia bisa kelaparan karena tidak punya cukup uang untuk membeli makanan. Sea mulai berpikir keras, mencari solusi untuk masalah besar yang sedang dihadapinya.
David membiarkan Sea hanyut dalam pikirannya. Dia tersenyum kecil, penasaran dengan rencana apa yang akan dibuat oleh gadis muda itu.
"Tuan?" panggil Sea dengan nada bimbang.
'Aduh, aku takut sekali. Bagaimana kalau Tuan menolak untuk bekerja sama denganku?'
Apakah aku harus mati dengan cara yang menyedihkan karena kelaparan? Malaikat maut pasti akan menertawakanku.
David membuang muka, berusaha menyembunyikan senyumnya.
"Ada apa, Sea?" tanya David setelah berhasil mengendalikan diri.
"Emm, Tuan, bolehkah saya membayar uang sewa kamar ini dengan cara mencicil? Begini, Tuan, sejujurnya, saya bisa mati kelaparan jika sebagian gaji saya berikan kepada Tuan. Tuan pasti tahu, kan, berapa jumlah uang yang saya terima?" ucap Sea dengan hati-hati.
David mengerutkan kening, berusaha menahan tawa melihat keseriusan gadis muda itu dalam bernegosiasi dengannya.
"Boleh saja, tapi ada syaratnya!" jawab David dengan wajah serius.
Raut wajah Sea langsung cerah. Ia merasa sangat lega, seolah telah menemukan cara untuk menunda nasib buruknya.
"Apa persyaratan yang Tuan ajukan?"
"Kau harus menetap di rumah ini seumur hidupmu."
Sea membeku. Ada sesuatu yang janggal dari syarat yang baru saja diucapkan David. Mengingat semalam saja ia sudah pusing memikirkan biaya menginap di tempat itu, bagaimana mungkin ia bisa bertahan jika harus tinggal disana seumur hidup? Sepertinya David memang senang melontarkan lelucon.
"Tuan, saya tahu kekayaan Anda terus berlipat ganda setiap hari. Namun, perlu diingat bahwa saya hanyalah seorang pelayan restoran. Saya menyerah, Tuan, saya tidak akan sanggup jika harus tinggal di kediaman ini selamanya!" seru Sea, mengangkat kedua tangannya.
Vino, Yudi, dan beberapa pelayan lain yang berada di ruangan itu tidak bisa menahan diri untuk tidak tertawa.
Para pelayan tersenyum melihat kepolosan Sea, calon nyonya mereka. Disaat semua orang berusaha keras untuk bisa masuk ke rumah itu, gadis ini justru menolak tawaran menginap hanya karena masalah biaya. Pasti rumah itu akan menjadi lebih hidup jika Tuan Muda mereka berhasil meyakinkannya untuk tetap tinggal.
"Aku tidak menerima penolakan, Sea. Kamu akan tetap tinggal disini bersamaku, apapun yang terjadi!" kata David dengan tegas.
Sea terdiam, meletakkan jari telunjuknya di bibir bawah. Ia sedang berdebat dengan dirinya sendiri, antara menolak atau menerima tawaran menggiurkan dari bosnya.
"Tapi, bagaimana cara saya membayar uang sewanya, Tuan?" tanya Sea dengan bingung.
Lagi-lagi masalah uang sewa yang muncul. Sungguh luar biasa jalan pikiran gadis itu.
'Dengan tubuh dan cintamu, Sea,' bisik David dalam hati.
"Kita akan bicarakan itu nanti. Sekarang, sebaiknya kau bangun dan mandi. Mereka akan membantumu bersiap-siap," kata David sambil menunjuk para pelayan yang berdiri di belakangnya.
"Selamat pagi, Nona Muda Sea!" sapa para pelayan serempak.
Sea tertegun mendengar sapaan itu. Kenapa tiba-tiba ia dipanggil Nona Muda setelah bangun tidur? Apakah ia sedang bermimpi?
"Aww!" Sea memekik sambil mengusap pipinya yang baru saja dicubitnya sendiri.
David terkejut melihat Sea meringis kesakitan. Ia segera memeriksa pipi Sea yang sudah memerah.
"Kau ini kenapa, Sea? Kenapa kau menyakiti dirimu sendiri!" omel David sambil meniup pipi gadis itu dengan lembut.
Semua orang menundukkan kepala melihat romansa yang sedang terjadi di hadapan mereka. Berbeda dengan Sea, dia malah mengerucutkan bibir setelah mendapat omelan dari bosnya. Sea benar-benar tidak menyadari kalau yang sedang dilakukan oleh David sekarang adalah bentuk dari sebuah perasaan yang muncul dari seorang pria pada wanita. Dia tidak pernah tahu tentang hal-hal semacam itu.
"Masih sakit tidak?" tanya David khawatir.
Sea menggeleng. Dia kemudian melihat ke arah jam dinding. Matanya melotot.
"Ya Tuhan, sudah jam tujuh! Aku bisa dipecat manajer kalau datang terlambat ke restoran, Bos!" teriak Sea heboh, kemudian meloncat turun dari ranjang.
David memperhatikan Sea yang sedang berdiri kebingungan di sebelahnya. Dia mengulum senyum.
"Kenapa begitu?" tanya David dengan nada usil.
Sea tersenyum kikuk sambil menggaruk kepalanya yang tidak terasa gatal.
"Tuan, dimana kamar mandinya? Saya tidak melihat tanda 'toilet' di ruangan ini!" jawab Sea dengan polos.
David dan semua orang terdiam sejenak, lalu saling melirik sambil menahan tawa.
"Sea, apa kau melihat pintu itu?" tanya David sambil menunjuk ke arah pintu kamar mandi.
"Tenang, tenang," jawab David dalam hati.
Sea menoleh dan mengangguk.
"Itu adalah pintu ajaib. Kau akan langsung berada di kamar mandi setelah membukanya!" kata David sambil bercanda.
"Pintu ajaib? Ya ampun... Sejak kapan dia jadi seperti ini?" pikir Sea dalam hati.
"Sungguh? Wow, rumahmu benar-benar luar biasa, Tuan. Selain sihir, ternyata ada juga pintu ajaib disini. Sepertinya aku harus memikirkan ulang tawaran Tuan untuk tinggal di rumah ini!" seru Sea sambil berjalan mendekati pintu ajaib yang dimaksud David.
Teriakan kagum langsung terdengar begitu Sea memasuki kamar mandi. Gadis itu bahkan tidak bisa menyembunyikan kekagumannya saat melihat bak mandi besar yang penuh dengan busa melimpah.
"Tuan Muda, sejak kapan ada bak mandi di kamar mandi Anda?" tanya Ares dengan bingung.
David tertawa kecil sambil memijat pangkal hidungnya. Sepertinya Ares juga merasakan keanehan yang sama saat Sea menyebut benda-benda dengan istilah yang unik.
"Itu bathtub, Vino. Sea menyebutnya bak mandi!" jawab David sambil tersenyum.
Sementara di tempat lain...
Erna berjalan sambil melindungi hidungnya yang mancung saat memasuki rumah usang yang sangat tidak terawat. Bibirnya terus menggerutu, mengucapkan kata-kata jijik saat debu kotor beterbangan di hadapannya.
"Ya Tuhan, hanya demi kamu aku rela tubuhku yang berharga ini kotor seperti ini, Sea. Lihat saja, aku akan membawamu pergi dari tempat menjijikkan ini!"
Ya, sekarang Erna menganggap gadis yang membuatnya kehilangan pekerjaan itu sebagai teman kecilnya. Amarah Erna yang awalnya ingin membalas perbuatan Sea lenyap seketika saat melihat betapa polos dan menyedihkan hidupnya. Entah mengapa, hari ini dia dilanda kerinduan pada temannya itu. Erna lalu memutuskan untuk datang meskipun harus berhadapan dengan musuh bebuyutannya, yaitu debu dan kotoran.
karna cerita anda sama dengan orang lain yg judulnya istri kecil sang pewaris cuma yg beda cm nama tokohnya...klu gak percaya cb cek dia udah ada bab 2 hargailah karya orang tor ...
jangan asal ketik kasihan orang yg udah mikir2 eh gak tau udah d jiplak