NovelToon NovelToon
Putra Sang Letnan Kolonel

Putra Sang Letnan Kolonel

Status: sedang berlangsung
Genre:One Night Stand / Anak Genius / Hamil di luar nikah / Cinta Lansia
Popularitas:3.5k
Nilai: 5
Nama Author: Dini ratna

Malam tragis, telah merenggut masa depan Zoya. Menyisakan trauma mendalam, yang memisahkannya dari keluarga dan cinta.
Zoya, mengasingkan diri yang kembali dengan dua anak kembarnya, anak rahasia yang belum terungkap siapa ayahnya. Namun, siapa sangka mereka di pertemukan dengan sosok pria yang di yakini ayah mereka?
Siapakah ayah mereka?
Akankah pria itu mengakuinya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dini ratna, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Siapa ayah kalian?

“Itu tidak akan terjadi,” sela Lusi, dari obrolannya bersama Ardian. “Seseorang tidak mungkin hamil, hanya karena berhubungan satu kali. Dan jika pun iya, apa kau yakin itu benihmu? Mungkin saja, itu benih pria lain mengingat—wanita itu seorang j***ng. 

Ardian terdiam. Dia tidak bisa berkata apa-apa mengingat apa yang Lusi katakan benar adanya, mereka hanya bertemu sekali, bagaimana mungkin wanita itu langsung hamil. Namun, mendengar masa lalu Zoya, membuat hatinya terenyuh yang terus teingat pada kesalahannya di masa lalu. 

“Aku harap kita bisa bicara dari hati ke hati, agar hubungan kita semakin dekat,” tutur Lusi. “Aku tidak pernah menyesal, ketika harus bersandiwara menjadi tunanganmu.”

Lusi menarik diri dari kursinya, menatap Ardian dalam, sebelum akhirnya meninggalkan pria itu sendirian. Ardian, termenung—memikirkan hatinya yang bingung, kenapa tiba-tiba punya firasat jika wanita itu hamil. 

Sementara di Jakarta, dalam waktu yang berbeda. Zoya, sudah siap dengan pakaian dinasnya, dia akan pergi ke Astracare setelah mengantarkan Zayden dan Zayda ke sekolah. 

“Mama, bagaimana dengan kami? Jika Mama bekerja siapa yang akan menjemput dan menemani kami di rumah?” 

Zoya, tidak sempat memikirkan hal itu. Dulu—saat di Qodroh, kedua putranya ada yang menjaga yaitu Sitto Aminah, tapi di sini, Zoya, tidak punya orang lain yang bisa menjaga anaknya sepulang sekolah. 

Zoya, berpikir sejenak, bagaimana jika dirinya membawa Zayden dan Zayda ke rumah sakit, apa diperbolehkan? Mengingat dirinya baru bekerja di sana.

“Sudahlah, biar nanti aku pikirkan,” katanya pada diri sendiri. 

“Nanti, Mama pikirkan. Sekarang, kalian harus berangkat sekolah dulu.” 

“Tapi, Mama bagaimana jika kita pulang sekolah nanti, dan Mama belum memiliki jawaban?” tanya Zayda. 

“Zayda, benar. Jika dipikir-pikir kenapa Mama tidak membawa kami ke rumah papa, bukankah tujuan kita ke Indonesia itu untuk bertemu papa?” tanya Zayden, dengan tatapan menyelidik.

“Apa Mama membohongi kita lagi?” 

Zoya, tidak bisa berkata apa-apa, ketika dirinya semakin terpojok. Saat ini pun tiba, di mana kedua anaknya menekan—bertanya tentang keberadaan papanya. Zoya, harus bilang apa? Jika saat di Qodroh, dia menjadikan alasan itu untuk pergi tapi sekarang, alasan apa lagi yang harus Zoya, katakan. 

“Anak-anak jika kalian terus bicara, maka kalian akan terlambat. Ayo, sekarang kita keluar, taksi yang akan mengantarkan kalian ke sekolah sudah ada di bawah.” 

Zayden, dan Zayda, cemberut. Setiap kali bertanya tentang papanya selalu tidak ada jawaban yang pasti dari ibunya. Zayden, hanya iri juga bingung ketika semua teman-temannya bercerita tentang ayah mereka lalu … siapa yang akan jadi ceritanya, sedangkan dia hidup tanpa seorang ayah. 

“Zayden, bagaimana ini?” Zayda, menatap bukunya dengan wajah murung. 

“Huh, entahlah,” seru Zayden, yang menghela nafas panjang. 

Hari ini di kelasnya, semua teman-temannya akan menceritakan tentang orang tua mereka termasuk ayah. Zayden dan Zayda mereka tidak begitu bingung, tapi—bagaimana dengan sosok ayah. 

“Zayden, Zayda, majulah,” perintah Miss Elena. “Karena kalian saudara, jadi kalian bisa cerita tentang keluarga kalian bersama-sama.” 

Zayden, dan Zayda saling menatap. Mereka, mengangguk lantas melangkah maju ke depan kelas. Ada rasa ragu dalam diri Zayda, apalagi setelah mendengar kisah keluarga Alea. Gadis, itu begitu beruntung lahir dari keluarga kaya, orang tua seorang dokter dan kakek, neneknya pemilik rumah sakit. Bahkan, kakek dari sang ibu seorang pejabat negara sungguh keluarga yang sempurna. 

Sekarang bagaimana dengan mereka.

“Zayden, Zayda,” panggil Miss Elina, menatap sepasang anak kembar yang kebingungan. Mereka masih diam walau Miss Elena sudah memanggilnya untuk kesekian kali.

Helaan nafas panjang Zayden, hembuskan sebelum akhirnya ia memulai. 

“Assalamu’alaikum, nama saya Zayden Revandra Zoya, dan ini adik saya Zayda, Kaida Zoya.” Tunjuk Zayden, ke arah Zayda yang berdiri di sampingnya. 

“Kami … lahir dan tumbuh di negara Nayrad, tepatnya di kota Qodroh, yang terkenal akan konflik yang tak pernah usai. Penuh tantangan, didikan keras, dan pengorbanan. Kami lahir tanpa Ayah, dan ibu kami seorang dokter yang selalu membantu saudara-saudara kami yang kesulitan di sana.” 

“Tunggu!” seru Alea, menghentikan cerita Zayda. Semua orang kini menatap Alea. “Jika kau lahir tanpa seorang ayah, lalu di mana ayahmu? Apa kamu benar tidak punya ayah atau ayah kalian ….” 

“Kami tentu saja punya ayah!” tegas Zayda, tidak ingin kalah. Semua temannye memiliki ayah kenapa tidak dengannya. 

“Ayah kami seorang perwira, dia hebat, tangguh—penyelamat semua orang. Seandainya kalian tahu seperti apa kehidupan kami di sana, jangan, kan tertawa riang yang kami dengar selama ini hanyalah suara dentuman. Mungkin jika kalian jadi kami, kalian akan merasa sangat takut untuk tertidur, yang ragu  tidak akan bangun lagi esok pagi, yang pasti ayah kami ada di suatu tempat dia sedang berjuang membela negaranya.” 

Suasana menjagi hening, semua terdiam mendengar ucapan Zayden. Zayda, diam melongo tidak percaya dengan semua yang Zayden katakan, bisa-bisanya dia berpikir ayahnya seorang perwira, padahal tidak tahu. Namun, Zayda senang, dengan begitu teman-temannya tidak akan bertanya lagi siapa ayahnya. Zayden, pasti mengingat pak Letnan, dan jika pun mereka ingin bertemu nantinya, Zayden, akan meminta bantuan pak Letnan untuk menjadi papanya.

“Siapa nama ayah kalian? Benarkan seorang perwira atau—kalian memang anak yatim piatu korban perang. Apa jangan-jangan ayah kalian sudah tiada.”

Zayda, mengepalkan tangannya. Bibirnya mengatup rapat menatap Alea dengan marah. Melihat saudara kembarnya sedang marah, Zayden langsung menggenggamnya dengan lembut, membuat amarah Zayda mereda—perlahan.

Zayda, menoleh pada Zayden, yang menganggukkan kepalanya.

“Walau kami tidak tahu di mana beliau, tapi kami yakin ayah kami akan kembali dan akan datang menjemput putra-putrinya.” Harapan, yang membuat Zayda ingin menangis. 

“Sesakit inikah tidak memiliki ayah?” Zayda, hanya bisa menangis dalam hati. Zayden, menggenggam tangan Zayda sangat erat seolah sedang menenangkan, sambil tersenyum dia melirik adiknya.

“Huh, membosankan. Aku seperti berada di dunia perang, semua identitas kalian disembunyikan, papa kalian bukan teroris, kan?” ejek Alea, diiringi tawa. 

Serempak seisi kelas menertawai Zayden, tapi tidak dengan Miss Elena. Bahkan, satu orang siswa berkata, “Alea, sepertinya mereka harus dilaporkan pada kakekmu, bilang padanya negara kita tidak aman.” 

Alea dan teman-temannya kembali tertawa. Miss Elena, meredamkan tawa mereka, yang mendekat ke arah Zayden dan Zayda, lalu berjongkok di hadapan keduanya. 

“Jangan dengarkan apa kata teman-teman, kalian adalah anak hebat. Sesusia kalian, sudah bisa saling melindungi. Sekarang, kalian duduklah kembali.” 

Zayden dan Zayda kembali ke meja mereka. Zayda, masih tidak terima dengan ejekan Alea yang terus menatapnya tajam. 

Sementara, Zoya dia sedang berada di Astracare yang saat ini sedang berkeliling mengikuti arahan Dr. Arga, Zoya ditugaskan di UGD, dan sebagai senior Arga, harus memperkenalkan semua tempat di Astracare itu kepada Zoya. 

“Dr. Zoya, kamu sudah hapalkan.” 

“Iya, Dok.” 

“Sekarang pergilah ke UGD, kau akan ditemani Arina sebagai asistenmu.” Zoya, melirik ke arah wanita yang berdiri di sampingnya lantas menebarkan senyum. 

Tiba-tiba panggilan darurat datang, memberitahukan Arga, bahwa ada pasien darurat yang membutuhkan pertolongan. Zoya, segera mengikut Arga menuju lobi utama untuk menyambut pasien yang baru saja turun dari mobil ambulance. 

Hari pertamanya bekerja sudah melelahkan. Jika diperhatikan semua dokter dan perawat yang ada di sana hanya diam, dan Zoyalah yang bekerja. Mereka seenaknya memerintah membuat Zoya, tertekan. Mungkin, karena dirinya masih baru dan muda belum berpengalaman di rumah sakit besar. 

Namun, pengalamannya di Qodroh, menjadikannya seorang dokter yang kuat dan kompeten. Mereka, mungkin tidak menyangka Zoya, sesabar itu menghadapi beberapa pasien darurat. Saking, sibuknya Zoya, melupakan si kembar yang seharusnya dijemput saat pulang.

“Dr. Zoya, istirahatlah dulu. Kamu sudah melakukan yang terbaik hari ini.” Arga tersenyum pada Zoya, membuat wanita itu terpaku sesaat lalu mengangguk menerima perintah atasannya.

“Kalau begitu saya izin ke kantin Dok,” ucap Zoya yang dibalas Jeremy dengan anggukan. 

Zoya, pergi meninggalkan ruang UGD yang penuh dengan bau medis yang menyengat. Tangannya, terus memijat bagian bahu sambil melangkah, tiba-tiba langkahnya terhenti yang teringat si kembar yang langsung melihat arloji di tangannya.

“Astagfirullah! Zayden, Zayda!” 

Zoya terbelalak saat melihat jarum kecil arlojinya menunjukkan ke arah jam 3, sudah tiga jam yang lalu anak-anaknya pulang tapi Zoya, malah sibuk dengan pekerjaannya dan lupa menjemput mereka. 

Lalu, bagaimana keadaan mereka?

Zoya, segera pergi ke luar. Tangan kosongnya merogoh cepat ponsel genggamnya yang ada dalam saku jas putihnya. Secepat mungkin Zoya, memesan taksi online tapi dia urungkan dengan cepat. Jika menunggu taksi online pasti membutuhkan waktu yang lama, sehingga Zoya mencari cara agar cepat sampai di sekolahan putra-putrinya. Dan dia menunjuk ke arah tukang ojek yang sedang mangkal tidak jauh di depan gerbang rumah sakit. Zoya, segera lari menuju ojek itu.

Sementara, Zayden dan Zayda asyik memilih ice cream di dalam cafe, yang ditemani seseorang. 

1
zh4insu
Kasian, Zoya di buat sibuk di RS, Ardian di tugaskan ke luar negeri, dan mereka punya niat terselubung untuk si kembar,,,,
Ya Allah, semoga kembar gak akan kenapa-napa...
Endang 💖
ini laki2 tegas...GX banyak omong langsung bertindak
zh4insu
Semoga yang masuk Adrian dan kembar
Endang 💖
kok radit jht bgt SM Zoya
up LG nnti thor
Reenyy Yuny Setianie
jahat banget radit 😠
zh4insu
Ya Allah, Radit kamu sungguh tega...
Pak Letnan, yang pintar kenapa sih gak liat itu anak-anak ada kemiripan gak sama dia, dan tas DNA. Apalagi punya rumah sakit sendiri... Gereget aku...
Endang 💖
ya ampun Radit tega bgt sama zoya
zh4insu
Si pak kolonel kah?
Endang 💖
hebat anak2 Zoya
Rozh
semngat kak, ceritanya seru😻🌹
Endang 💖
masih penasaran sama kelanjutNnya
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!