Liora tak pernah menyangka jika pertemuannya dengan Marvin akan membawanya pada sesuatu yang menggila. Marvin, pria itu begitu menginginkannya meskipun tahu jika Liora adalah adik iparnya.
Tidak adanya cinta dari suaminya membuat Liora dengan mudah menerima perlakuan hangat dari kakak iparnya. Bukan hanya cinta yang Marvin berikan, tapi juga kepuasan diatas ranjang.
"Adikku tidak mencintaimu, jadi biar aku saja yang mencintaimu, Liora." ~ Marvin Leonardo.
📍Membaca novel ini mampu meningkatkan imun dan menggoyahkan iman 😁 bukan area bocil, bijak-bijaklah dalam membaca 🫣
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Red_Purple, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 6 ~ CTDKI
Marvin menghentikan aktivitas tangannya saat tangan Liora kembali menahannya. Ditatapnya dalam-dalam manik mata wanita yang kini ada dibawahnya.
"Apa kamu bahagia menikah dengan adikku?" tanya Marvin.
"Kenapa aku harus tidak bahagia?" Liora tersenyum getir. "Banyak wanita yang berharap bisa menjadi menantu keluarga Leonardo, dan aku sudah mendapatkan gelar itu sekarang. Anggap saja aku adalah wanita terpilih dan paling beruntung karena akhirnya bisa dinikahi oleh salah satu putra keluarga Leonardo."
Liora menghela napas panjang, menurunkan pandangannya, "Sejak kecil aku sudah dirawat dan dibesarkan di panti asuhan, aku tidak pernah merasakan bagaimana kasih sayang orang tua. Seperti wanita pada umumnya, aku hanya berharap jika suatu saat akan ada seorang lelaki yang mencintaiku dengan tulus dan menikahiku, menghujaniku dengan cinta dan kasih sayang."
Kelopak matanya terangkat, tatapan matanya kembali bertemu dengan mata Marvin yang masih menatapnya diatasnya. Entah mengapa dia merasa nyaman bercerita pada Marvin, hingga dia bisa bicara panjang lebar seperti ini. Bahkan dia sampai melupakan posisi mereka yang sangat intim sekarang.
"Mungkin aku yang tidak mengerti apa itu cinta, hingga aku merasa hubungan kami begitu hambar," air matanya bergulir dari ujung matanya, hatinya seperti disayat setiap kali mengingat hubungan rumah tangganya bersama dengan Haikal.
"Bukan kamu yang tidak mengerti apa itu cinta." satu tangannya terangkat dan mengusap lembut air mata diwajah Liora. Dalam beberapa detik keduanya saling menatap dalam diam.
"Adikku tidak mencintaimu, jadi biar aku saja yang mencintaimu, Liora." lanjutnya, kemudian menempelkan bibirnya dibibir adik iparnya.
"Emmpptt...!"
Liora membulatkan kedua matanya saat tiba-tiba Marvin menyerangnya dengan ciuman, bukan ciuman biasa melainkan ciuman penuh gairah. Tangan Marvin bahkan tak tinggal diam dan mulai bergerak mencari titik sensitif ditubuh Liora. Dan ketika menemukannya, tangannya bergerak masuk ke dalam celana dalam Liora dan memainkan jemarinya disana.
Liora berusaha menahan kesadarannya meskipun sentuhan Marvin begitu memabukkan dan membuatnya hampir kehilangan akal sehatnya. Sekuat tenaga dia berusaha memberontak dengan memukul-mukul pundak Marvin bahkan sampai mencakar punggungnya saat tangan Marvin bergerak semakin lincah dibawah sana.
"Akhh..."
Ini sungguh nikmat. Liora tidak bisa menahan desahannya akibat perbuatan bejat kakak iparnya. Marvin melepaskan ciumannya dan mengangkat sedikit wajahnya, tersenyum puas saat melihat wajah Liora yang mulai terangsang karena ulahnya.
"Kak Marvin... Ini tidak benar... Tolong hentikan, Kak..."
Sayangnya apa yang terucap dibibir sangat berbeda dengan reaksi tubuh Liora yang begitu menikmati permainan Marvin. Tubuhnya menggelinjang hebat saat Marvin telah berhasil membawanya ke pelepasan pertamanya.
Masih dengan napas tersengal, Liora mendorong kembali tubuh Marvin dan kali ini Marvin sengaja membiarkannya. Liora membenarkan pakaiannya dan rambutnya yang berantakan lalu bergegas pergi meninggalkan kamar kakak iparnya tanpa mengatakan sepatah katapun. Marvin menatap kepergiannya dengan tersenyum puas, sama sekali dia tidak menyesali perbuatannya pada adik iparnya itu.
"Non." panggil Bi Sari yang sedang berdiri di depan kamar Liora dengan memegang tas milik majikannya itu ditangannya.
Liora menghentikan langkahnya, berusaha untuk tidak terlihat gugup didepan Bi Sari.
"Non dari mana saja? Bibi cari-cari dari tadi." tanya Bi Sari sembari mengulurkan tas ditangannya pada Liora. "Bibi kesini buat anterin tas Non yang tertinggal di sofa tadi, Bibi pikir Non sudah dikamar, pantas saja Bibi ketuk-ketuk pintunya nggak ada yang nyaut."
"Terimakasih, Bi." Liora menerima tas itu. "Tadi saya duduk-duduk dulu di halaman belakang." terpaksa dia harus berbohong.
"Ya sudah, kalau begitu Bibi ijin kebawah lagi. Non istirahat saja dulu, nanti kalau makan malamnya sudah siap Bibi panggil." ucap Bi Sari.
Liora mengangguk, "Ya, Bi."
Bi Sari kembali turun ke lantai bawah tanpa menaruh curiga sedikitpun. Sementara Liora langsung masuk ke kamarnya dan mengunci dirinya didalam kamar mandi. Guyuran air shower kini tengah membasahi tubuhnya, Liora memejamkan matanya sesaat saat bayangan di kamar Marvin kembali terngiang di benaknya.
Tapi Liora tidak memungkiri jika tadi dia benar-benar dibuat tenggelam dalam permainan Marvin. Marvin memiliki wajah yang tampan, tubuh yang terawat, bahkan lebih tinggi sedikit dari Haikal. Pria sepertinya apakah belum memiliki seorang kekasih sampai mengatakan akan mencintainya?
📍
📍
Marvin keluar dari kamarnya dan berjalan menuju ke meja makan. Harusnya malam ini dia makan malam berdua dengan Liora, tapi adik iparnya itu belum terlihat batang hidungnya.
"Sebentar Den, Bibi panggil Non Liora dulu," Bi Sari meletakkan piring berisi lauk dan bersiap untuk pergi.
"Tunggu, Bi." cegah Marvin. "Biar saya saja yang panggil."
Marvin meninggalkan ruang makan dan naik ke lantai dua. Pintu kamar itu masih tertutup rapat, Marvin mengetuknya dari luar. Satu kali dua kali dia mengetuk tapi Liora tak kunjung membukakan pintu. Marvin mulai terlihat cemas, dia takut terjadi sesuatu dengan adik iparnya itu didalam sana. Baru saja Marvin ingin menyentuh knop pintu, Liora sudah lebih dulu membuka pintunya dari dalam.
Marvin menahan pintu saat Liora ingin menutup pintunya kembali begitu melihat wajahnya. Dia memaksa masuk ke dalam dan menutup pintunya dengan rapat.
"Tolong keluar, Kak. Aku tidak mau ada yang melihat Kak Marvin masuk ke dalam kamarku!" pekik Liora dengan raut paniknya, napasnya terasa berat dan tatapannya begitu tajam.
Marvin tak menghiraukan, dia mendorong mundur tubuh Liora hingga punggung wanita itu menyentuh tembok lalu dia menghimpitnya. Liora bisa melihat ada kekesalan diwajah kakak iparnya yang kini sedang menatapnya dari jarak yang sangat dekat.
"Kamu ingin menghindariku?" tanya Marvin dengan suara rendahnya.
"Ini tidak benar, Kak. Aku adik iparmu dan kamu kakak iparku. Kita lupakan saja apa yang terjadi sebelumnya, setelah ini tolong bersikap biasa saja padaku." ucap Liora bersikap dingin.
Mendengarnya Marvin merasa tidak suka, dia menghimpit tubuh Liora semakin kuat. Liora bahkan bisa merasakan sesuatu yang keras dibawah sana tengah menusuk-nusuk perutnya. Dan itu pasti adalah milik Marvin.
"Lupakan kamu bilang? Hem?" tekan Marvin, menyipitkan matanya.
"Selama ini kamu tinggal diluar negeri dan pasti sudah sering melakukannya dengan banyak wanita. Jadi kamu bisa mencari wanita lain diluar sana yang bisa memuaskan nafsumu," terang Liora, memalingkan wajahnya kesamping.
"Dia hanya bereaksi padamu, Liora." Marvin dengan sengaja menekankan miliknya yang sudah sangat mengeras dibawah sana, membuat mata Liora terpejam sejenak saat merasakan benda keras itu menyentuh perut bawahnya.
"Dan asal kamu tahu, aku tidak seperti yang kamu pikirkan. Aku belum pernah melakukan hubungan badan dengan wanita manapun. Kamu satu-satunya wanita yang aku inginkan, dan aku hanya ingin melakukannya denganmu." lanjutnya kemudian, suaranya terdengar begitu meyakinkan.
Liora menoleh cepat hingga tatapan mereka kembali bertemu dan saling memandang dalam beberapa detik. Membiarkan keheningan menguasai kamar itu untuk sejenak.
"Maksudmu?" Liora bertanya dengan lirih.
"Sudah kubilang jika aku mencintaimu, dan aku hanya menginginkanmu."
Liora mencoba mencerna kata-kata Marvin. Mereka bahkan baru bertemu dua hari ini, jadi bagaimana mungkin kakak iparnya ini bisa jatuh cinta padanya dalam waktu yang terbilang sangat singkat.
Ditengah kebingungannya, suara mobil terdengar memasuki halaman rumah tersebut. Rupanya Haikal tidak ikut makan makan diluar dan memilih pulang untuk makan malam di rumah bersama dengan istri dan kakaknya. Haikal hanya tidak ingin kakaknya mengira jika hubungannya dengan Liora tidak harmonis meskipun kenyataannya memang seperti itu.
📍
📍
📍
Bersambung.....
kaget gak.. tegang gak anuu muu