NovelToon NovelToon
Janji Di Titik Surga

Janji Di Titik Surga

Status: sedang berlangsung
Genre:Spiritual / Matabatin / Selingkuh / Pelakor / Dunia Lain / Ibu Mertua Kejam
Popularitas:675
Nilai: 5
Nama Author: Ema Virda

Selama lima tahun pernikahan, Asha dan Fajar memiliki hubungan yang harmonis, saling mencintai dan saling mengerti satu sama lain.

Pernikahan mereka mulai retak, anaknya yang berumur satu tahun meninggal tanpa sebab.
Ujian dan cobaan rumah tangga Asha dan Fajar tidak hanya dari keluarga tapi juga gangguan gangguan makhluk halus. Di tambah saat Asha keguguran anak ke dua yang lagi lagi tanpa sebab.

Apakah mereka bisa menemukan jalan kembali ke titik surga untuk mempertahankan rumah tangga dan cinta mereka ?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ema Virda, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

#1

Untuk menikah harus siap mempertaruhkan nasib dan untuk melahirkan harus siap untuk mempertaruhkan nyawa. Itulah garis takdir sebagai seorang wanita. Yang sudah ditetapkan sebelum Hawa tercipta di dunia.

Seandainya iblis tak merayu hawa untuk meminta Adam mengambil buah kuldi. Mungkin tak akan ada penderitaan dan kesedihan di dunia ini untuk wanita.

Awal membina biduk rumah tangga sudah di niatkan untuk ibadah kepada Allah. Sebab pernikahan adalah sebuah ibadah yang lama dengan begitu banyak ujian, hingga manusia menutup usia.

Selama membina rumah tangga, Asha berusaha menjadi seorang istri yang sesuai keinginan Fajar dan keluarganya. Apa yang diinginkan kelurganya, Asha berusaha untuk memenuhinya walupun gaji seorang guru madrasah Taman Pendidikan Qur'an hanya mendapatkan tiga ratus ribu perbulan.

Saat aku memutuskan untuk menikah dengan mas Fajar. Aku berjanji pada diriku sendiri dan kepada Tuhanku. Aku akan menjadi istri yang Sholeha sesuai dengan perintah agamaku.

Aku berharap tak akan terombang ambing di atas kapal yang hampir tenggelam. Hanya berharap agar badai tak akan kembali atau mungkin ini akhir dari hidupku yang akan mati di atas kapalku sendiri?

"Umi, umi! " Asha berteriak memanggil dengan memengang perutnya yang terasa sangat tajam. Isi perutnya ingin sekali termuntahkan. Rasa mual yang tak tertahankan. Namun, tak ada yang keluar dari mulutnya kecuali suara "huwek, huwek" yang lemah.

Atap kamar dan benda di sekelilingnya berputar putar. Ranjang tempatnya berbaring bergoyang tak menyentuh tanah, yang membuat dia semakin tak berdaya. Lalu, ada aliran darah yang keluar dari kedua kakinya.

Tiba tiba saat umi masuk ke kamar, semua kembali seperti semula. "Ya Allah, astaghfirullah. Asha ! Kamu pendarahan. Nak. Umi akan hubungi Fajar dulu."

Lalu rasa kuatir menyelimuti Umi, "Tidak di angkat angkat sama Fajar. Kemana dia ? Ya Allah." Umi menoleh ke arah Asha yang masih berbaring lemah." Umi akan hubungi Abahmu saja."

Netra Asha kosong, dia menatap Umi dengan terbengong. Raut wajahnya lelah dan peluh bercucuran di keningnya.

Umi menapuk pipi Asha berkali kali agar tetap tersadar walaupun dengan lembut. "Ya Allah. Asha. Sadar nak. Sadar !"

"Umi," Asha mengucapkan satu kata dengan lemah. "Aku takut, anakku Umi. Anakku," desah Asha memengang erat tangan Umi.

Dengan hati gunda, Umi melihat darah tetap keluar tidak berhenti seperti air yang mengalir terus menerus.

" Umi, umi. Aku tidak kuat," Asha mengeram kesakitan.

"Sabar nak, sebentar lagi ambulance dan Abahmu akan datang."

"Umi, anakku masih enam bulan. Kenapa harus keluar seperti ini, Umi." Tak hanya mengeram menahan sakit tapi Asha tak kuat menahan air matanya. Dunia bagi dia sangat kejam.

"Jangan berpikir buruk. Anakmu akan baik baik saja." Umi memegang tangan Asha yang terasa dingin. Dia terus menerus memberikan harapan yang baik untuk anaknya. "Anakmu tidak apa apa ya, nak. Sabar ya nak."

Namun, darah semakin banyak yang keluar. Perut Asha semakin lama semakin mengecil. Badannya tak kuat untuk menahan sakit.

"Bagaimana Asha, Umi ! Asha ! Nak," ucap Abi yang tiba tiba membuka pintu.

Raut wajah Umi yang terlihat gelisah namun, bersyukur karena ambulance segara datang. Asha di angkat oleh tiga petugas medis dan di temani oleh Umi dan Abi di dalam mobil, Umi tak henti hentinya menepuk pipi Asha saat netranya terasa berat dan ingin tertutup.

Di luar ruang operasi. Guratan guratan gelisah Umi dan Abi terlihat sangat jelas walaupun dalam keadaan duduk di kursi tunggu, yang membuat kaki, tangan dan badan mereka seperti membeku. Dengan memandang kesekeliling menunjukkan ketegangan dan tak bisa menyembunyikan rasa kekuatirannya.

"Hemm, AC di ruangan sini sangat dingin." Abi menggigil sehingga menempelkan kedua telapak tangannya di lipatan ketiak dan menggetarkan kedua kakinya. "Apa umi sudah telpon Fajar?"

"Sampai sekarang Fajar tidak bisa di hubungi. Umi juga sudah sampaikan kabar ke Ibunya. Tapi ... Entahlah, apa dia menyampaikan kepada Fajar." Umi menjelaskan dengan memainkan jari jari tangannya yang gugup dan hati yang risau.

"Kalau begitu, aku harus mencari Fajar. Hingga ketemu! Istrinya sedang kritis!"

"Sabar Abi, sabar." Lalu. Umi mengelus pundak Abi dengan lembut, "Abi jangan marah ya. Kita tunggu sampai besok."

Dokter keluar dari ruang operasi. Dengan wajah yang serius dan langkah yang berat. Dia berjalan mendekati Umi dan Abi. "Maaf, saya tidak dapat menyelamatkan. janin dari Nyonya Asha. Kami sudah mengupayakan segala cara. Namun, pendarahannya sangat parah sehingga tidak ada yang bisa kami lakukan."

Umi dan Abi saling menatap dengan netra yang berkaca-kaca, karena kesedihan yang mendalam. Dengan suara yang bergetar Umi mendekat kepada dokter. "Lalu, bagaimana keadaaan Asha anak saya, dok?"

"Alhamdulillah Nyonya Asha bisa diselamatkan. Namun. Kondisinya saat ini sangat lemah. Tapi kami sudah memberikan transfusi darah dan obat-obatan. Nunggu dua hari, untuk melihat perkembangannya baru kami akan membawanya ke ruang inap."

"Terimakasih, dok," ucap Umi dan Abi dengan bergetar dan saling berpegangan.

"Umi, hubungi Fajar. Dia harus tahu keadaan saat ini," pinta Abi menuju ke kursi karena kakinya terasa keluh dan berat mendengar berita anaknya.

Umi masih berusaha untuk menghubungi fajar dan juga ibunya.

"Gimana Umi, sudah diangkat sama Fajar ?"

Umi hanya menggeleng kepala, " Apa Fajar lagi sibuk di sekolahan ya, Bi ?"

"Fajarkan cuman guru Umi. Mana mungkin sampai malam begini belum pulang. Sesibuk apa dia?" jawab Abi dengan kata kata yang cepat tapi tidak meledak.

"Sabar, Abi. Ini Umi coba telpon ibunya Fajar." Dengan jari yang bergetar, dia mengklik yang menampilkan detail kontak yang ada di handphonenya.

Namun, tiba tiba suara pemberitahuan pesan singkat masuk di handphone Umi. " Astaghfirullah haladzim, ya Allah." Umi memekik dengan suara bergetar. Abi yang melihat Umi terperanjat dan langsung berdiri

" Ada apa ?"

"Apa yang harus aku katakan pada Asha, Abi!" Pesan singkat yang di baca membuat badan Umi bergetar terhantam oleh berita yang membuatnya terhentak.

"Ada apa Umi," ucap Abi yang melihat istrinya lunglai tak berdaya yang bersender pada dinding ruang yang dingin.

"Ada apa ? kenapa Umi !" Abi berusaha mengangkat tubuh Umi yang terhuyung menuju ke kursi.

"Ada apa Umi, bilang. Kenapa ?"

Dengan tangan yang masih gemetar. Umi memberikan handphonenya kepada Abi agar pesan singkat itu dibaca olehnya.

"Astaghfirullah haladzim! Aku tidak akan memaafkan Fajar dan keluarga. Tidak akan ! Aku harus kesana ! Aku harus menemui mereka ! Maksudnya apa kirim foto dan video seperti ini !"

Mendengar teriakan Abi dengan penuh amarah. Wajah yang tegang dan netra merahnya membara. Sedangkan, Umi hanya menangis dan memekik kesedihan, memeras kain jilbabnya dengan keras, merasakan sakit di dadanya.

"Salah Asha apa ya Abi, kenapa mereka kejam dengan anak kita ? Asha wanita juga kan Abi, mereka sama sama wanita. Kasihan Asha, Abi. Ya Allah. Ya Gusti."

Umi menangis dengan suara pecah, air matanya mengalir seperti sungai yang tak pernah kering. Kesedihan yang mendalam menghantui setiap inci tubuhnya. Tubuhnya terjerembab ke lantai.

" Ya Allah, salah anakku apa ? Kenapa rumah tangganya seperti ini. Asha sudah kehilangan anaknya, sekarang suaminya melakukan hal yang tidak bisa di maafkan. Astaghfirullah haladzim."

1
Valentino (elle/eso)
Aku yakin ceritamu bisa membuat banyak pembaca terhibur, semangat terus author!
robleis_XD
wah, jalan ceritanya bikin gue deg-degan 😱
Victor
🤔😭😭 Akhirnya tamat juga, sedih tapi puas, terima kasih, author.
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!