NovelToon NovelToon
PENDEKAR IBLIS

PENDEKAR IBLIS

Status: sedang berlangsung
Genre:Berondong / Spiritual / Balas Dendam / Dikelilingi wanita cantik / Mengubah Takdir / Identitas Tersembunyi
Popularitas:1.6k
Nilai: 5
Nama Author: zhar

"Dendam bukan jalan keluar. Tapi bagiku, itu satu-satunya jalan pulang"

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon zhar, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 28

"Hahaha… Kesaktian seperti itu malah berani menantangku?" tawa Datuk Pengemis Nyawa dengan nada sombong.

"Tidak…!! Apakah kalian tidak merasa ada yang janggal? Jika kesaktian bocah itu hanya sebatas itu, mengapa tak satu pun pukulan Biksu Tung Tung mengenainya?" ujar Si Buta Sadis, yang hanya bisa mengandalkan pendengaran supertajamnya.

"Benar. Dia hanya sedang bermain-main…" jawab Aji Mahendra dengan wajah serius, matanya menatap tajam ke arah pertempuran yang tampak seimbang. Dia pernah berhadapan langsung dengan Pendekar Iblis, dan dia tahu betul sejak tadi Pendekar Iblis hanya menggunakan satu jurus 'Jurus Belalang Sembah'. Sementara itu, Biksu Tung Tung telah mengganti beberapa jurus. Hal ini membuat semua yang menyaksikan kembali menaruh perhatian penuh pada pertarungan tersebut.

"Biksu Tung Tung… cepat habisi bocah itu!" teriak Datuk Pengemis Nyawa.

"Baik! Jika kau mengizinkanku merenggut nyawanya…!" sahut Biksu Tung Tung, sambil meraih tasbih besar yang melilit lehernya.

"TASBIH BUDA PENCABUT NYAWA!" teriaknya lantang, sambil melemparkan tasbih tersebut. Bagaikan gasing baja, tasbih itu berputar dan menderu deras ke arah Raka. Dengan sigap, Raka melompat menghindar namun anehnya, tasbih itu seperti bermata, terus mengejarnya.

Raka terus menghindar. Setiap kali tasbih itu mengenai benda, benda tersebut langsung hancur berantakan begitu dahsyat tenaga dalam yang mengiringi serangan itu. Tak hanya harus menghindari kejaran tasbih bermata, Raka juga harus meloncat ke sana ke mari untuk menghindari kibasan gada yang dipegang oleh Biksu Tung Tung.

Semua mata yang menyaksikan terpana, takjub oleh keluwesan tubuh Raka dalam menghindari dua serangan yang datang bertubi-tubi. Ia berkelit, merunduk, bersalto, dan berlari dengan lincah.

Raka yang sejak awal berusaha menghemat tenaga, kini harus berjuang mati-matian menghindari serangan mematikan dari Biksu Tung Tung dan itu jelas menguras tenaganya dengan cepat.

Saat tasbih hampir mengenai tubuhnya, Raka melenting ke udara dan berteriak, "GADA BUDA...!"

Seketika itu juga, dari kedua tinjunya menderu semburan udara padat yang sangat panas, menghantam tasbih Biksu Tung Tung.

BEMMMM! BEMMMM!

Seketika itu juga, tasbih terpental dan hancur berantakan. Biksu Tung Tung terkejut bukan kepalang—bukan hanya karena jurus Raka berhasil menghancurkan tasbihnya, tetapi juga karena jurus yang digunakan Raka adalah jurus legendaris dari Tiongkok, milik Biksu Hong Pek, salah satu petinggi Shaolin. Jurus sehebat itu ternyata dikuasai oleh seorang pemuda dari Jawa Dipa!

Karena terkejut, Biksu Tung Tung tak sempat menyadari serangan balasan dari Raka.

"GADA BUDA!"

Angin menderu kencang dari tinju jarak jauh Raka, menghantam biji-biji tasbih yang berserakan di udara. Biji-biji itu melesat cepat, terdorong tenaga dahsyat ke arah tubuh Biksu Tung Tung. Ia buru-buru menangkis dengan gadanya, namun.

PLAK! PLAK! PLAK!

Tiga biji tasbih sebesar kelereng menghantam perutnya. Tubuh Biksu Tung Tung tersurut empat langkah ke belakang, dan darah segar menyembur dari mulutnya. Ia terhuyung, lalu jatuh berlutut sambil bertopang pada gada.

Semua yang menyaksikan terperangah, terutama Aji Mahendra. Ia yang semula mengira Raka hanya menang karena keberuntungan, kini melihat sendiri kehebatan sejati pemuda itu.

Dengan suara parau, Biksu Tung Tung bertanya sambil menahan sakit dan memegangi perutnya,

"Katakan… siapa gurumu?"

Raka menjawab singkat,"Guruku banyak…"

"Tapi kau menggunakan jurus milik Biksu Khong Guan, padahal silatmu bukan aliran Shaolin," desak Biksu Tung Tung dengan penuh penasaran. Ia kembali memuntahkan darah segar dari mulutnya.

"Aku memang pernah berguru pada Biksu Khong Guan. Tapi kau jangan banyak bicara atau bergerak... jika nyawamu masih kau hargai," ujar Raka dengan tegas.

Biksu Tung Tung menyadari keadaannya yang lemah, maka ia segera duduk bersila dan mulai bersemedi, memusatkan tenaga dalamnya untuk menahan luka di tubuhnya.

"Datuk Pengemis Nyawa! Aku hanya punya urusan denganmu. Jangan jadikan orang lain sebagai korban!" teriak Raka lantang ke arah kerumunan tokoh-tokoh yang berdiri di mulut gua.

Datuk Pengemis Nyawa tampak geram, hendak melompat ke depan, namun sebuah tangan menahan gerakannya.

"Aku ingin mengujimu..." tiba-tiba, sesosok tubuh melayang ringan di udara, jubah hitamnya mengembang lebar seperti kelelawar.

Dia adalah Joko Kewel, atau yang lebih dikenal sebagai Pendekar Kelelawar Hitam. Ia benar-benar melayang-layang di udara. Dari ketinggian, ia melemparkan sebuah benda sebesar kepalan tangan orang dewasa ke arah Raka.

Raka melompat ringan ke samping.

BOOMMMM!!

Ledakan besar mengguncang tempat itu, membuat tubuh Raka terpental sejauh dua tombak akibat dahsyatnya ledakan.

Ledakan itu mengguncang tanah, namun Raka cepat-cepat bangkit karena Joko Kewel kembali menjatuhkan benda yang sama. Ia melompat cukup jauh dan berlindung di balik sebuah batu.

BOOMMMMM!

Tanah kembali berguncang seperti dilanda gempa. Melihat Raka kalang kabut, Joko Kewel tertawa terpingkal-pingkal di udara. Di sisi lain, Datuk Pengemis Nyawa ikut tertawa puas.

Namun tidak demikian bagi Bocah Setan Tua, Nenek Peniup Dupa, dan Aji Mahendra. Mereka justru terdiam penuh perhatian setelah melihat bagaimana Raka berhasil menjatuhkan Biksu Tung tung. Ketiganya penasaran jurus apa lagi yang akan digunakan oleh Pendekar Iblis untuk menghadapi musuh yang kini berada di udara itu.

“Kau tidak bisa menghindar dari seranganku, Iblis!” teriak Joko Kewel sambil berputar-putar di atas persembunyian Raka. Ia kembali menghantamkan benda itu ke arah bawah. Raka sekali lagi melompat menjauh.

BOOOOOMMM!

“GADA BUDA!” teriak Raka sambil menghindari serangan Joko Kewel. Ia menyadari ada deruan angin dari bawah.

Joko Kewel yang waspada sejak awal memiringkan sayapnya, menghindari serangan jarak jauh itu yang melesat dari tangan Raka. Ia tahu benar, tangan Raka bisa melepaskan serangan dahsyat dari kejauhan.

1
Hendra Yana
terimakasih
Hendra Yana
up lagi dong
Hendra Yana
lanjut
Hendra Yana
lanjut up nya
Hendra Yana
lanjut
Hendra Yana
mantap
Hendra Yana
di tunggu up selanjutnya
Hendra Yana
up
Hendra Yana
di tunggu up selanjutnya
Hendra Yana
mantap
Hendra Yana
kaya bkl seru nih
lanjut dong
Hendra Yana
semangat
Das ril
lanjut
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!