NovelToon NovelToon
Nikah Dadakan Karena Warga

Nikah Dadakan Karena Warga

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO / Pernikahan Kilat
Popularitas:4.5k
Nilai: 5
Nama Author: Anjay22

Reva Maharani kabur dari rumahnya karena di paksa menikah dengan pak Renggo ,ketika di kota Reva di tuduh berbuat asusila dengan Serang pria yang tidak di kenalnya ,bernama RAka Wijaya ,dan warga menikahkan mereka ,mereka tidak ada pilihan selain menerima pernikahan itu ,bagaimana perjalan rumah tangga mereka yang berawal tidak saling mengenal ?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Anjay22, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Sampai di rumah keluarga Raka

Jakarta Selatan menyambut mereka setelah Reva dan Raka turun dari bis ,perjalanan mereka di lanjutkan menggunakan taksi online .

Reva duduk di kursi belakang taksi online, jendela terbuka sedikit, matanya membelalak seperti anak kecil pertama kali diajak ke kebun binatang. Di kanan-kirinya, rumah-rumah menjulang—bukan rumah biasa, tapi istana mini lengkap dengan pagar besi berukir, lampu taman yang menyala meski siang, dan mobil mewah yang parkir di halaman seperti pajangan.

“Wah… ini kawasan Pondok Indah ya?” bisik Reva, suaranya penuh takjub.

“Ya,” jawab Raka, duduk di sampingnya, tersenyum melihat ekspresi polos istrinya.

“Semua rumahnya gede banget! Ini rumah orang kaya-kaya semua, ya?”

“Kebanyakan, iya.”

Reva menoleh, matanya berbinar. “Terus… rumah orang tuamu segede mana? Sebesar rumah yang tadi lewat itu? Yang ada kolam renangnya?”

Raka menatapnya sejenak, lalu tersenyum—senyum yang membuat Reva merasa ada sesuatu yang disembunyikan.

“Lebih besar,” katanya pelan.

Reva mengerjap. “Hah !! Lebih besar? Dari rumah yang ada kolam renang, taman, dan mobil dua pintu itu?”

“Lebih besar dari itu,” ulang Raka, kini dengan nada sedikit geli.

Reva tertawa kecil, mengira Raka bercanda. “Jangan bohong deh! Masa iya? Jangan-jangan rumah orang tuamu cuma di gang kecil belakang sini, terus kamu pura-pura bilang di Pondok Indah biar aku kagum!”

Raka hanya tertawa. “Tunggu aja. Sebentar lagi kita sampai.”

Taksi terus melaju, melewati bundaran taman yang rapi, lalu masuk ke jalan yang lebih tenang—jalan pribadi, dengan aspal mulus dan lampu jalan berlapis emas palsu. Reva mulai gelisah. “Kita nggak salah jalan, kan? Ini kayak jalan ke rumah gubernur…”

“Tenang,” kata Raka, masih tersenyum. “Kita di jalur yang benar.”

Lalu, taksi melambat. Sopir menoleh ke belakang. “Ini alamatnya, Mas? Villa Orchid No. 1?”

Raka mengangguk. “Betul.”

Reva menoleh ke luar jendela—dan mulutnya terbuka.

Di depan mereka berdiri gerbang besi setinggi hampir empat meter, dihiasi ukiran daun emas yang berkilau meski di bawah sinar matahari biasa. Di sisi kiri gerbang, ada panel elektronik dengan kamera keamanan. Di kanan, patung singa marmer yang matanya seolah mengawasi setiap orang yang lewat.

“Ini… ini rumah siapa?” tanya Reva, suaranya bergetar.

“Rumah orang tuaku,” jawab Raka tenang.

Reva menoleh padanya, wajahnya pucat. “Kamu yakin? Jangan-jangan kita salah alamat! Ini kayak rumah artis atau menteri! Jangan-jangan taksi ini salah antar!”

Sopir taksi tertawa kecil. “Nggak salah, Mbak. GPS-nya jelas. Villa Orchid No. 1. Ini rumah paling ujung, paling gede di blok ini.”

Reva menelan ludah. “Tapi… kamu bilang ayahmu arsitek pensiunan! Masa arsitek pensiunan punya rumah segede… segede istana?”

Raka tertawa. “Ayahku memang arsitek. Tapi dia juga salah satu perancang kompleks perumahan elite di Jakarta dan Bali. Dia nggak cuma nggambar—dia juga investasi. Dan… ya, rumah ini hasil kerja keras seumur hidupnya.”

Reva terdiam. Ia menatap gerbang itu seperti menatap mimpi yang salah masuk ke realita.

“Jadi… aku harus masuk ke sana… sebagai menantunya?” bisiknya, suaranya nyaris tak terdengar.

“Ya,” jawab Raka lembut. “Dan jangan khawatir. Mereka nggak gigit.”

“Tapi aku pake sendal jepit, Raka!” seru Reva tiba-tiba, menunjuk kakinya yang masih memakai sendal merah pemberian Bu Siti. “Aku nggak bawa sepatu bagus! Aku kira kita cuma ketemu di rumah biasa! Ini… ini kayak mau

Reva masih terpaku di kursi belakang taksi, tangannya mencengkeram erat tas kecil yang dibawanya sejak dari Terminal —tas yang kini terasa terlalu sederhana untuk dibawa ke tempat semewah ini. Matanya bolak-balik antara gerbang megah di depan dan wajah Raka yang santai seolah baru saja mengajaknya ke warung nasi langganan.

“Raka,” bisik Reva, suaranya bergetar seperti sinyal Wi-Fi yang mau putus, “aku bawa baju ganti cuma satu. Celana jins favoritku masih ada noda kecap dari kemarin. Dan… aku belum sikat gigi sejak subuh!”

Raka tertawa kecil, lalu mengelus punggung istrinya dengan lembut. “Tenang, Mereka nggak akan memeriksa riwayat makan siangmu lewat tes DNA.”

“Tapi lihat gerbangnya! Itu bukan gerbang, itu seperti pintu masuk ke Narnia versi Jakarta Selatan! Kalau aku masuk, jangan-jangan keluarnya udah jadi peri atau… atau jadi pembantu tetap!”

Sopir taksi, yang masih duduk di depan dengan mesin menyala, ikut nyengir. “Istri Mas lucu banget, ya. Jangan khawatir, Mbak. Aku udah antar ke sini berkali-kali. Keluarga Mas Raka ramah. Malah kemarin, Bu Raka kasih aku sekotak kue nastar sama amplop—katanya buat Lebaran, padahal Lebaran masih enam bulan lagi.”

Reva menoleh, mata membelalak. “Amplop?! Jangan-jangan isinya saham perusahaan atau kunci apartemen di Senopati?!”

Raka menggeleng, masih tertawa. “Isinya uang receh buat bayar parkir, Rev. Mereka memang baik, bukan alien dari planet Kaya Raya.”

Tapi Reva belum juga turun. Ia menunduk, memeriksa dirinya sendiri seperti sedang menghadapi sidang dari guru BP saat sekolah dulu . “Aku pake sandal jepit! Sandal jepit, Raka! Ini bukan tempat buat sandal jepit! Ini tempat buat sepatu yang harganya lebih mahal dari DP motor!”

“Mereka nggak peduli,” kata Raka sambil membuka pintu taksi. “Yang penting kamu datang. Bukan sepatumu.”

Reva menghela napas dalam-dalam, lalu menatap langit sebentar—seperti sedang berdoa agar hujan turun tiba-tiba biar bisa pulang dengan alasan ‘banjir’. Tapi Jakarta Selatan hari itu cerah, bahkan awannya kelihatan pakai sunscreen.

“Oke,” katanya akhirnya, suara masih gemetar tapi berusaha tegar. “Kalau nanti aku disuruh ngomong pake bahasa Inggris atau ditanya pendapat soal arsitektur post-modern, langsung tarik aku keluar, ya? Aku cuma lulusan SMK yang bisa bikin nasi goreng enak, bukan analisis struktur beton bertulang.”

Raka menggenggam tangannya. “Kalau mereka tanya soal nasi goreng, kamu langsung jadi menantu favorit.”

Dengan langkah ragu-ragu ala orang masuk kandang harimau, Reva akhirnya keluar dari taksi. Kakinya menyentuh aspal halus yang rasanya seperti karpet merah. Gerbang mulai terbuka perlahan—bukan dengan suara derit, tapi desis halus seperti pintu pesawat luar angkasa.

Di dalam, taman terawat rapi, kolam ikan koi sebesar kolam renang anak, dan… ada anjing golden retriever yang lehernya pakai kalung berlian imitasi.

Reva berbisik, “Itu anjing atau CEO perusahaan properti?”

Raka tertawa. “Itu Bruno. Dia cuma suka tidur di sofa impor dan ngemil daging wagyu.”

(Keamanan rumah Raka memang memelihara seekor anjing .untuk membantu keamanan rumah ,walaupun Raka dan ibunya seorang muslim)

“Wagyu?! Aku aja belum pernah makan wagyu! Aku kemarin makan indomie level ‘mewah’—pake telor ceplok spesial .

"Ayo masuk !" Raka segera menggandeng tangan Reva

Reva mencegah Raka untuk membawa ia masuk kerumahnya sambil berbisik pelan ke telinga Raka,

“Aku takut ! Kalau nanti aku pingsan, bilang ke orang tuamu, kecapekan… bukan karena sadar aku menikah sama Pangeran Jakarta Selatan.”

Raka hanya tersenyum, lalu berbisik balik,

“Tenang.itu tidak akan terjadi ,aku tahu kamu pingsan karena kelaparan ,tenang ! Di kulkas, ada stok Indomie. Rahasia keluarga.”

Reva dan Raka nampak tertawa ,Raka sengaja mengajak Reva bercanda ,agar Reva tidak terlalu tegang bertemu dengan kedua orang tuanya .

1
Napoleon
woop , rasanya gimana tuh Raka manis pasti
Napoleon
Buruk
Napoleon
Kecewa
Jena
Asiknya baca cerita ini bisa buat aku lupa waktu
MayAyunda: terimakasih kak
total 1 replies
kawaiko
Thor, tolong update secepatnya ya! Gak sabar nunggu!
MayAyunda: siap kak 🙏
total 2 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!