Gita seorang istri yang tidak begitu di anggap keberadaanya oleh sang suami, tapi karena cinta membutakan Gita, hingga akhir di saat ulang tahun pernikahan yang ke satu tahun Gita yang ingin memberikan kejutan pada sang suami justru ia yang terkejut karena.
tanpa sengaja Gita melihat perselingkuhan sang suami dengan ibu kandungnya sendiri. hari itu ia mendapatkan kado penghianat ganda.
karena shock Gita pergi keluar dan mengalami kecelakaan, disaat itulah ia di nyatakan meninggal tapi tiba tiba tetak jantungnya kembali.
tapi itu bukan Gita yang dulu karena tubuh Gita sudah di masuki oleh seorang ratu penguasa jaman kuno yang mati karena penghianat. dan kini berada di tubuh Gita.
ingin tau kelanjutannya yuk mulai baca
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon inda, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 11
Esok malamnya, Keira berdiri di depan sebuah restoran mewah di pusat kota. Ia tidak datang sebagai pemilik Ratu Batu, atau sebagai desainer interior. Tapi sebagai Keira—perempuan yang menyimpan rahasia besar.
Pria paruh baya itu datang, mengenakan jas hitam dan topi. Langkahnya mantap, namun begitu matanya bertemu mata Keira, tubuhnya tampak sedikit gemetar.
“Apa yang kau inginkan, nona?” tanyanya, mencoba terdengar tenang.
Keira tersenyum datar. “Aku tahu tentang putrimu yang hilang tujuh tahun lalu di luar negeri. Aku tahu di mana terakhir kali dia terlihat. Aku bahkan tahu siapa orang terakhir yang bersamanya.”
Wajah pria itu mendadak pucat. “Kau... siapa sebenarnya kau?”
“Orang yang bisa membantumu. Tapi tentu saja, ada syaratnya,” jawab Keira dingin.
“Apa syaratmu?”
“Setelah aku bantu menemukan anakmu, kamu dan semua koneksi bisnismu tidak boleh lagi menyentuh atau mengusik Ratu Batu. Termasuk semua vendor, jaringan, dan pelanggan yang sedang kamu incar. Aku akan mengakhiri ini dalam diam. Tapi jika kau melanggar... aku akan membuka semua yang kau sembunyikan—termasuk rahasia keluargamu di luar negeri.”
Pria itu diam. Detik berlalu dalam tekanan yang menggantung.
“Aku setuju,” jawabnya akhirnya. “Tapi... kau harus berjanji juga tak menyakiti anakku.”
“Bantu aku, dan aku akan bantu kau. Kau punya waktu satu bulan,” ujar Keira sambil berdiri.
Pria itu menunduk dalam kekalahan. Saat Keira melangkah pergi, dari kejauhan, Rafael berdiri di sisi mobil hitamnya, memperhatikan dengan mata tajam. Ia tak ikut campur, tapi tak akan membiarkan satu pun ancaman menyentuh Keira.
Setelah kesepakatan dibuat, Keira kembali ke rutinitasnya di kantor desain milik Ares. Tidak ada yang berubah dari luar—senyumnya tetap hangat saat menyapa klien, konsep desainnya tetap tajam dan brilian, dan rekan-rekannya tetap mengaguminya. Tapi di balik senyum itu, pikirannya terus bekerja.
Setiap malam, ia menyisihkan waktunya untuk melacak jejak sang anak perempuan yang hilang. Dari informasi yang ia dapatkan lewat kekuatannya, Keira tahu gadis itu terakhir kali berada di sebuah panti rehabilitasi kecil di luar kota Shuzhou, Negara C.
Keira kembali menghubungi kenalanya
“Aku butuh bantuan. Kita harus kembali ke Negara C. Tapi kali ini, tidak ada urusan batu. Ini... sesuatu yang lebih pribadi,” ucap Keira lewat sambungan telepon.
“Pesawat siap kapan pun kau mau,” jawab Adrian, pendek dan jelas.
Malam itu, Keira terbang diam-diam. Rafael tahu, tapi ia tidak ikut. Ia memilih untuk tetap berjaga dari jauh, memastikan tak ada kekuatan lain yang mencelakai perempuan itu.
Di Negara C, Keira tiba di panti itu. Tapi bangunannya telah lama terbengkalai. Orang-orang sekitar hanya bisa memberi keterangan samar: ada seorang gadis muda yang pernah tinggal di sana, lalu tiba-tiba menghilang.
Keira berdiri di tengah reruntuhan panti, menutup mata.
Dalam gelap yang ia lihat, gadis itu berlari. Ada seseorang yang mengejarnya. Seorang pria muda berbaju putih, wajahnya samar. Tapi Keira bisa merasakan—gadis itu tak diculik. Ia melarikan diri bersama seseorang yang mencoba menolongnya.
“Dia masih hidup,” gumam Keira.
Setelah itu, Keira menemui agen data bawah tanah yang dikenal hanya dengan nama Yu. Ia memberikan nama gadis itu, dan foto lama dari file bos Aristo.
“Aku tidak butuh dokumen palsu atau senjata. Aku hanya butuh kebenaran,” kata Keira.
Yu memandangnya. “Kau bukan orang biasa.”
“Aku juga tidak pernah mengaku biasa.”
Dua hari kemudian, Keira menerima informasi. Gadis itu, ternyata sempat tinggal di panti lain dengan identitas baru. Namun kemudian pindah ke sebuah kota kecil di pegunungan untuk bekerja sebagai pengasuh di rumah seorang duda kaya.
“Di sinilah kita akan bertemu, putri yang hilang,” ucap Keira.
Sebelum kembali ke Indonesia, Keira menyempatkan diri membeli koleksi baru batu berharga. Kali ini, ia membeli dalam jumlah besar—cukup untuk membuka dua cabang toko Ratu Batu di Jakarta dan Surabaya.
Adrian ikut mengatur pengiriman melalui kargo pribadi. “Kau sedang membangun kerajaan,” katanya sambil tersenyum.
Keira hanya mengangguk. “Aku sedang membangun tempat berlindung bagi diriku sendiri. Dan siapa tahu... untuk orang lain juga.”
Setibanya di Jakarta, aktivitas Keira di perusahaan Ares kembali berjalan lancar. Tapi kini, ada yang berubah. Tatapan matanya lebih tajam. Wibawanya terasa lebih kuat. Dan dari kejauhan, Rafael terus memantau... semakin terpesona, namun tetap diam.
Karena Rafael tahu, waktunya belum tiba.
Waktu di mana ia bisa berdiri di samping Keira... sebagai sekutu, pelindung, dan seseorang yang bisa menjadi lebih dari itu.
Pagi itu, Keira baru saja tiba di kantor desain. Rambutnya disanggul simpel, blazer abu-abu yang ia kenakan menonjolkan aura profesionalnya. Belum sempat ia meletakkan tas, sebuah amplop putih tanpa nama tergeletak di meja kerjanya.
Ia mengernyit. Tak ada stempel kantor pos. Tidak juga cap kurir.
Ia membukanya.
"Jika kau ingin tahu siapa yang membawa gadis itu pergi, datanglah ke Restoran Taman Bambu, pukul tujuh malam. Sendiri. Jangan libatkan siapa pun, atau kau akan kehilangan jejaknya selamanya."
Keira memandangi tulisan tangan itu dengan sorot mata dingin. Hanya sesaat, ia merenung, sebelum akhirnya kembali bekerja seperti biasa. Tak ada yang tahu, pikirannya sudah menebak: ini bukan jebakan biasa. Dan ia tidak akan datang tanpa persiapan.
Malam harinya, Keira mengenakan mantel hitam dan sepatu bot pendek. Ia menyelipkan belati tipis di balik jaket—bukan karena takut, tapi karena ia tidak suka dipermainkan.
Restoran Taman Bambu berada di pinggiran kota, tenang dan dikelilingi pepohonan rimbun. Saat Keira masuk, seorang pelayan menghampirinya dan menunjuk meja VIP yang telah dipesan.
Di sana, duduklah seorang pria muda. Wajahnya tenang, matanya tajam, dan senyumnya seolah menyimpan banyak rahasia.
“Keira Alisya", ucapnya. “Akhirnya kita bertemu.”
“Siapa kau?”
“Namaku Arven. Aku… teman dari masa lalu seseorang yang sedang kau cari.”
Keira menatapnya dalam-dalam.
“Gadis itu, anak dari bos Aristo. Kau tahu di mana dia?”
Arven mengangguk pelan. “Aku yang membawanya pergi. Aku yang menyelamatkannya dari panti. Tapi sekarang dia menghilang. Lagi.”
Keira mencengkeram gelas air di depannya.
“Kenapa kau menyelamatkannya?”
“Karena aku punya hutang pada ibunya.” Arven menatap meja sesaat, lalu menatap Keira. “Tapi aku tidak bisa mencarinya sendiri lagi. Aku butuh bantuanmu.”
Keesokan harinya, Keira kembali ke perusahaan Ares. Ia menyusun desain ruang keluarga untuk klien dari luar negeri, memeriksa jadwal produksi furnitur, lalu menerima laporan dari staf lapangan. Semua berjalan seperti biasa.
Namun, saat makan siang, ia mendapat pesan dari Rafael:
“Kita perlu bicara. Aku tahu tentang Arven. Dan dia bukan orang biasa.”
Keira terdiam sejenak. Jantungnya berdetak cepat. Ia tahu, ini akan jadi awal dari pusaran konflik yang lebih dalam. Tapi Keira tak gentar. Ia sudah tahu siapa dirinya.
Dan ia takkan mundur.
Bersambung
sangat recommended untuk dibaca.
di tunggu karya karya terbaik selanjutnya kak.
sat set sat set dan gak banyak drama ikan sapu, suka banget sama cara keira
keira juga belum tau kan ayah kandung nya siapa
sukses terus thor. . karya mu aku suka👍👍👍👍semangat😇😇💪💪💪