NovelToon NovelToon
Mengasuh Putra Pewaris Sang CEO

Mengasuh Putra Pewaris Sang CEO

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO / Beda Usia / Cinta Seiring Waktu / Pengasuh / Menikah Karena Anak / Ibu susu
Popularitas:89.1k
Nilai: 5
Nama Author: Mommy Ghina

Dua minggu yang lalu, Rumi Nayara baru saja kehilangan bayi laki-lakinya setelah melahirkan. Lalu, seminggu kemudian suaminya meninggal karena kecelakaan. Musibah itu menjadi pukulan berat bagi Rumi. Hingga suatu ketika ia bertemu dengan bayi laki-laki yang alergi susu botol di rumah sakit, dan butuh ASI. Rumi pun menawarkan diri, dan entah mengapa ia langsung jatuh cinta dengan bayi itu, begitu juga dengan bayi yang bernama Kenzo itu, terlihat nyaman dengan ibu susunya.

Tapi, sayangnya, Rumi harus menghadapi Julian Aryasatya, Papa-nya baby Kenzo, yang begitu banyak aturan padanya dalam mengurus baby Kenzo. Apalagi rupanya Julian adalah CEO tempat almarhum suaminya bekerja. Dan ternyata selama ini almarhum suaminya telah korupsi, akhirnya Rumi kena dampaknya. Belum lagi, ketika Tisya— istri Julian siuman dari koma. Hari-hari Rumi semakin penuh masalah.

“Berani kamu keluar dari mansion, jangan salahkan aku mengurungmu! Ingat! Kenzo itu adalah anak—?”

Siapakah baby Kenzo?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mommy Ghina, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 22. Julian Aneh

Derry, yang melihat adegan itu, hampir menjatuhkan map dari tangannya. Wajahnya kaku, tapi keringat dingin muncul di pelipis. Ia sama sekali tak menyangka bosnya—yang terkenal dingin dan tak tersentuh—tiba-tiba melakukan hal seperti itu.

Julian tetap berjalan dengan ekspresi datar, seolah tak terganggu oleh reaksi Rumi. “Kamu masih lemah, perut kamu masih sakit. Tidak seharusnya memaksakan diri berjalan ke kamar mandi sendirian.”

“Saya bisa jalan sendiri, kok, Pak!” Rumi berusaha meronta kecil, tapi jelas tenaganya kalah. Suaranya meninggi, lebih karena malu daripada marah sungguhan. “Turunkan saya! Ini memalukan!”

Julian menoleh sedikit, tatapannya dingin menusuk. “Diam.”

Rumi tercekat. Kata itu keluar pelan, tapi tegas dan penuh otoritas. Ia akhirnya hanya bisa mendengus kesal, wajahnya semakin panas.

Derry menelan ludah, menatap ke arah lain untuk menahan rasa kikuk.

Begitu sampai di depan pintu kamar mandi, Julian menurunkan Rumi perlahan, memastikan ia bisa berdiri tegak sambil tetap memegang tiang infusnya.

“Saya hanya ingin membantu,” katanya datar, suaranya tenang namun dalam. “Tidak ada maksud lain. Jangan berpikir macam-macam.”

Rumi menatapnya dengan alis berkerut, napasnya masih naik turun karena kaget. “Bapak selalu membuat segalanya terlihat … lemah. Seakan saya ini tidak bisa apa-apa.”

Julian menunduk sedikit, menatap lurus ke matanya. “Karena faktanya memang begitu sekarang. Kamu sedang sakit, Rumi. Dan saya tidak butuh drama kalau nanti kamu jatuh di lantai. Saya juga yang bakal repot.”

Rumi mendengus, memalingkan wajah. “Terima kasih atas kepeduliannya, meski caranya menyebalkan.”

Julian hanya menegakkan tubuh, tanpa membalas lagi. Ia lalu mundur satu langkah, memberi ruang bagi Rumi untuk masuk ke kamar mandi. “Cepat. Jangan terlalu lama di dalam.”

Rumi melangkah masuk dengan langkah terseret, lalu menutup pintu agak keras sebagai bentuk protes kecil.

Julian menatap pintu itu lama, ekspresinya tetap dingin. Namun di balik tatapan kaku itu, ada sesuatu yang tidak ia tunjukkan—kecemasan yang terbungkus rapat dalam ketegasan.

Di belakang, Derry akhirnya berdeham, mencoba mencairkan suasana. “Tuan … sarapannya … mau saya siapkan sekarang?”

Julian berbalik perlahan. “Ya. Atur di meja.”

Derry segera bergerak, membuka bungkusan makanan, menata piring demi piring. Aroma nasi goreng, sup krim, roti sandwich, dan kopi hitam semakin mengisi ruangan. Suasana yang sempat tegang kini berganti dengan kesibukan kecil.

Sementara Nia sibuk membasuh Kenzo dengan penuh hati-hati, Rumi masih di kamar mandi, mencoba menenangkan detak jantungnya yang tak karuan. Ia menatap bayangannya sendiri di cermin—pucat, lelah, namun ada semburat merah di pipinya yang tak bisa ia hilangkan.

“Kenapa aku harus merasa begini …?” gumamnya pelan.

Di luar, Julian kembali membuka map file yang tadi sempat ia tinggalkan. Namun telinganya tetap siaga, seolah mendengarkan setiap suara dari balik pintu kamar mandi. Tatapannya dingin, tapi jemarinya mengetuk-ngetuk meja tanpa sadar—tanda kecil dari kegelisahan yang tak ia akui.

Suasana kamar VIP pagi itu terbungkus dalam keheningan yang aneh. Hanya suara gemericik air dari Nia yang memandikan Kenzo, aroma makanan hangat yang mengepul, dan denyut emosi yang tak pernah benar-benar terucapkan di antara Julian dan Rumi.

Dan hari itu baru saja dimulai.

***

Julian duduk di kursi dekat meja, map dokumen terbuka di depannya. Namun sejak beberapa menit terakhir, matanya tak lagi menelusuri barisan huruf di kertas. Telinganya lebih peka pada suara di balik pintu kamar mandi. Rumi sudah cukup lama di dalam, dan itu membuatnya gelisah. Jemarinya mengetuk meja berulang kali, ritme tak sabar yang semakin cepat.

Derry, yang sedang menuang kopi hitam ke dalam cangkir, melirik ke arah bosnya. Ia bisa melihat rahang Julian yang mengeras, tanda pria itu menahan sesuatu—entah kekhawatiran, entah rasa tidak sabar. Derry berdeham pelan, lalu kembali menata piring, pura-pura tidak melihat.

Namun keringat dingin di pelipisnya tetap menetes. Ia jarang melihat Julian seintens ini memperhatikan seseorang, apalagi perempuan yang jelas-jelas baru ia kenal.

Akhirnya, Julian bangkit dari kursinya. Kursi bergeser sedikit dengan suara seret halus di lantai. Langkah kakinya tenang namun tegas, membawa tubuh tingginya mendekati pintu kamar mandi.

“Rumi.” Suaranya berat, rendah, namun terdengar jelas di seluruh ruangan.

Tak ada jawaban.

Julian mengetuk pintu sekali. “Kamu sudah selesai?”

Di dalam, Rumi yang sedang mengeringkan tubuhnya dengan handuk terkejut mendengar suara itu. Ia melongok ke arah pintu dengan dahi berkerut. “Kenapa sih, cerewet amat …,” gumamnya. Ia buru-buru mengenakan baju rumah sakit yang longgar, lalu menyisir rambutnya seadanya.

Belum sempat ia menjawab, suara Julian terdengar lagi, kali ini lebih keras. “Kamu kenapa lama sekali? Jangan-jangan pingsan di dalam?” Nada khawatirnya tersamar di balik ketegasan.

Rumi memutar bola matanya. “Astaga … papa dari bayi ini cerewet sekali,” desisnya pada bayangan sendiri di cermin. Ia lalu mendekat, membuka kunci pintu.

Begitu pintu terbuka, ia langsung mendapati Julian berdiri di ambang dengan wajah datar, matanya tajam menatapnya dari atas ke bawah.

Rumi mendengus kesal. “Bapak ini ya, bisa-bisanya curiga saya pingsan. Saya cuma bersih-bersih diri, apa itu salah?”

Julian tak menggubris protesnya. Ia hanya sedikit menggeser tubuhnya ke samping, memberi ruang agar Rumi bisa keluar. Tapi begitu perempuan itu melangkah pelan melewatinya, Julian tanpa aba-aba langsung membungkuk dan mengangkat tubuhnya dalam gendongan.

“Pak Julian!” Rumi hampir berteriak. Kedua tangannya otomatis berpegangan pada bahu bidang pria itu. Wajahnya langsung memerah karena kaget dan malu. “Turunin saya! Saya bisa jalan sendiri!”

Derry, yang melihat dari meja, nyaris menjatuhkan sendok yang sedang ia pegang. Pemandangan itu terlalu sulit dipercaya. Ia mengenal betul bosnya—Julian selalu menjaga jarak, dingin, dan tak pernah sekalipun menunjukkan sikap protektif seperti ini pada siapa pun, kecuali dengan Tisya.

Pria itu tetap melangkah dengan tenang, ekspresinya tidak berubah sedikit pun. “Kamu pikir saya mau ambil risiko kamu jatuh? Tidak. Jadi diam saja.”

Rumi meronta kecil, meski jelas tenaganya tak sebanding. “Bapak ini menyebalkan sekali! Saya bukan anak kecil!”

“Kalau kamu bukan anak kecil,” balas Julian datar, “maka berhentilah bertingkah seperti itu.”

Rumi tercekat. Ucapan itu terlalu menusuk, membuatnya tak bisa membalas. Ia akhirnya mendengus kesal dan menundukkan wajah, memilih diam meski pipinya masih panas.

Bersambung ... ✍️

1
Anonim
Rumi pinginnya menghindar dari Julian tapi nyatanya Julian mengikuti - membutuhkan Rumi untuk menanyai nama suami dan tempat bekerjanya.
Rumi baru tahu kalau Julian atasan suaminya.
Rumi ini tak ada takut-takutnya sama Julian - bisa menjawab apa yang diomongkan Julian 😄
Anonim
ada apa dengan Bos-mu itu Derry...
apa kamu tahu sesuatu tentang Julian dan Rumi ???
Anonim
Julian ini semakin aneh ya Rum - jantungmu masih aman kan Rumi
cha
adik istri tersayang elu itu panJuuul...
cha
Kenzo bayinya Rumi yang ditukar...

tapi Kenzo juga bayi kandungnya Julian...? gimana ceritanta masi misteri...

Bagaimana Rumi terpaksa harus menikah disaat kuliah yg sudah sedikit lagi skripsi.. karena hamil...dan siapa sebenarnya yang menghamili...

Lalu Tisya.. apakah benar wanita yang sangat disayangi dan dicintai Julian?? knp dengan ipar dan mertuanya?
cha
Napa pulaa sama bapaknya juga harus diurus keperluan pribadi..macam apa contohnya keperluan pribadi teh ..yg menjurus jurus ranah pribadikah.😁😁🤭..

Jadi ibu susunya Kenzo aja dah luar biasa mana nyusu langsung lg... walaupun sebenarnya itu anak kandungnya Rumi sih...tp kan kondisinya skrg tidak asa yg tau
cha
Tertekan banget yaa..beban yang ditanggung Rumi..apa tidak bersama secara psikologis, sementara dia ibu menyusui...
nyaks 💜
owww salah satu pelaku ya sus hmmm
ataw tau ttg baby Kenzo?? 🤔🤔
cha
orang baru aja abis pingsan...dah harus nenenin bayik...kasihan kamu Rum... bertubi-tubi di sakiti orang2 gilak... padahal kamu baik banget.
Kasih Bonda
next Thor semangat
sryharty
posesif amat tuan dingin sedingin saljuuuu
Ir
haisss habis sudah wassalam Rum, kamu yg tanda tangan aku yg lemes 🥴
Hafifah Hafifah
kayaknya suster ini tau sesuatu deh.jangan" dia yg udah nuker bayinya rumi dan bersekongkol dengan mertuanya julian
Bunda Aish
gak ada jalan lain Rumi, lumayan masih digaji....licik nya itu plus jadi pelayan pribadi...modus... sudah mulai jatuh cinta sebenarnya 🤨
Nar Sih
begitu berat ujian mu ya rumi,sabar ya rumi ,semoga akan ada pelangi setelah hujan begitu pun dgn mu semoga ada kebahagian setelah kesedihan ,semagat rumi ,dan semagat juga buat momy💪💪🥰
hasatsk
itu perawat bisa jadi kunci rahasia baby Kenzo....
Naufal Affiq
dengar kan rumi omongan julian,nanti dia marah-marah terus tanpa arah
Jeng Ining
dugaan klo Kenzo anak Rumi semakin jelas, dn mulai samar timbul pertanyaan Kenzo jg anak kandung Julian🫣, tp entahlah🤭
Noor hidayati
kamu harus bisa bersikap tegas pada aulia jul,jangan biarkan dia seenaknya berbuat jahat sama rumi
Naufal Affiq
ada udang di balik batu rupanya pak julian,ada maksud terselubung rupanya.hahaha
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!