Sang Legenda: Naga Langit Season 2

Hari kedua Turnamen Inti Tahunan dimulai dengan atmosfer yang berbeda. Semua mata tidak lagi tertuju pada para jenius murid dalam yang terkenal, melainkan pada satu sosok pendiam berjubah pelayan: Xuan Ye. Dia telah menjadi kuda hitam terbesar, dan semua orang bertanya-tanya kapan "keberuntungannya" akan berakhir.

Dia tidak membuat mereka menunggu lama.

Pertandingan demi pertandingan, dia terus menang dengan metode yang sama anehnya. Lawan-lawannya, yang kini jauh lebih kuat, akan selalu membuat kesalahan fatal di saat-saat kritis, seolah-olah mereka tiba-tiba berhalusinasi, sebelum akhirnya dikalahkan oleh satu serangan telapak tangan Xuan Ye yang tampak biasa saja.

Dia maju ke babak 16 besar, lalu ke babak 8 besar. Misteri di sekelilingnya semakin dalam.

Sementara itu, Zhang Hao juga mendominasi di sisi lain turnamen. Tetapi metodenya adalah kebalikannya. Dia bertarung dengan kekuatan brutal, menghancurkan lawan-lawannya dengan kejam. Setiap kemenangan, dia akan melirik ke arah Xuan Ye dengan tatapan penuh ancaman.

Akhirnya, takdir yang tak terhindarkan itu tiba. Pertandingan semi-final.

"Di Panggung Utama!" umum sang tetua. "Murid Dalam, Zhang Hao... melawan... Kuda Hitam Puncak Pekerja, Xuan Ye!"

Seluruh arena meledak dalam sorak-sorai. Inilah pertarungan yang ditunggu-tunggu semua orang.

Keduanya melangkah ke atas panggung utama, saling berhadapan.

"Akhirnya, sampah," desis Zhang Hao, niat membunuh yang tak terselubung memancar darinya. "Tidak ada lagi trik. Tidak ada lagi keberuntungan. Hari ini, di depan seluruh sekte, aku akan menunjukkan padamu perbedaan sejati antara seekor cacing sepertimu dan seekor naga sepertiku. Aku akan menghancurkanmu."

Untuk pertama kalinya dalam turnamen, Xuan Ye berbicara di atas panggung. Dia perlahan mengangkat kepalanya, yang selama ini selalu sedikit tertunduk karena kebiasaannya sebagai seorang pelayan. Dia menatap lurus ke arah Zhang Hao, memperlihatkan sepasang mata ungu yang tenang namun sedalam jurang.

"Kau salah, Zhang Hao," katanya, suaranya yang datar bergema di arena yang sunyi. "Ini memang bukan tentang keberuntungan."

Dia berhenti sejenak. "Ini tentang membayar hutang."

"Mulai!"

Zhang Hao tidak lagi meremehkannya. Dia meraung dan melepaskan kekuatan penuhnya sebagai seorang ahli di puncak Ranah Foundation Establishment. "Tangan Gunung yang Menghancurkan!" Sebuah telapak tangan raksasa yang terbuat dari Qi spiritual kuning tanah terbentuk di atas Xuan Ye.

Menghadapi serangan yang begitu dahsyat, Xuan Ye tidak bergerak.

Dia hanya memejamkan matanya. Saat dia membukanya lagi, mata ungunya bersinar dengan cahaya ilusi yang cemerlang. Seluruh kekuatan jiwa Ranah Core Formation miliknya meledak keluar.

Bagi para penonton, pemandangan itu aneh. Sebuah kabut ungu pekat yang aneh tiba-tiba menyelimuti seluruh panggung, menghalangi pandangan mereka.

Tetapi bagi Zhang Hao, dia telah dilemparkan ke dalam neraka. Dia kembali ke gang belakang yang kotor, melihat dirinya yang lebih muda tertawa dengan kejam saat dia dan para pengikutnya menendang seorang pelayan yang tak berdaya. Kemudian, ilusi itu berbalik. Dia kini adalah pelayan yang terbaring di tanah, dan hantu-hantu ilusi dari dirinya sendiri mulai menghajarnya tanpa ampun, setiap pukulan membawa serta serangan jiwa yang menusuk.

"TIDAK! INI TIDAK MUNGKIN! ILUSI MACAM APA INI?!" teriaknya dalam teror.

Di tengah mimpi buruk itu, sosok Xuan Ye muncul di hadapannya, menjulang tinggi seperti dewa iblis. "Ini adalah hutangmu," kata suara ilusi itu.

Di dunia nyata, kabut ungu itu menghilang.

Para penonton terkesiap ngeri.

Xuan Ye masih berdiri dengan tenang di tempatnya.

Zhang Hao, di sisi lain, berlutut di tanah, mencengkeram kepalanya, menjerit-jerit seperti orang gila, matanya dipenuhi teror mutlak. Hati Dao-nya telah dihancurkan.

Xuan Ye dengan tenang berjalan mendekatinya. Dia melayangkan satu serangan telapak tangan sederhana ke dadanya.

Zhang Hao terlempar dari panggung dan jatuh pingsan, busa keluar dari mulutnya. Meridian kultivasinya telah hancur. Dia telah lumpuh.

Seluruh sekte terdiam, diliputi oleh keheningan yang menakutkan. Si sampah itu tidak hanya menang. Dia telah menghancurkan jenius murid dalam mereka, baik secara fisik maupun mental.

Xuan Ye berdiri sendirian di atas panggung sebagai pemenang. Dia mengangkat kepalanya dan menatap lurus ke arah platform observasi, matanya yang ungu yang dingin bertemu langsung dengan tatapan kaget dan marah dari Tetua Shen.