Malam itu Rifanza baru saja menutup bagasi mobilnya sehabis berbelanja di sebuah minimarket. Dia dikejutlan oleh seseorang yang masuk ke dalam mobilnya.
Bersamaan dengan itu tampak banyak laki laki kekar yang berlari ke arahnya. Yang membuat Rifanza kaget mereka membawa pistol.
"Dia tidak ada di sini!" ucap salah seorang diantaranya dengan bahasa asing yang cukup Rifanza pahami. Dia memang aedang berada di negara orang.
Dengan tubuh gemetar, Rifanza memasuki mobil. Di sampingnya, seorang laki laki yang wajahnya tertutup rambut berbaring di jok kursinya. Tangannya memegang perutnya yang mengeluarkan darah.
"Antar aku ke apartemen xxx. Cepat!" perintahnya sambil menahan sakit.
Dia bukan orang asing? batin Rifanza kaget.
"Kenapa kita ngga ke rumah sakit aja?" Rifanza panik, takut laki laki itu mati di dalam mobilnya. Akan panjang urusannya.
"Ikuti saja apa kata kataku," ucapnya sambil berpaling pada Rifanza. Mereka saling bertatapan. Wajahnya sangat tampan
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rahma AR, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Awal mula bertemu
Rifanza Artalea, kuliah di salah satu universitas yang ada di California, baru saja selesai berbelanja di minimarket yang dekat dengan apartemennya.
"Iya, ma. Aku baik baik saja. Jangan khawatir," ucapnya via telpon. Mamanya yang berada di seberang lautan selalu saja mencemaskan keadaan dirinya yang seorang diri berada di negeri orang.
Padahal Rifanza baik baik saja. Dia membuka kunci mobilnya dan membuka bagasinya.
Ada dua plastik besar berisi makanan yang diletakkan di sana, selain tisu, sabun mandi, sabun cuci dab pembersih lantai.
Tapi dia terkejut melihat seseorang melewatinya dan memasuki mobilnya.
Mobilnya!
Dia memang ngga menguncinya karena sedang memasukkan barang barang di bagasi.
BRAK!
Jantung Rifanza seakan melompat dari tempatnya.
Pintu mobilnya tertutup bersama seseorang yang sudah ada di dalam sana. Kejadian ini baru pertama kalinya setelah hampir dua tahun dia mengambil program kuliah magister.
Bergegas dia membuka pintu mobil, bermaksud mengusir orang asing itu.
Tapi tangannya ditarik, hingga dia membentur tubuh laki laki asing itu.
Laki laki itu pun secepat kilat menutup pintu mobil. Kemudian menurunkan jok kursi hingga cukup rata sambil menguraikan posisi Rifanza yang tadi dipeluknya.
Mereka saling bersitatap. Rifanza terpana melihat betapa tampannya laki laki itu.
Tapi hanya sesaat, kemudian dirinya kembali dihinggapi rasa panik karena ada rombongan orang yang mendekat.
Laki laki asing itu memberi isyarat agar dia diam saat rombongan itu memeriksa tiap mobil yang terparkir. Untung saja minimarket itu tidak terlalu sepi.
Beberapa orang yang baru keluar dari minimarket juga tampak kaget dan panik.
Tapi rombongan laki laki itu terus saja memerika kaca gelap mobil mobil yang terparkir di sana dan ngga lama kemudian mereka pun berlalu pergi.
Rifanza menghembuskan nafas lega, untung saja kaca mobilnya sudah sangat gelap.
Tapi dia belum bergerak, hingga beberapa menit kemudian, baru dia benerkan posisi jok kursinya.
Suasana di dalam mobil masih hening.
"Kamu terluka?" Dari yang sudah tenang, kini Rifanza panik lagi karena melihat tangan laki laki itu yang memegang perutnya sudah berlumuran darah.
"Tolong antarkan aku ke apartemen xxx," ucapnya pelan.
Rifanza tau letak apartemen mewah itu. Ngga begitu jauh juga dari sini.
Tapi laki laki ini terluka.
"Ke klinik aja, ya. Aku tau ada klinik dua puluh empat jam di sini." Awalnya dirinya marah tapi kini sudah berubah jadi kasian.
Tapi sebetulnya dia lebih khawatir dan mengkasiankan dirinya kalo laki laki asing itu sampai meninggal di dalam mobilnya. Dia pasti akan berhubungan dengan pihak polisi di sini.
"Ngga usah."
Rifanza terdiam sejenak.
"Oke, tapi kalo ada apa apa jangan salahkan aku, ya," tegasnya sambil menjalankan mobilnya. Dia fokus menatap depan.
Semoga orang orang itu tidak.ada lagi, do'anya dalam hati.
Mama, kalo kamu tau apa yang anakmu alami sekarang, pasti bisa jantungan.
Matanya terus mengawasi sekitarnya sambil terus menjalankan mobilnya.
Sesekali dia melirik laki laki asing itu yang sedang mengetikkan pesan di ponselnya.
Mungkin dia menghubungi pacarnya, batin Rifanza agak iri.
Laki laki setampan ini ngga mungkin belum punya pacar.
Tanpa sadar dia menghela nafas.
Laki laki ini memang sangat tampan hingga dia tanpa sadar berkali kali meliriknya.
Suasana di dalam mobil tetap hening, karena Rifanza agak ngeri kalo laki laki itu banyak bicara akan memperburuk keadaannya.
Ngga lama kemudian mereka sudah tiba di apartemen laki laki itu. Di depan pintu masuknya sudah ada seorang laki laki muda yabg berdiri di samping seorang satpam.
"Ini," ucapnya sambil mengulurkan kartunya
Shaka Argayasa Danendra, batinnya saat matanya seolah sengaja mengeja nama laki laki itu. Dia melakukannya spontan saja, seolah ada desakan halus dalam dadanya untuk kepo.
Rifanza menurunkan sebagian kaca mobilnya dan mengulurkan kartu itu. Seorang sekuriti mengambilnya. Anehnya laki laki muda itu juga ikutan melihatnya.
Yang mengagetkannya laki laki muda itu melongokkan wajahnya sambil memegang kartu itu
"Aku dokternya. Bisa aku masuk?"
"Rajata, masuklah," perintah laki laki asing yang bernama Shaka itu.
Rifanza mengunlock pintu mobilnya sehingga laki laki itu bisa duduk di belakangnya.
Laki laki asing kedua yang dipanggil Rajata itu menggelengkan kepalanya begitu tau keadaan temannya.
"Ada pelurunya ngga, bang? Aku ngga mungkin maen operasi operasian di kamar apartemenmu."
Haah, peluru? Rifanza ngga jadi menjalankan mobilnya.
"Ngga ada pelurunya. Cuma tergores," bantahnya.
"Mobilnya, kok, ngga jalan?" tanyanya lagi sambil menatap gadis di sampingnya
Oooh, batin Rifanza lega, kemudian menjalankan mobilnya.
Sabar, setelah ini dia akan langsung pulang. Mobilnya akan dimandiin dan dibaca do'a do'a agar kejadian ini ngga terulang lagi, batin Rifanza.
"Berhenti di sini saja, nona." Kali ini yang memberi perintah Rajata si dokter.
Rifanza menurut
'Kamu ini, bang, menyusahkan aku saja malam malam," omel Rajata lega setelah memastikan keadaan anak teman daddynya ngga seburuk perkiraannya.
Kemudian dia membuka pintu bersamaan dengan Rifanza.
Berjalan memutar bagian belakang mobil dan membukakan pintu untuk Shaka yang sudah membenarkan posisi kursinya.
"Makasih, ya," ucap Shaka saaat melihat gadis itu masih memperhatikannya.
Rifanza hanya mengangguk.
Tugasnya sudah selesai, kan?
Anehnya selama dua tahun di sini, kenapa dia ngga pernah bertemu dengan dua laki laki tampan ini. Mereka kemana aja? ringisnya dalam hati.
Rajata membantu Shaka keluar dari dalam mobil dan mulai memapahnya.
"Nona, bisakah ikut kita dulu? Mobilmu juga harus dibersihkan dari noda darah, tidak semua tempat menerima cuci mobil yang ada noda darah begitu. Bisa saja kamu diinterogasi polisi," ucap dokter itu panjang lebar ketika melihat Rifanza akan masuk ke dalam mobilnya.
Rifanza ingin menolak tapi yang dikatakan laki laki itu ngga salah juga. Dia bisa berurusan dengan pihak berwajib negeri ini. Mana dia sebatang kara lagi.
"Ikutlah, nanti mobilmu akan diurus temanku," ucap Shaka.
Karena ngga punya pilihan, Rifanza pun mengikuti keduanya.
Apartemen yang terkenal ditempati oleh beberapa artis artis papan atas ini memang sangat mewah.
Dia siapa? Mengapa bisa sekaya ini?
Saat memasuki kamar laki laki ini, Rifanza tau kalo.laki laki ini dan mungkin dokter ini pun bukan orang biasa. Kamarnya super mewah, berkali kali lipat dari kamar apartemennya.
Laki laki itu pun dibaringkan di tempat tidurnya. Saat jas dan kemejanya dibuka, Rifanza memalingkan pandangannya.
Dia lebih memilih menatap koleksi sepatu dan jam tangan mahal milik Shaka. Sesekali melihat ponselnya.
Hatinya ngga tenang. Dia juga merasa kurang nyaman berada di apartemen laki laki ini.
Tadi di ruang tamu dia sempat melihat lukisan yang cukup besar.
Laki laki ini sepertinya mempunyai kembaran.
Ngga lama kemudian dokter itu selesai dengan tugasnya.
Saat Rifanza menoleh, dia melihat laki laki yang terluka itu sudah berganti pakaian dalam kondisi berbaring.
"Aku titip dia bentar, ya. Mau beli makanan dan kopi. Kamu mau nitip apa?"
HAAHH, Maksudnya ditinggal berdua aja? kaget Rifanza.
Dia lebih baik pulang.
fix ya rifa emg gadis yg mau di jodohin sm shaka
Gimana reaksi mereka y'jadi penasaran.
sehat selalu thorrr