Bismillah karya baru,
Sudah tiga tahun Elyana menikah dengan Excel Damara, seorang Perwira menengah Angkatan Darat berpangkat Kapten, karena perjodohan.
Pernikahan itu dikaruniai seorang putri cantik yang kini berusia 2,5 tahun. Elyana merasa bahagia dengan pernikahan itu, meskipun sikap Kapten Excel begitu dingin. Namun, rasa cinta mengalahkan segalanya, sehingga Elyana tidak sadar bahwa yang dicintai Kapten Excel bukanlah dirinya.
Apakah Elyana akan bertahan dengan pernikahan ini atas nama cinta, sementara Excel mencintai perempuan lain?
Yuk kepoin kisahnya di sini, dalam judul "Ya, Aku Akan Pergi Mas Kapten"
WA 089520229628
FB Nasir Tupar
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hasna_Ramarta, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 24 Elyana Terus Terang
"Ada apa, kenapa El?" Bu Gina menatap Elyana dari dalam mobil, heran. Sementara Pak Erik menghentikan mobilnya tepat di depan pagar rumah.
"Ijinkan Elya masuk. Ada yang mau Elya bicarakan sama Mama dan Papa. Elya mohon, 10 menit saja," ucap Elyana memohon. Wajahnya berkabut sedih. Sontak Bu Gina dan Pak Erik keheranan.
"Masuklah. Lalu katakan, apa yang mau kamu katakan." Bu Gina mempersilahkan Elyana masuk.
"Terimakasih, Ma." Elyana sudah berada di dalam mobil. Namun, dia mendadak bingung. Sementara dirinya saat ini bagai dikejar-kejar oleh Excel yang sepertinya akan selalu menahannya untuk bicara.
"Elya, bicaralah!" titah Pak Erik.
Elyana perlahan mengangkat kepalanya, menatap kedua mertuanya bergiliran, lalu menoleh ke belakang. Terlihat Excel sedang berada di ambang pintu menatap ke arah mobil orang tuanya.
"Elya mohon, dengarkan Elya," mohonnya lagi dengan raut sedih campur takut.
Pak Erik dan Bu Gina saling lempar tatap, seakan heran dengan gelagat yang diperlihatkan Elyana.
"Ceritakanlah!" ujar Pak Erik tidak sabar.
"Sebenarnya, kepergian Elya membawa Nada kemarin, ialah ...." Elyana berbicara secepat mungkin, dia hanya punya waktu sampai 10 menit untuk menjelaskan detil kejadian yang menimpanya sebulan lalu, kenapa ia pergi.
Sesekali kepala Elyana menoleh ke belakang berharap Excel masih di ambang pintu.
Bu Gina dan Pak Erik, menganga tidak percaya dengan yang diceritakan Elyana barusan. Wajah keduanya kini diselimuti amarah.
"Jadi, benar, Excel masih berhubungan dengan wanita itu, dan kini kemungkinan hubungan mereka sudah jauh? Kurang ajar," dengus Pak Erik marah.
"Tidak hanya itu, yang membuat Elyana ingin memutuskan untuk mengakhiri rumah tangga ini, selain Mas Excel mengaku tidak pernah mencintai Elya, ternyata pernikahan kami selama ini tidak didaftarkan ke kantornya. Elya bahkan tidak pernah sekalipun menginjakkan kaki di kantor Mas Excel," jeda Elyana diiringi isak.
"Apa? Yang benar? Excel melakukan itu? Ini benar-benar tidak bisa dibiarkan, dia sudah keterlaluan," geram Pak Erik tidak percaya, sembari menggeretakan gigi gerahamnya saking marah.
"Iya, Pah. Awalnya Elya masih akan tetap bertahan di samping Mas Excel, meskipun tanpa cinta. Tapi, setelah Elya sadar kalau pernikahan kami tidak di masukan kedinasan, Elya bulat akan mengambil keputusan yang berat ini," lanjut Elyana.
"Elyana, jangan berkata seperti itu, Nak. Mama tidak mau kehilangan kamu," ujar Bu Gina sedih.
Elyana menatap Bu Gina, sebelum ia bicara. "Elya tidak akan pernah pergi dari hati Mama. Elya tetap akan menyayangi Mama meskipun nanti kami berpisah," ucap Elyana lagi, kini berderai air mata.
"Excel keterlaluan, dia sudah membuat menantuku tersakiti. Kita harus memberi pelajaran padanya, Pa." Bu Gina marah, dia tidak menyangka Excel setega itu.
"Elyana, kenapa mengantarkan dompet Mama saja, harus selama itu? Keluarlah." Tiba-tiba Excel menghampiri. Namun, dia belum sadar kalau kedua orang tuanya marah padanya.
Bu Gina dan Pak Erik saling kode, lalu membuka pintu mobil bersamaan dan turun kembali dari mobil, diikuti Elyana. Hati Elyana was-was, walau sejujurnya dia merasa lega karena sudah mengungkapkan hal sebenarnya yang terjadi di dalam rumah tangganya.
"Mama, Papa, kenapa turun lagi?" heran Excel.
"Jangan banyak tanya dulu. Ayo, kembali masuk. Ada yang ingin kami sampaikan padamu," balas Pak Erik dengan wajah merona merah penuh amarah.
"Ada apa, Pa, Ma?" Excel kembali ke dalam diikuti kedua orang tuanya dan Elyana.
"Bi Ocoh, tolong jauhkan dulu Nada. Bawa dia keluar atau jauh dari ruang keluarga," titah Bu Gina pada Bi Ocoh. Bi Ocoh patuh, ia segera menghampiri Nada yang tengah anteng, tidak terganggu oleh masalah yang kini sedang bergolak pada kedua orang tua maupun nenek kakeknya.
Setelah berhasil dirayu oleh Bi Ocoh, akhirnya Nada mau dibawa jauh dari ruang keluarga.
Pak Erik langsung mencecar Excel dengan sebuah pertanyaan terkait pernikahan Excel dan Elyana.
"Apakah benar, kamu tidak mendaftarkan pernikahan kalian ke kantor? Lalu apa maksudmu? Kenapa kamu lakukan itu? Bukankah dulu kamu pernah bilang pada kami, bahwa pernikahan kalian sudah masuk kantor atau tercatat di kedinasan?" tanya Pak Erik berang, menatap Excel dengan sorot mata tajam.
Excel terkejut dan terlihat gelagapan, dia tidak menduga bahwa papanya akan mempertanyakan hal itu. Sungguh itu di luar perkiraannya.
Excel sekilas menatap Elyana, sorot matanya penuh amarah. Dalam hati bertanya, apa sebenarnya yang telah dikatakan Elyana pada kedua orang tuanya, sehingga mereka begitu marah?
"Apa maksud Papa? Siapa yang katakan bahwa pernikahan kami tidak masuk kantor?" sangkal Excel, membuat Pak Erik dan Bu Gina bingung.
"Katakan saja yang sejujurnya, apakah pernikahan kalian tercatat di kedinasan atau tidak? Jawab dengan jujur!" tekan Pak Erik penuh intimidasi.
"Tentu saja masuk kedinasan. Hanya saja pernikahan kami tidak melakukan pedang pora, bukan berarti tidak terdaftar dalam kedinasan." Excel masih saja menyangkal.
"Elyana, kamu pasti mengatakan hal yang tidak-tidak. Jangan sok tahu. Walau pernikahan kita tidak melaksanakan pedang pora, bukan berarti tidak tercatat secara kedinasan. Kamu ini hanya melihat pedang poranya saja. Buat apa melakukan pedang pora, toh ijab kabulnya sudah dilaksanakan," kelit Excel berharap kedua orang tuanya percaya.
"Ya ampun, seperti itu rupanya. Sepertinya kamu salah paham, El. Pedang pora tidak wajib, tapi itu tidak berarti pernikahan kalian tidak tercatat secara kedinasan," seloroh Bu Gina, wajahnya berubah lega.
Elyana tertegun, dia jadi bingung dengan sikap suaminya. Sementara dirinya tidak paham sama sekali dengan pedang pora. Elyana tiba-tiba teringat kembali akan cerita Yeri, tentang pedang pora. Pedang pora memang tidak wajib. Tapi, Elyana selama menikah dengan Excel, belum sekalipun dia diajak ke kantornya. Berkenalan dengan teman-temannya saja tidak pernah.
"Iya, Ma. Elya tahu, pernikahan kami memang tidak melakukan pedang pora. Tapi ...."
"Nah, Elyana juga tahu. Lalu kenapa kamu justru bilang bahwa pernikahan kita tidak masuk kantor? Kamu jangan berkata yang bukan-bukan. Pernikahan kita sudah tercatat di kedinasan. Pernikahan kita kuat di mata negara, agama dan kedinasan," tutur Excel menegaskan.
"Kami lega jika sudah mendengar penjelasan seperti itu. Jadi, mulai sekarang, alangkah baiknya kalian berbenah diri. Perbaiki sikapmu Excel, dan mengenai perempuan itu, papa mohon tinggalkan dan lupakan. Cintailah istrimu dengan tulus. Papa tidak mau mendengar kalian ribut lagi," pungkas Pak Erik seraya bangkit.
Elyana sedih, dia seakan mati kutu. Dia memang kurang paham mengenai tata cara menikah dengan seorang aparat negara. Terlebih selama ini, tidak ada seorang pun teman sesama istri tentara yang dikenalnya. Selama ini, Elyana hanya di rumah saja, Excel tidak pernah membiarkan Elyana keluar rumah.
"Tunggu sebentar, Ma, Pa. Tapi, selama menikah dengan Mas Excel, Elya tidak pernah diajak ke kantornya. Bahkan alamat kantornya saja, Elya tidak tahu. Elya tidak paham pedang pora itu apa. El juga tidak pernah merasa diajak ke kantornya untuk mengurus ini itu. El juga tidak pernah menghadiri rapat istri-istri tentara seperti istri tentara yang lain. Apakah yakin, kalau pernikahan kami sudah masuk kedinasan?" urai Elyana, membuat kedua orang tua Excel kembali berbalik dan menatap Excel.
"Apa? Jadi, selama ini kamu belum pernah menginjakkan kaki di kantornya? Menghadiri acara Persit juga tidak pernah?"
Elyana menggeleng, meskipun ia tidak paham Persit itu apa. Sebab sejatinya dia sebagai istri tentara, belum pernah sekalipun menginjakkan kaki di kantor Excel. Yang dia tahu hanyalah keberadaan kantor Excel, yakni di Sumur Baru.
Excel tercengang, dirinya kini mulai tegang.