15

Keadaan justru malah bertambah sunyi setelah percakapan singkat tadi. Percakapan yang menurutku sangat nggak jelas. Aku terus melihat ke arah Loly dan Sita. Akhirnya mereka berdua muncul dengan membawa makanan.

"Kalian lama banget sih?"

"Eh maaf ya, kami mengantri dulu tadi. Yang di depan kami juga banyak." Sita menjelaskan.

Aku mengeluarkan kotak makan siangku dan meletakkan di atas meja. Aku sempat merasa kalau lelaki di samping ku tersenyum saat ku letakkan kotak makan siang di atas meja. Ah, nggak peduli aku.

"Enak banget, mereka siapin salad juga."

"Iya Dinda, kamu mau nggak biar aku yang ambilkan. "

"Nggak usah kok, ini sudah cukup. " Kataku sambil nunjukin isi kotak ku. Lauknya juga nggak kalah enak. Akan tetapi bi Atum mengisi terlalu banyak, sedangkan porsi makan siangku kan nggak sepenuh ini.

"Pantasan Dinda nggak makan di kantin.... " kata Loly sambil melirik isi bekal ku.

"Kalau kalian mau bisa ambil kok.. " Aku menyodorkan lauk ku yang lumayan banyak untuk Loly dan Sita, mereka lalu mengambil sebagian.

"Makasih Dinda. Dari aromanya keliatan enak nih."

Sita dan Loly menyantap makanan mereka. Aku melihat ke arah Leo yang masih sibuk dengan bukunya. "Leo kamu nggak makan? " Sebenarnya aku malas bertanya, hanya saja dia berada di sampingku.

"Kenyang.... " Jawaban singkat dan dingin yang ku dengar lagi dari nya. Mending nggak usah ku tanya tadi.

Loly dan Sita melirik ku dan bertanya pakai bahasa tubuh.

'Kamu kenal sama dia? '

'Nggak aku baru kenal juga. Lanjut makan saja! '

Kami lalu menyantap makan siang masing-masing.

"Eh kalian ngerasa ada yang aneh nggak sih di kantin? " Tanya Loly.

"Aneh kenapa? " Aku nggak terlalu memperhatikan sekitar jadi nggak tahu.

"Iya benar, aku merasa tadi anak-anak di kantin terus memperhatikan meja kita dan entah apa yang mereka bicarakan. "

"Mungkin kalian salah lihat kali, bisa jadi mereka melihat ke tempat lain. "

Atau mungkin saja mereka membicarakan orang aneh di sebelah ku. Orang itu sangat misterius, sewaktu aku sma dulu, aku nggak pernah melihat dia. Wajar saja sih, dulu awal masuk aku jarang ke kantin.

"Lebih cepat Dinda, kayaknya guru itu mau ke kelas kita. " Kata Sasa.

Kami mengubah langkah kami dari yang awalnya berjalan santai menjadi jalan setengah lari.

Esoknya saat berangkat ke sekolah aku di antar papa lagi. Mas Dino nggak bisa karena ada keperluan tetapi dia berjanji akan menjemputku pulang.

Bu Anita memasuki ruangan kami dengan seorang siswa. Itu kan pria yang sebangku sama kami bertiga di kantin. Oh iya namanya Leo. Akan tetapi penampilan nya kali ini berbeda dari kemarin tidak ada lagi kacamata yang menghiasi matanya. Anak-anak berbisik satu dengan yang lain.

"eh itu anak katanya dia tahan kelas seharusnya sekarang dia berada di tingkat ke tiga." Itu yang kudengar dari obrolan anak di belakang ku dengan nada berbisik. Namun aku tetap mendengarnya.

Sebodoh apa dia sampai tahan kelas dua kali berturut-turut?

Mata kami sempat bertemu, namun aku segera menunduk berpura-pura menyibukkan diri dengan buku ku.

"Kamu perkenalkan diri ke mereka." Nada bicara bu Anita terdengar kasar. Dari wajah bu Anita kami pun bisa membaca kalau bu Anita nggak suka sama Leo. Kenapa yah dia diperlakukan begitu kan dia hanya seorang murid.

"Perkenalkan saya Leo. Sudah selesai kan bu, di mana tempat duduk saya? " Muka bu Anita memerah karena geram. Aku tarik kembali kata-kataku barusan tentang bu Anita. Berani sekali dia menjawab bu guru seperti itu. Pantasan bu Anita bernada tinggi padanya. Sepertinya dia berencana menggali lubang untuk kuburan nya sendiri.

"Terserah mau duduk di mana."

Dia berjalan mendekat ke arah ku karena kebetulan tempat di sampingku kosong. Setelah itu dia mengambil posisi tidur tanpa mempedulikan bu Anita yang menjelaskan materi di depan. Bu Anita juga sempat melirik nya namun tidak menggubris perbuatan nya itu. Sepertinya hal yang dilakukan Leo sudah menjadi barang biasa bagi guru-guru. Mendingan orang yang seperti ini di jauhi saja. Sekarang aku harus fokus ke materi biar nilai ku nggak anjlok. Bu Anita memberikan kami tugas kelompok. Aku, Sita dan Loly dipilih menjadi satu kelompok. Karena yang dibutuhkan setiap kelompok ada empat orang, jadinya ibu menyuruh untuk menambah Leo ke kelompok kami. Sungguh apes banget hari ini. Hanya kami bertiga saja yang bermusyawarah mengenai tempat yang pas untuk kerja kelompok. Lagian mau ngajak Leo bermusyawarah juga percuma. Orangnya aja tidur.

"Gimana kalau kerja kelompoknya di rumah kamu Dinda? "

Aku tahu maksud dari mereka berdua mengusulkan untuk belajar kelompok di rumahku.

"Okelah kalau begitu. Bagaimana kalau kalian datang nya jam setengah tiga, nanti kalian balik dulu ke rumah izin sama mama, papa kalian."

"Kita sepakat. "

Sampai bel pulang berbunyi Leo tetap diam dan tidur di mejanya. Enak banget datang sekolah hanya untuk tidur. Mending nggak usah sekolah sekalian saja.

"Kalian duluan saja, aku masih ada urusan. Aku tunggu di rumah ya"

"Iya, Dinda. Sampai ketemu di rumahmu, " kata Sita dan Loly serentak.

Bayangan Loly dan Sita hilang dari dalam kelas sebenarnya kami yang terakhir berada di dalam kelas termaksud Leo yang masih tidur sedangkan teman-teman lain sudah pulang semua. Aku mendekati Leo untuk membicarakan soal tugas kelompok kami. Karena dia juga harus tahu meskipun dia tak mendengarnya.

Terpopuler

Comments

Fifid Dwi Ariyani

Fifid Dwi Ariyani

trusceria

2024-02-16

0

RenSya

RenSya

iya
makasih atas dukungannya

2023-05-28

1

azzalea

azzalea

semangat nulis nya kakak

2023-05-28

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!