NovelToon NovelToon
DIHIANATI CALON SUAMI, DAPAT PRESDIR

DIHIANATI CALON SUAMI, DAPAT PRESDIR

Status: sedang berlangsung
Genre:Mafia / One Night Stand / Selingkuh / Pernikahan Kilat / Percintaan Konglomerat / Romansa
Popularitas:8.1k
Nilai: 5
Nama Author: uutami

udihianati sahabat sendiri, Amalia malah dapat CEO.

ayok. ikuti kisahnya ☺️

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon uutami, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

bab 27

"Mama?"

Lia menatap layar beberapa detik sebelum akhirnya mengangkat. Ada rindu yang belum sempat ia benamkan.

"Ada apa?" tanya Rama yang melihat perubahan wajah Lia. Wanita cantik itu hanya tersenyum kecut.

"Halo, Ma?" suara Lia lembut, ada kerinduan yang tersembunyi.

Tapi bukan suara yang ia kenal yang menjawab.

"Akhirnya kamu angkat juga! Dasar anak tak tahu diri! Kamu bangga ya bikin ibumu sakit?!"

Itu suara Basuki, ayah tirinya, dengan amarah yang membakar.

Lia terdiam. Tangannya mencengkeram ponsel erat-erat.

"Aku pergi karena kalian. Harusnya, kalian sadar itu, bukan karena ingin menyakiti Ibu."

"Alasan! Kamu kabur kayak pengecut! Sekarang malah menyalahkan kami! Lihatlah! Ibumu di ranjang, lemah, semua gara-gara kamu!"

Lia menarik napas dalam-dalam, mencoba menahan gejolak di dadanya.

"Aku bukan penyebab semua ini. Kalau kau mau menyalahkan seseorang, cerminlah dirimu sendiri."

"Kamu pikir kamu siapa, hah? Berani bicara begitu padaku!"

Klik. Lia menutup telepon. Tangannya gemetar, tapi wajahnya tetap tenang, walau ada badai yang menggelegak di dalam.

"Li?" Rama menatapnya, alisnya berkerut. "Siapa tadi?"

Lia tak menjawab. Ia meneguk air putih, lalu berdiri.

"Aku harus pulang."

Rama ikut berdiri. "Tunggu. Apa yang terjadi? Kamu pucat."

"Aku baik-baik saja."

"Jangan bohong. Kamu gemetar."

"Aku bilang, aku baik-baik saja, Rama."

Rama menyentuh lengannya, lembut. "Biar aku antar, ya?"

Lia menatapnya, matanya memerah menahan rasa sesak di dada. "Terima kasih, tapi tidak. Aku ingin sendiri."

"Lia..."

"Maaf. Aku harus pergi."

Dan ia pun melangkah keluar, meninggalkan aroma hidangan yang menguap, dan seorang lelaki yang hanya bisa menatap punggungnya menjauh.

Langit malam menggantung berat, seperti hatinya. Di dalam taksi, Lia menatap jendela. Tetesan hujan mulai menari di kaca. Wajah Mamanya berkelebat dalam pikirannya, begitu lemah dan redup seperti cahaya lilin yang kehabisan sumbu.

Dia ingat betapa Silva pernah begitu hangat, rumah begitu damai... sebelum Basuki datang.

Lia tiba di rumah, di depan pagar rumah, Nia sudah sudah menunggu dengan wajah gelisah.

"Lia!" panggil Nia setengah berbisik.

"Ada apa? Kenapa wajahmu begitu?"

"Di dalam, ada orang yang mengaku adikmu. Tapi dia bersama beberapa orang berwajah sangar. Sepertinya mereka bukan orang baik. Lia, sebaiknya kamu pergi saja. Aku cemas mereka akan menyakitimu," terang Nia dengan wajah cemas.

"Rika..." bisik Lia. Ia tau, tak selamanya dia bisa menghindar. Tadi papa tirinya yang menghubungi, dan sekarang, saudara tirinya. "Apa mama benar-benar sedang sakit? Kenapa rasanya terlalu mencurigakan?"

"Lia?"

Lia menatap wajah sahabatnya, ia tersenyum tipis. Ia sama sekali tak ingin melibatkan nia dalam kehidupannya yang rumit.

"Aku tak mungkin kabur, nia. Aku tak ingin kamu ikut terseret. Aku masuk, aku bisa mengatasinya."

"Sungguh? Mereka terlihat berbahaya, Li." Nia meragu.

Lia tersenyum menenangkan."Tenanglah... Mmm, begini saja. Kamu pasti belum membuatkan mereka minuman dan camilan, kan? Bagaimana kalau kamu ke depan untuk beli beberapa minuman dan camilan?" tawar Lia.

"Tidak! Aku mau di sini saja."

"Aku baik-baik saja, aku janji."

"Lia..." Nia masih terlihat cemas dan takut.

"Yaaa?" Lia mengulurkan beberapa lembar uang pada temannya itu. "Tolong...."

Nia mengangguk cepat, dan bergegas pergi. Setelah memastikan Nia tak terlihat lagi, Lia menatap rumah kontrakannya. Ia meneguk ludahnya, tapi dia sangat siap menghadapi adiknya.

Lia melangkah masuk, dan suara tinggi yang memekik terdengar.

"Wow, akhirnya sang putri kembali ke istana."

Di ruang tamu, berdiri Rika, saudara tirinya, mengenakan mantel mahal dan tatapan penuh penghinaan. Di belakangnya, dua pria bertubuh besar berdiri seperti bayangan gelap.

"Apa yang kalian lakukan di sini?" tanya Lia, nadanya tajam.

"Kami diutus. Jemput kamu, Li. Mama sakit. Dan semua gara-gara kamu kabur seenaknya."

"Aku tidak akan kembali," Lia menyilangkan tangan, menahan amarah. "Lagipula, kalian senang kan, tinggal di rumah itu, gratis. Dan mengambil bekasku?" cemoohnya sinis.

"Kamu pikir kamu siapa? Lancang sekali bicaramu! Aku ingin tau apa reaksi papa jika tau kau berkata begini. Lia, kau hanya anak yang tidak dianggap! Tapi, berani sekali berkata begitu, berani membuat mama tumbang dan sakit! Walau, yaahh, dia mungkin tak menganggap mu, tapi dia jelas sakit karena memikirkan mu!" Rika mendekat, suaranya makin tinggi.

Lia tertawa, "Hahahaha, bukankah mama sakit setelah aku pergi? Itu artinya kalianlah yang tidak bisa menjaganya. Atau mungkin kalian lah yang membuat mama tumbang dan sakit?"

"Kurang ajar! Kau menuduh kami? Untuk apa kami melakukannya? Kami sayang mama, tidak sepertimu!"

"Aku pergi karena kalian, karena rumah itu bukan lagi rumahku!" bentak Lia. "Setelah kalian datang, kalian merampas segalanya!" sambungnya dengan mata mendelik lebar.

Tiba-tiba, kedua pria itu melangkah maju. Salah satu dari mereka meraih lengan Lia.

"Jangan sentuh aku!" teriaknya, mencoba melepaskan diri.

"Maaf, Nona. Kami cuma jalankan perintah," sahut salah satu pria, ekspresinya datar.

"Minggir! Aku akan berteriak jika kalian berani menyentuhku!"

Rika tertawa, "Menurutlah, Li."

Lia menatapnya tajam, Lia menendang, meronta, tapi tenaga mereka seperti tembok.

"Ikutlah, pulang. Agar kami tidak bertindak kasar."

Lia mantap Rika tajam, ia jadi berpikir, apakah mamanya benar-benar sakit parah sampai dia dipaksa begini. Tapi, untuk apa?

"Mungkin sebaiknya, aku ikuti dulu mereka. Mungkin aku akan tau jawabannya, jika Mama memang benar-benar sakit," batinnya.

Ia menarik tangannya kasar, "Aku bisa jalan sendiri!"

"Sudah, Kak. Jangan drama. Mama bisa makin sakit kalau tahu kamu begini," kata Rika dengan senyum sinis yang membuat darah Lia mendidih.

Lia mencoba menahan air matanya. "Aku gak pantas diseret begini. Aku anak, bukan tahanan."

"Tapi kamu sudah lama gak bersikap seperti anak," bisik Rika tajam, lalu membuka pintu rumah. "Kau kabur, dan pantas disebut tahanan! Hahahaha."

Dalam sekejap, Lia diseret keluar, malam menganga seperti lubang yang menelannya hidup-hidup. Suara klakson, dan hujan samar menjadi latar saat mobil hitam menunggu di pinggir jalan.

Pintu dibanting. Mobil melaju.

Dan Lia, sekali lagi, merasa kehilangan kendali atas hidupnya.

"Lia!"

"Lia!"

Nia yang melihat di kejauhan berlari sampai di depan rumah.

"Ya Tuhan, apa yang terjadi..." Ia menyesal pergi meninggalkan Lia tadi. "Lia...." tangisnya lirih menutupi wajahnya. "Apa yang harus aku lakukan?"

Gadis itu dalam kebingungan.

****

Di dalam mobil yang melaju menembus hujan malam, Lia duduk terjepit di antara Rika dan pria bertubuh besar yang menatap kosong ke arah jendela. Suasana dalam mobil tegang. Wajah Lia dingin, namun dalam hatinya, badai bergemuruh.

"Kalian akan membawaku ke mana?"

"Pulang."

Lia membuang muka malas.

"Kenapa sih kamu kayak gini terus, Li?" Rika memecah kesunyian. "Mama bisa-bisa nggak selamat karena kamu."

Lia menoleh pelan. "Kalau memang Mama sakit, kenapa aku tidak dapat kabar? Kenapa baru sekarang aku tahu? Dan kenapa dengan cara kasar seperti ini?"

"Karena kamu kabur! Kamu bukan anak kecil, Lia! Kamu tahu Mama itu rapuh!" suara Rika meninggi.

Lia mendengus. "Rapuh? Mama dulu tegar sebelum kalian datang. Sebelum dia menikah dengan orang seperti Basuki dan kamu."

"Jaga mulutmu!" sahut Rika geram. "Papa sangat baik sama Mama. Kamu aja yang enggak tahu diri."

Lia menyipitkan mata. "Papa? Jelas dia bukan papaku. Papaku sudah mati."

"Hahaha, Papa mu memang sudah mati, harusnya kau juga menyusul ke sana agar tak menyusahkan kami!" Rika membentak, lalu mengalihkan pandangan ke luar jendela. "Mama sekarang sakit parah. Dan semua itu karena kamu. Kamu pergi, bikin malu keluarga, gagal nikah, dan sekarang pura-pura jadi korban."

"Sakit apa Mama sebenarnya?" tanya Lia, tajam.

Rika terdiam sebentar. "Sakit parah," jawabnya singkat.

"Sakit parah? Maksudmu apa? Kanker? Jantung? Apa?" desak Lia.

"Udah, jangan banyak tanya. Nanti juga kamu lihat sendiri," jawab Rika dengan nada sinis.

Mobil berhenti di depan rumah besar bercat cokelat tua. Halamannya basah oleh hujan, dan lampu teras menyala temaram. Dua pria keluar lebih dulu, lalu membuka pintu dan menarik Lia turun.

Begitu melangkah masuk ke dalam rumah, sebuah tamparan keras mendarat di pipi kanan Lia.

Plak!

Kepala Lia menoleh tajam, dan matanya membulat kaget. Di hadapannya berdiri Basuki, pria paruh baya dengan sorot mata penuh amarah.

"Dasar anak tak tahu diri!" teriak Basuki. "Kau pikir hidup ini mainan?! Kau hancurkan keluarga kami, dan pergi seenaknya?!"

"Bukankah kalian senang aku pergi? Kau bilang akan mencoret ku dari kartu keluarga."

Plak!

"Anak kurang ajar! Benar-benar tak tau diri!"

Tangan Basuki terayun lagi hendak menampar, tapi Lana cepat menahan.

"Apa? Kau tak bisa memukulku lagi!" Lia mengusap pipinya.

Basuki tertawa, "Hahaha, gadis sombong! Begini saja banyak yang menginginkanmu!" gumamnya dengan mata mencemooh.

Mata Lia menyipit curiga, "Apa? Menginginkanku!?"

Basuki menarik tangan kasar. "Kami sudah sangat baik padamu! Tapi, ini balasan yang kau berikan!"

Lia menatap tajam, ia tak takut sama sekali pada papa tirinya. Sedikit pun dia tak ada hormat, karna sikap yang memang tak patut dia hormati. "Apa yang kalian inginkan dariku?!"

"Benar-benar tak tau diri. Masih bisa berkata seperti itu? Harusnya  kau lihat kekacauan apa yang sudah kau buat! Kau pikir kami tak malu, hah? Karena kau, pernikahan Jono dan Siti hancur berantakan! Padahal Silvi sudah siap menggantikanmu!"

Lia melangkah mundur. "Silvi menghianatiku dengan Jono sebelum hari pernikahan kami! Aku yang disakiti! Kenapa kalian semua malah mendukung mereka?! Apakah kau masih pantas disebut Papa?"

"Huuhh! Mereka hanya bercinta.  Kenapa kau membesar-besarkannya, Li?!"

"Hanya? Penghianatan kau sebut hanya? Apa kau manusia?" Lia tak kalah keras.

Plak!

Satu tamparan lagi Lana dapatkan.

"Beraninya kau bersuara keras padaku!? Aku Papamu!"

"Kau bukan papaku!" Teriak Lia dengan mata menyalang.

Plak!

"Sudah membuat ulah, masih bisa berteriak keras! Kau mempermalukan kami di depan publik!" Basuki meludah ke lantai. "Perusahaan keluarga kena tuntutan karena keluarganya Jono gak terima! Rugi miliaran! Dan sekarang Silva terbaring sakit gara-gara kau!"

"Aku hanya melakukan yang harus kulakukan!" balas Lia. "Membalas para penghianat yang bahkan menyalahkan aku. Papa macam apa yang bahkan lebih percaya pada mereka?"

Basuki mengangkat tangan dan memukul Lia hingga tubuhnya terhuyung. Rika berdiri di belakang, diam, bahkan tampak menikmati semua ini dengan senyum kecil di sudut bibirnya.

"Rika, bawa dia!" perintah Basuki.

"Siap, Pah," kata Rika sambil memberi isyarat pada dua orang berwajah sangar tadi.

Dua pria itu mendekati Lia dan menahan lengannya.

"Lepaskan aku!" desis Lia.

Basuki menatap tajam, lalu menyeret Lia masuk ke sebuah kamar kecil yang dulu adalah kamar tamu. Pintu dibanting keras dari luar, lalu dikunci. Lia terduduk di sudut, mengusap luka di pipinya yang mulai memerah.

Ia melirik sekeliling. Tak ada tanda-tanda kehadiran Mama. Tidak ada suara batuk, atau tanda-tanda orang sakit. Semua terasa sunyi, dingin, dan mencurigakan.

"Apa mama benar-benar sakit? Atau ini hanya rekayasa mereka? Jika iya, sungguh mereka bukan manusia."

Air matanya mulai mengalir. Ia merasa seperti dikurung dalam cerita yang bukan miliknya, dalam kehidupan yang tak pernah ia pilih.

Drrt. Drrt.

Ponselnya bergetar. Nama "Bara" muncul di layar. Dengan tangan gemetar, Lia mengangkat.

"Halo?"

"Lia? Aku sudah siapkan semuanya. Kamu di mana? Biar aku jemput!"

"Bara..." suara Lia bergetar. "Benarkah kau bisa menjemputku?"

"Tentu saja. Kau mau aku jemput sekarang?" ucap Bara dari sebrang terdengar sangat tegas.

Air mata Lia menetes, apakah dia benar-benar bisa menjemput?

"Bara... Aku..."

"Kenapa suaramu parau? Kau menangis?"

"Aku... Aku di rumah... Jemput...."

Tiba-tiba pintu dibuka keras. Basuki melangkah masuk, wajahnya seperti singa lapar. Lia bahkan sampai kaget dan tak melanjutkan ucapannya.

"Lia? Li?"

Basuki merebut ponsel dari tangan Lia.

"Lia? Apa yang terjadi?"

"SIAPA KAU?!" teriaknya ke ponsel.

Dari speaker terdengar suara Bara, "Kau sendiri siapa? Kenapa merebut ponsel Lia?!"

"Aku? Aku Papanya! Jangan pernah hubungi dia lagi! Dia akan menikah dengan pilihan ku besok pagi! Mengerti?!" Basuki lalu menutup telepon dengan kasar dan melempar ponsel ke dinding hingga pecah.

Lia menjerit kecil. "Kau tak bisa mengatur hidupku! Basuki!"

Plak!

"Lancang!"

"Jangan pernah menghubungi lelaki manapun lagi, Jalang! Mulai besok, kau akan menikah dengan anak rekan bisnisku. Itu harga yang harus kau bayar karena sudah mempermalukan kami!"

Basuki meninggalkan kamar dengan tawa dingin, sementara Lia hanya bisa meringkuk, menggigil. Pipinya perih, tubuhnya gemetar, dan hatinya tercerai-berai.

"Aku sudah menikah, tapi aku akan menikah lagi... Mama... Di mana kamu? Apa yang terjadi? Benarkah mama sakit?"

Air mata Lia berderai, jauh lebih menyakitkan, saat yang mengkhianati adalah mamanya sendiri.

****

Sementara itu, di kota M.

Mata Bara berubah tajam, wajahnya mengeras sampai urat wajahnya terlihat menonjol. Ia menggenggam erat ponselnya sampai benda pipih itu retak.

"Bebby!"

"Siap bos."

"Bawa pasukan! Ada orang yang lancang mau menikahi istriku!"

"Siap, laksanakan!"

Bebby melangkah pergi dari ruangan Bara, meninggalkan lelaki yang sudah dipenuhi bara....

1
aku
habis ngakak pekara bebby, endingnya nyesek baca sesaknya lia 😭😭
Cinta_manis: eh, makasih Kak udah komen/Drool/
total 1 replies
aku
haluin komuk bebby pas nyongkel jendela wkwkwkwkwk
Cinta_manis: hehehe, iya ya ka
total 1 replies
Sri Rahayu
hajar saja Lia....harusnya sampe Jono peyang 🤩🤩🤩🤩🤩
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!