Harin Adinata, putri kaya yang kabur dari rumah, menumpang di apartemen sahabatnya Sean, tapi justru terjebak dalam romansa tak terduga dengan kakak Sean, Hyun-jae. Aktor terkenal yang misterius dan penuh rahasia.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mae_jer, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 26
Pagi itu, sinar matahari menembus tirai apartemen dengan lembut. Harin menggeliat kecil di atas ranjang, masih setengah sadar ketika mencium aroma gurih dari dapur. Ia membuka matanya perlahan, lalu mengucek-ucek mata yang masih berat karena tidur terlalu nyenyak.
"Aroma apa ini, telur?" gumamnya pelan, beranjak duduk dengan rambut masih acak-acakan.
Langkah-langkah pelan membawanya ke ruang makan, dan matanya langsung membulat ketika melihat punggung seseorang yang sangat ia kenal, Hyun-jae berdiri di depan kompor dengan celemek abu-abu melingkar di pinggang.
"Oppa... masak?" tanyanya setengah tidak percaya.
Hyun-jae menoleh sedikit, bibirnya tersungging senyum kecil.
"Babi kecil sudah bangun rupanya." katanya setengah meledek.
Raut wajah Harin langsung berubah. Tidak terima di bilang babi kecil.
Enak aja dia ngatain aku babi kecil. Kalo aku babi, dia musuhnya babi.
Maki Harin dalam hati, tapi tidak bisa memaki langsung di depan orangnya. Nggak beranilah. Orang mengerikan gitu tuh laki-laki kalo sudah menatap dengan wajah dinginnya yang menusuk.
Harin mencoba tersenyum dan mendekat, menatap piring-piring yang sudah tersusun di meja, dua omelet keju, roti panggang, dan segelas jus jeruk dingin. Pemandangan itu terasa aneh tapi hangat.
"Untukku?" tanyanya dengan wajah cerah.
"Bukan," jawab Hyun-jae datar.
"Untuk babi kecil yang baru bangun."
Harin langsung manyun.
"Oppa jahat, masa aku di samain sama babii ..."
Hyun-jae mengulum senyum, lalu menarik kursi.
'Duduk. Makanlah."
Ia melepaskan celemeknya dan menaruhnya di meja. Harin duduk dengan cepat, matanya berbinar melihat omelet buatan sang aktor terkenal.
"Aku makan sarapan buatan bintang film, wahh ..." ujarnya riang.
"Jangan terlalu bangga, itu cuma telur," balas Hyun-jae dengan nada santai, tapi sorot matanya tetap lembut.
Ketika Harin mulai makan dengan lahap, ia diam-diam memperhatikan gadis itu. Ada sedikit bengkak di bibirnya, tapi setidaknya sudah tidak separah semalam. Hyun-jae menyandarkan tubuhnya di meja, menatap dengan ekspresi yang sulit ditebak.
"Kau libur hari ini. Tidak perlu ikut ke lokasi syuting."
Harin menghentikan suapannya.
"Hah? Oppa nggak becanda kan?" matanya berbinar-binar.
Hyun-jae tidak menjawab. Sebaliknya dia bertanya.
"Kau sering main media sosial?"
Harin menggeleng.
"Dulu iya. Sekarang nggak lagi. Gak ada gunanya. Terlalu menyita waktu tidurku." katanya.
Hyun-jae tersungging.
Gadis ini dipikirannya cuma tidur terus. Tapi Hyun-jae sedikit lega, karena dia tidak membaca makian dan kota-kota pedas netizen yang suka sok tahu.
"Kenapa oppa tanya begitu? Oppa juga nggak main medsos? Nggak tahu gimana cara bikinnya? Oppa gaptek? Pengen aku ajarin caranya?"
Hyun-jae menatap Harin agak lama. Mau ajarin dia bikin akun medsos? Ada-ada saja. Waktu jaman kuliah dulu dia adalah mahasiswa terbaik di bidang ilmu komputer. Dengan keterampilan dan kepintarannya, dia bahkan bisa menjadi hacker terhebat. Seorang ahli teknologi sepertinya malah di bilang gaptek? Huh!
Hyun-jae menoyor pelan kepala Harin, lalu berdiri.
"Jangan keluar ke manapun hari ini. Kalau lapar, pesan makanan lewat aplikasi saja. Bayarnya pakai ini." katanya lalu mengeluarkan sebuah black card dan di letakkan di atas meja. Harin hanya menatap kartu hitam itu dengan mata tak berkedip. Itu jelas bukan kartu biasa.
"Ingat, jangan keluar." kata Hyun-jae lagi.
Nada suaranya tegas, hampir seperti perintah. Harin hanya mengangguk. Matanya masih fokus ke black card milik Hyun-jae.
Gila. Kalau penggemar Hyun-jae tahu dia di kasih pegang black card milik pria itu mereka pasti histeris. Harin jadi senyum-senyum sendiri.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Sementara itu, di pusat kota Jakarta, suasana kantor manajemen produksi sudah ramai luar biasa. Puluhan wartawan dari berbagai media, baik lokal maupun internasional, memenuhi ruangan besar yang sudah disiapkan untuk konferensi pers mendadak oleh Hyun-jae.
Kamera, mikrofon, dan lampu sorot berjejer mengarah ke satu panggung kecil. Di atasnya, ada meja panjang dengan satu kursi, kursi yang nanti akan ditempati sang aktor utama yang kini sedang menjadi pusat gosip panas di dunia hiburan Indonesia bahkan sampai di negaranya sendiri dan beberapa negara lainnya.
Ketika pintu terbuka dan Hyun-jae melangkah masuk dengan jas hitam rapi, suasana langsung berubah hening. Semua mata tertuju padanya. Langkahnya mantap, ekspresinya dingin tapi berwibawa. Aura dominannya membuat semua orang secara refleks menegakkan punggung.
Ia duduk, menatap sekilas ke arah para wartawan yang sudah menyiapkan pulpen dan kamera. Lalu, tanpa basa-basi, ia mulai bicara dengan nada tenang namun tegas.
"Terima kasih sudah datang. Aku tahu gosip yang beredar semalam sampai pagi ini cukup liar dan tidak benar. Jadi, aku akan menjelaskannya langsung hari ini."
Ruangan langsung dipenuhi suara kilatan kamera.
"Pertama-tama," lanjutnya,
"Gadis yang bersama aku dalam foto itu adalah asistenku. Dan dia bukan, seperti yang kalian tulis, perempuan yang memanfaatkan popularitasku untuk panjat sosial. Semua berita itu tidak benar."
Suaranya berat dan dalam. Ia menatap langsung ke arah kamera di tengah ruangan.
"Akulah yang meminta dia bekerja denganku. Aku memilihnya sendiri. Jadi, kalau kalian menyalahkan seseorang, salahkan aku. Bukan dia."
Beberapa wartawan mulai saling berbisik. Hyun-jae tidak berhenti.
"Dia hanya menjalankan tugasnya sebagai asisten. Dan aku tidak akan diam melihat seorang gadis muda dihujat dan dihina di dunia maya hanya karena gosip bodoh tanpa bukti."
Nada suaranya meninggi sedikit, penuh emosi yang tertahan. Ia melanjutkan, menatap tajam ke arah salah satu media besar yang sempat memuat artikel paling kejam.
"Media yang memuat berita palsu akan kami tuntut. Semua akun yang menyebarkan fitnah akan kami laporkan. Ini bukan sekadar masalah reputasi, tapi tentang kemanusiaan dan kehormatan seseorang."
Ruangan sunyi. Tidak ada yang berani memotong ucapannya.
Seorang wartawan memberanikan diri mengangkat tangan.
"Jadi, Hyun-jae ssie, apakah anda dan gadis itu memiliki hubungan pribadi di luar pekerjaan?"
Pertanyaan itu memicu bisikan ramai. Semua menunggu jawabannya.
Hyun-jae menatap wartawan itu lama, lalu tersenyum tipis.
"Yang jelas, aku peduli padanya. Dan siapa pun yang berani menyakitinya, akan berurusan langsung denganku."
Jawaban itu mengambang, seperti ledakan halus.
Wartawan langsung menulis cepat, kamera berkedip-kedip, dan bisikan kembali memanas. Tapi Hyun-jae tidak menambahkan apapun lagi. Ia berdiri, menunduk singkat, lalu berjalan keluar ruangan dengan langkah mantap.
Begitu pintu tertutup, media langsung heboh. Tajuk berita muncul dalam hitungan menit.
"Hyun-jae bela asisten barunya mati-matian!"
"Siapa sebenarnya gadis Biasa yang diperjuangkan bintang besar!"
"Pernyataan tegas Hyun-jae guncang dunia hiburan!"
Banyak penggemar Hyun-jae yang perempuan patah hati mendengar klarifikasi tersebut. Kata-katanya yang tegas itu memang membuktikan kalau dia memang ada hubungan khusus dengan asistennya. Mereka makin penasaran seperti apa wajah perempuan itu.
dah bagus dipungut jadi anak konglomerat.eh banyak tingkah.
kalo bisa akun yang nyebar gosip penjarain aja ...😂😂
siap siap kamu Luna masuk penjara ..😁
yang jadi sumber kehebohan
malah adem ayem di apartemen....
bisa jadi malah lagi karaokean pakai gagang sapu......😁😁😁😁
lanjut terus kak semangat moga sehat slalu 😍😍😍