REINKARNASI: Di Jodohkan Dengan Anak Kepala Desa Yang Cacat

Aurel masih berpikir dalam hatinya" ya sudahlah di jalani saja setelah aku mempunyai uang untuk membuat rumah, aku bisa bercerai dan pindah dari sini secepatnya, yang penting bibi Lia baik padaku, aku tidak boleh serakah." Batin Aurel ia linglung sejenak.

Setelah itu Aurel menenangkan dirinya dan tersenyum kembali, dia berharap menikah hanya sekali seumur hidup, tapi jika dia tidak bahagia dia bisa bercerai, dia bukan orang kuno.

"Baiklah bibi, besok pagi aku kembali lagi kesini kita berangkat bersama ke kota untuk mendaftar pernikahan" kata Aurel tersenyum lembut.

"Baik baik, kita ke kantor sipil besok untuk mengambil surat nikah kalian" kata Bibi lia senang.

"Karena semuanya sudah beres mari makan hidangan yang bibimu masak untukmu dia sudah sibuk saat dari rumah mu tadi bibimu langsung ke dapur untuk memasak sambil menunggumu," kata kepala desa kepada Aurel.

"Iya, kamu coba masakan bibi apakah sesuai dengan selera mu," kata Lia senang lalu ia tidak melihat putranya, dia sibuk berbicara dengan Aurel sehingga tidak memperhatikan keadaan sekitar.

"Kemana anak itu kenapa dia tidak menyambut calon istrinya, bukan kah sudah aku katakan untuk pakai baju yang bagus saat bertemu Aurel, kenapa dia tidak datang" kata Lia kepada Kepala desa suaminya pelan, karena Aurel sering minum air suci pendengarannya jadi jernih jadi dia mendengar apa yang dikatakan bibi lia.

"Jadi, repotin bibi buat apa masak-masak segala tapi karena bibi sudah masak aku tidak sungkan lagi," kata Aurel dengan malu-malu awal menolak tapi mau juga.

Haha haha kepala desa dan bibi lia tertawa mendengar jawaban dari Aurel.

"Kamu lucu juga, ayo anggap saja rumah sendiri, bibi tidak repot kok hanya masak untuk mu" kata lia dengan tersenyum dia senang karena Aurel sudah mulai bercanda dengannya.

Dia makan bersama tanpa William, buat Aurel itu tidak masalah karena dia tidak berharap banyak tentang pernikahan ini, yang penting kepala desa dan bibi lia baik pada nya juga adiknya, tentang suaminya nanti bisa di urus.

Setelah selesai makan, mereka mengobrol bersama di ruangan tamu sebelum Aurel pamit pulang, langsung menjemput adiknya karena hari sudah sore.

Sedangkan di sisi William

Saat saat mendengar suara seorang gadis dari luar dia, yakin pasti itu Aurel, mendengar suaranya saja hatinya bergetar, lalu ia mengintip dari jendela kebetulan jendela mengarah ke ruangan tamu, jadi dia bisa melihat dengan jelas, Aurel berbicara dengan ibunya.

Dia memperhatikan Aurel dari jauh, cantik dengan kulit putih, hidung mancung, bibir kecilnya merah alami sedikit montok, dan lesung pipinya saat tersenyum. Sekarang wajah Aurel sudah berdaging sedikit karena sering minum air suci dan dia sering makan yang mengandung nutrisi.

Deg

Jantung William berdetak saat melihat Aurel dia tidak pernah puas melihat wajah Aurel, lalu ia tersenyum tipis, dia tidak pernah merasakan seperti ini saat bertemu wanita, saat bertemu dengan Siska hanya rasa tidak suka dan jijik yang dia rasakan.

Tapi saat melihat Aurel pandanganya tidak pernah lepas dari gadis itu.

"Apakah aku jatuh cinta padanya, mengapa jantungku berdetak cepat saat melihatnya tersenyum" kata william sendiri.

"Tapi apa aku pantas buat dirinya, aku cacat dia sangat cantik dan sempurna, dia mendapatkan lelaki yang lebih sempurna dari aku, tapi hati ku juga tak rela melepaskan nya" gumam William lagi,

Saat Aurel melihat ke arah jendela William menutup dirinya dibalik jendela supaya tidak dilihat oleh Aurel, setelah itu dia kembali mengintip.

"Apa dia melihatku lalu apakah dia membenciku yang duduk di kursi roda" kata william sibuk dengan pikirannya sendiri, lalu ia memperhatikan Aurel lagi.

"Seperti dia tidak melihatku tadi, syukurlah aku belum siap bertemu dengannya"

Saat mendengar ucapan ibunya bahwa mereka mendaftar pernikahan besok, william terkejut dan juga penuh harap apa jawaban Aurel.

Saat Aurel menanyakan apakah dia setuju, dia menjawab " aku setuju" jawab nya pelan dan cepat dia takut aurel tidak menyetujuinya, tapi siapa yang dengar jawabnya tentu hanya dia sendiri yang mendengarnya.

Dia hanya berputar-putar dengan kursi rodanya di kamar itu, dia tidak sabar menunggu jawaban dari Aurel. Saat Aurel menyetujuinya senyuman nampak di bibirnya.

Meskipun dia tidak Aurel menikahi karena cacat tapi dia juga berharap Aurel menikah dengannya, karena dia sudah yakin dia menyukai Aurel, ia ingin menikahi Aurel bukan sebagai tanggung jawab karena surat pertunangan itu tapi keinginannya dalam hati kecilnya untuk menikahi Aurel segera.

Saat Aurel pulang kerumahnya dia keluar dari kamar, ibunya langsung marah,

"Kemana saja kau, kenapa baru keluar apa kau tidak mau punya istri, kalau begitu ibu batalkan ibu tidak mau Aurel sakit hati setelah menikah denganmu" kata Lia marah kepada william dan Benjamin hanya melihat saja.

"Tentu saja aku mau bu" jawab william cepat takut ibunya benar-benar membatalkan pernikahan nya, lia tersenyum jawaban anaknya lalu ia pura-pura marah .

"Apa yang kau mau, berbicara yang jelas, aku sudah susah mencarikan istri yang baik untukmu, tapi kamu hanya mengabaikan nya, untung saja aku cerdas bisa mengalihkan pikiran Aurel tentang dirimu tidak hadir" kata Lia lagi panjang lebar.

"Aku mau menikah dengan Aurel bu, jangan di batalkan" kata william lagi dengan cepat, lalu Lia tersenyum lebar dan bahagia.

"Apa kamu menyukainya, jika kamu tidak menyukainya ayahmu bisa membatalkannya" kata lia menggoda anaknya itu.

"Aku menyukai nya bu, aku jatuh cinta padanya, jadi aku mohon jangan batalkan" kata william sungguh-sungguh.

"Itu baru anakku" kata Lia senang lalu ia mengambilkan makanan untuk william.

"Kamu pasti belum makan, ini sudah ibu ambilkan, cepat ucap terimakasih pada ibu" kata ibunya dengan senang.

"Sejak kapan ibu gila kata terimakasih kasih" kata william langsung memakan makanan yang di berikan ibunya.

"Aku sedang senang hari ini, asalkan kamu tahu ya, Aurel menyukai masakan ku, dia berjanji setelah dia datang kerumah ini, kami masak bersama-sama, beginilah rasanya bila mempunyai putri dia lebih pengertian dari pada anak laki-laki hanya cuek pada ibunya" kata lia senang dan menceritakan semuanya kepada putranya itu.

"Dia bukan putri ibu tapi menantu ibu," kata william menjawab pertanyaan ibunya itu dan membetulkan perkataan ibunya, jika Aurel jadi putri berarti dia tidak menikah dong.

"Iya dia menantuku, kamu takut sekali dia menjadi adikmu, tenang saja meskipun dia jadi mantuku aku sudah menganggap Aurel putriku" kata lia lagi. William hanya tersenyum dia juga senang karena ibunya menyukai Aurel.