Ingin berbuat baik, Fiola Ningrum menggantikan sahabatnya membersihkan apartemen. Malah menjadi malam kelam dan tidak pernah terbayangkan sebelumnya. Kesuciannya direnggut oleh Prabu Mahendra, pemilik apartemen. Masalah semakin rumit ketika ia dijemput paksa orang tua untuk dijodohkan, nyatanya Fiola sedang hamil.
“Uang yang akan kamu terima adalah bentuk tanggung jawab, jangan berharap yang lain.” == Prabu Mahendra.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon dtyas, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
1. Perawan Tua
Dering ponsel membuat tidur Ola terjaga. Meski belum sadar betul dengan mata masih terpejam, tangannya meraba bawah bantal mengambil ponsel.
“Halo,” sapa Ola tanpa melihat siapa yang melakukan panggilan.
“Astaga, Fiola. Lama banget sih, lo tidur apa koma?”
“Ck, berisik. Ganggu aja, malam-malam.”
Terdengar gemerisik di ujung sana, ternyata panggilan dari Maya. Sepertinya Maya sedang sibuk atau bahkan ponselnya jatuh.
“Malam kata lo, ini tuh udah subuh. Ola, lo harus bantu gue. Hari ini tolong back up kerjaan gue ya, please.”
“Udah bilang Pak Johan?” tanya Ola lalu beranjak duduk sambil mengucek matanya.
“Nggak usah, Pak Johan ‘kan ribet. Ini darurat La, gue mau labrak si katro. Taunya dia udah punya bini, untung aja gue belum kena rayuan dia buat jebolin gue dan kayaknya dia Cuma tertarik sama saldo pay later gue.”
Ola menghela nafas sambil menggaruk kepala mendengarkan ocehan Maya -- sahabatnya di ujung sana.
“Terus gimana, nanti kalau ketahuan bisa-bisa kita dipecat. Tahu sendiri aturan Pak Johan kayak mana.”
“Jangan sampai ada yang tahu. Majikan gue pulangnya selalu malam, lo hanya pastikan unit dia bersih. Area kamar tidak boleh disentuh kecuali atas permintaan beliau. Udah beres ya pulang, nggak akan ada yang tahu.”
“Gimana ya, gue takut majikan lo tahu terus ngadu ke Pak Johan.”
“Nggak akan Ola. Oh iya, jangan bikin konten di unit. Majikan gue bukan kayak majikan lo artis tik tok. Lo bisa jam berapa?”
“Hm, paling jam tiga-an deh. Siang gue mau ke kampus, urus pembayaran sama ngumpulin tugas.”
“Jam tiga ya.” Suara Maya terjeda. “Amanlah, yang penting maghrib udah keluar dari sana. Keburu yang punya unit datang.”
“Tapi beneran aman nih?” tanya Ola lagi memastikan ia tidak akan kena masalah meski tujuannya menolong Maya.
“Aman Ola sayang. Makasih ya, gue doa'in lo makin cantik, cepet lulus kuliah dan dapat kerja yang lebih baik biar nggak dikejar-kejar mas security.”
“Dih,” sahut Ola.
“Aminkan dong. Ya udah, bye.”
Ola menghela nafas lagi setelah Maya mengakhiri panggilan. Mereka bekerja sebagai asisten rumah tangga di salah satu apartemen mewah di jakarta. Bukan sembarang ART, karena pekerjaannya tidak menggunakan perlengkapan rumah tangga terbaru dan serba otomatis. Ada pelatihan sebelum mereka bertugas.
Penghasilan pun UMR, apalagi kalau lembur. Bahkan bisa dapat insentif jika majikan atau pemilik hunian berbaik hati dan puas dengan pekerjaan mereka. Tidak ingin terus menerus bekerja seperti itu, Ola pun menyambi kuliah kelas karyawan dan saat ini sudah tingkat akhir. Berbeda dengan Maya yang jarang sekali bertemu dengan majikannya, Ola memiliki majikan yang lebih supel.
“Hari ini jadwal kita agak padat. Unit tante Gladis, terus ke kampus setelah itu back up Maya. Semoga nggak ada masalah,” tutur Ola menyemangati diri sendiri.
***
Sudah rapi dengan seragam kerjanyanya, blouse cream dan celana dengan warna senada. Ada pin nama di dad4 kiri. Tidak lupa Ola mengikat rambutnya dengan gaya ekor kuda, agar tidak menyulitkan saat bekerja.
Hanya mengoles lip tint dan bedak tipis dan semprotan parfum, tidak mengurangi penampilan Ola yang terlihat menarik dan segar. Memakai sepatu kets dan meraih tas berisi pakaian ganti untuknya ke kampus. Ponsel yang berada di kantong celana terasa bergetar, segera ia keluarkan.
Agak ragu menjawab saat membaca nama yang penelpon di layar. Berharap tidak ada hal yang merusak moodnya hari ini, bisa jadi kalau ia menjawab panggilan tersebut moodnya mendadak ambyar.
Panggilan pun terhenti, Ola lega. Nanti siang ia berencana menghubungi balik Ayahnya dan beralasan tidak mendengar panggilan karena sedang bekerja. Nyatanya kembali ada panggilan masuk. Khawatir penting atau ada hal darurat, jari Ola pun menggeser tombol hijau.
“Halo, Ayah. Apa kabar?”
“Ck, susah amat mau ngomong sama kamu. Udah kayak orang penting aja.”
Ola menarik nafasnya mendengar balasan sapa dari sang Ayah. “Maaf Yah.”
“Kapan kamu mau pulang? Ngapain di kota kerja Cuma jadi pembantu, lebih baik di rumah sendiri.
“Kuliah aku belum selesai, ini tahun terakhir.”
“Halah, perempuan nggak usah sekolah tinggi. Mang Asep, juragan lele anaknya udah siap nikah. Semua gadis di kampung ini minat jadi menantunya. Kamu cepat pulang, Ayah kenal dekat dengan Mang Asep keluarga kita bisa jadi besanan.”
“Nggak bisa Yah, aku belum mau menikah. Selesai kuliah aku pasti cari kerja yang lebih baik.”
“Ayah masih bisa kasih kamu nafkah. Jangan buat malu, cepat pulang. Umur kamu sudah dua tiga dan belum nikah. Bisa-bisa jadi perawan tua.”
Ola hanya bisa mendengarkan tuturan Ayahnya, tidak ingin menjawab dengan emosi khawatir jadi anak durhaka. Memang di tempat tinggalnya, perempuan rata-rata menikah muda.
“Mana tahu kehidupan dia di kota macam apa, sudah Yah di jemput aja.”
Terdengar suara ibu tiri Ola. Salah satu alasan kenapa Ola sampai nekat ke kota untuk bekerja sambil kuliah adalah menghindar dari wanita itu. Semenjak ayahnya menikah lagi setelah ibunya meninggal, posisinya di rumah jadi tidak nyaman. Karakter Ayahnya yang keras dan galak membuat situasi semakin tidak kondusif.
“Ah benar juga, cepat pulang atau ayah jemput kamu.”
“Yah, maaf aku sudah telat.”
Setelah mengucap salam, Ola mengakhiri panggilan lalu memasukan ponsel ke dalam tas. Memakai cardigan untuk menutupi seragam kerja dan meninggalkan kamar kost.
“Perawan tua,” ucap Ola mengingat makian ayahnya. Berharap tidak menjadi doa dan menjadikannya benar-benar perawan tua.
crazy up thor semangat"
anak kandung disiksa gak karuan ehh anak tiri aja disayang² gilakk
kalo maya pindah nanti sepi
. kasian a' gama kn gak ada gandenganya wk wk wk