Hayi, seorang remaja yang akrabnya di panggil Ay, terpaksa menuruti kemauan ayahnya untuk di kirim ke salah satu pesantren agar dirinya sedikit berubah dari kebiasaan buruknya. dari sanalah sebuah kejadian yang tak pernah terbayangkan dalam hidupnya terjadi, ketika tiba-tiba saja ia di ajak ta'aruf oleh seorang anak pemilik pesantren bernama Altair, yang kerap di panggil Gus Al.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nonaniiss, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
11
🌙
Hari Jum'at adalah hari yang paling di tunggu-tunggu oleh para santri, karena mereka bisa bersantai dan beristirahat. Hal itu juga yang di lakukan oleh para Santri di asrama Fatimah. Jam 8 pagi, Hayi masih berada dalam selimut, sementara yang lainnya sudah bersiap karena ingin berjalan-jalan di area pesantren sembari cuci mata.
Hayi yang memang sangat nyenyak dengan tidurnya, tiba-tiba membuka matanya dengan setengah sadar karena mendengar suara samar yang membuatnya takut. Dengan setengah kesadaran ia melihat siapa yang sudah ada di depannya.
"Anak gadis kok bangunnya kesiangan. Bangun atau saya kasih semua air sama embernya ke muka kamu." Kata ustadzah Marwah dengan memercikkan air pada wajah Hayi sehingga membuat gadis itu langsung terkejut dan bangun.
"Mandi dan ganti bajumu, setelah itu ikut saya." Kata ustadzah Marwah.
Karena malas berdebat, Hayi pun hanya mengiyakan saja. Kini ia pun sudah selesai dengan semuanya, saat keluar, ia terkejut karena sudah ada Gus Altair di sana.
"Afwan , Gus. Sudah saya bangunkan." Kata ustadzah.
"Terimakasih ustadzah."
"Sama-sama Gus. Kalau begitu saya permisi dulu, assalamualaikum."
"Walaikumsalam."
"Ngapain Lo ada disini?" Tanya Hayi heran.
"Bicara yang sopan, saya guru kamu. Ikut saya!" Kata Gus Altair.
Hayi hanya diam saja dan mengikuti perkataan Gus Altair. Hingga kini mereka sampai di depan sebuah kandang kambing yang membuat Hayi bertanya-tanya. Melihat kedatangan Gus Altair membuat salah seorang pria paruh baya keluar dengan masih menggunakan sepatu kelontong.
"Assalamualaikum, kang."
"Walaikumsalam, Gus. Kok tumben kemari, ada apa?" Tanya kang Rudi.
"Hari ini saya membawa teman biar ada yang bantuin Kang Rudi." Kata Gus Altair
"Oh ya , Gus? Siapa?" Tanya kang Rudi
"Dia. Hayi, kamu akan membantu kang Rudi membersihkan kandang kambing. Kang, di arahkan ya dia, tidak perlu sungkan untuk mengajarinya, dia sudah ahli kok."
"Hahhh???? Gue??!"
"Baiklah Kang, saya permisi dulu ya, assalamualaikum."
"Walaikumsalam, Gus."
"Ayo neng Hayi, kamu pindahkan rumput ini ke sana, ya." Kata kang Rudi.
"Kok, gue."
"Kan Gus Al sendiri yang bilang, katanya teh kamu yang bantuin saya hari ini. Ayo ini nanti keburu saya solat Jum'at, nanti malah kamu sendirian bersihinnya." Kata kang Rudi.
Hayi hanya berdecak kesal saja. Ia menutup hidungnya karena bau khas yang sangat menyengat itu menyeruak. Bahkan ia menutup hidung saja seperti tidak mempan sama sekali, karena baunya masih bisa tercium.
"Hoek hoekk, ".
Kang Rudi yang melihat itu hanya terkekeh saja. Karena tidak tega, akhirnya ia pun menyuruh Hayi untuk mengerjakan pekerjaan yang lebih mudah. Kini pukul 10 pagi lebih pekerjaan mereka sudah selesai. Hayi keluar dengan bernafas lega. Kini ia berjalan untuk kembali ke asrama. Sepanjang perjalanan banyak santri yang berpapasan dengannya menutup hidung mereka. Ia hanya menatap sinis saja karena memang ia tahu jika tubuhnya saat ini sangatlah bau, ia juga bisa merasakan sendiri.
"Kok seperti bau kambing sih, hoekk." Ucap Intan dengan menutup hidungnya begitupun juga yang lainnya.
tak berselang lama, Hayi pun masuk dengan semua teman-temannya yang langsung menutup hidungnya. Ia tidak menyapa ataupun berbicara pada mereka melainkan langsung mengambil handuk dan baju ganti dan pergi untuk segera membersihkan diri.
Saat dalam perjalanan, ada salah seorang santri yang tiba-tiba saja menghampirinya kemudian memberikan satu buah coklat padanya, hanya saja ia menolaknya dengan kasar karena memang ia tidak menyukai coklat. Tanpa rasa bersalah dan meminta maaf, Hayi langsung berlalu pergi begitu saja. Ia tidak tahu siapa yang barusan ia tolak.
"Wahh, lihat saja nanti. " Gumam Gema salah satu santri yang terkenal dengan rayuannya pada para santriwati.
"Hahaha, kamu di tolak sama cewe itu ya?"
"Diam kalian semua!!"
Setelah selesai dengan ritual mandinya, Hayi kembali menuju asramanya, namun belum sampai di asrama, ia sudah di hadang lagi oleh Gema. Ia hanya menatapnya saja dengan datar dan melewati Gema begitu saja. Sementara Gema langsung menghadangnya lagi sambil merentangkan kedua tangannya.
"Baru kali ini loh saya ketemu sama cewe sombong seperti kamu? Santri baru kan? Masih baru tapi membuat masalah terus." Kata Gema.
"Urusannya sama Lo apa? Yang buat masalah gue, yang kena hukum juga gue, kok Lo yang ribet?" Kata Hayi yang membuat Gema sedikit terkejut dengan cara bicaranya.
"Woahh, anak kota banget ya hahaha. Saya suka, kamu tipe saya."
"Tapi gue nggak! Udahlah minggir! Lo ngehalangin jalan gue." Kata Hayi dengan mendorong Gema.
Karena kesal mendapat penolakan dari Hayi, dengan refleksnya Gema pun menarik kerudung Hayi hingga terlepas. Melihat apa yang di lakukannya, tentu saja Gema terkejut. Mendadak tangannya gemetar, karena jika ada yang tahu perbuatan sudah pasti ia akan di hukum. tapi, sebelum itu terjadi, secara tiba-tiba Hayi mengayunkan kakinya hingga mengenai wajah Gema, sehingga membuat pria itu tersungkur.
"Sorry nggak sengaja." Kata Hayi dengan tersenyum malas.
"Hayi!!!! Gema!!!" Teriakan menggelegar membuat semuanya menoleh ke sumber suara.
"Dia lagi!!! Aishh kenapa tuh orang selalu muncul sih." Gerutu Hayi melihat Gus Altair sedang berjalan ke arahnya dengan wajah marahnya.
"Astagfirullah." Ucap ustadz Ali dengan membantu Gema berdiri.
"Ya silahkan hukum gue. Gue tau, Lo mau hukum gue kan. Hmm, nih pukul, nih mau bagian mana lagi? " Kata Hayi yang malah menantang Gus Altair.
Dan benar saja, kali ini karena Gus Altair yang merasa selalu di rendahkan dan di permainkan oleh Hayi, kini rotan yang di bawanya pun berhasil mengenai lengan dan punggung Hayi.
"Astaghfirullah, ada apa ini, Gus?" Tanya Kyai Ilham yang baru saja datang karena melihat adanya keramaian.
"Abi, santri ini benar-benar liar. Sepertinya keputusan Abi menerima dia di pesantren ini salah besar. Lebih baik, dia di keluarkan saja dari pesantren ini, Abi. Abi tidak lihat berapa banyak dia membuat masalah selama dia datang sampai sekarang? Bahkan hukuman yang saya berikan saja belum selesai, tapi dia sudah membuat masalah lagi." Kata Gus Altair dengan nada marahnya.
" Saya tidak salah, kyai. Dia yang menarik kerudung saya duluan, lalu dengan refleknya ya saya membela diri lah, bukannya ada yang bilang rambut adalah aurat. Saya membela diri karena bocah ini sudah kurang ajar dengan saya." Kata Hayi tak mau kalah.
"Apa benar yang di katakan oleh dia?" Tanya Kyai Ilham, namun Gema hanya diam saja.
"Nggak mau ngaku, gue kasih tendang sekali lagi mau?" Kata Hayi yang langsung mendapatkan pukulan telak dari Gus Altair.
"Aduhhh!".
"Kamu itu bicara yang sopan!!!" Sentak Gus Altair dengan geramnya
Bertepatan dengan itu, speaker masjid pun berbunyi pertanda solat Jum'at akan segera di mulai. Kyai Ilham pun akhirnya memutuskan menyudahi saja dan menyuruh salah ustadzah agar mengantarkannya ke Ndalem.