2

Aku kembali ke kamar untuk menghindari ibuku yang terus mengejek. Rasa lapar terpaksa ku tunda dulu karena di bawah orang-orang masih sibuk. Lex sepertinya sedang mandi karena yang kudengar suara gemercik air yang berjatuhan dari shower. Apa yang aku lakukan kalau-kalau Lex keluar. Aku memutuskan merapikan tempat tidur yang berantakan. Hiasan kelopak bunga mawar yang sebelumnya sangat cantik kini telah kering dan layu. Sebenarnya aku tidak perlu untuk membersihkan kamar kami karena ada pelayan di rumah tapi karena ini adalah kamar pengantin yang di siapkan buat kami berdua aku memutuskan untuk membersihkannya. Pintu kamar mandi terbuka perlahan. Lex membaluti tubuhnya dari pinggang kebawah dengan handuk sedangkan bagian atas dadanya terbuka. Aku bisa melihat bentuk abs milik Lex yang indah. Tanpa sengaja mataku bertemu dengan mata Lex. Aku segera berpura-pura menyibukkan diri dengan ranjang yang ku bersihkan karena malu jika ketahuan Lex kalau aku sedang memperhatikan dirinya. Lex langsung ke kamar ganti melewati diriku.

Huh syukurlah Lex pergi, aku seolah-olah akan pingsan karena tak kuat menahan malu. Lex keluar setelah beberapa lama berada di ruang ganti. Aku juga sudah selesai membereskan kamar. Lex berjalan keluar dari kamar tanpa menegurku. Aku kira biasanya pasangan yang baru menikah pasti mendapatkan salam ataupun kecupan hangat. Mungkin Lex masih malu dan belum terbiasa dengan hubungan baru kami yang kini berstatus suami istri. Aku menyusul Lex dari belakang. Lex sempat berbicara dengan mama setelah itu dia berpamitan keluar rumah. Aku kurang jelas mendengar apa yang mereka bicarakan. Aku mendekati mama untuk menanyakannya.

"Ma, Lex kemana? "

"Katanya ada urusan di luar sebentar. Emangnya dia tidak memberitahu kamu? "

"Nggak ma, setelah selesai ganti pakaian dia langsung keluar dari kamar. Emangnya apa yang kalian bicarakan ma? Bukannya kami harus bersiap-siap ke rumah baru? "

"Katanya kamu disuruh duluan saja. Nanti dia menyusul. "

"Kalau itu yang dia bilang ya sudah nanti aku suruh pak Ruben mengantarku saja. "

Entah kenapa hatiku terasa sedih, aku mendambakan hal-hal romantis dari Lex. Apalagi ini adalah hari pertama kami sebagai suami istri.

Aku, mama, papa makan bersama sebagai hari terakhir ku di rumah ini, meskipun tanpa kehadiran Lex sebagai suamiku.

Sorenya aku berpamitan pada mama dan papa.

"Jaga dirimu ya sayang. Kalau ada apa-apa bilang sama mama dan papa kami akan selalu ada untukmu. " Aku hanya menangis di pelukan mama.

"Iya sayang. Apa yang mama kamu bilang itu benar. Jika ada sesuatu cerita sama kami berdua. Jangan lupa untuk selalu mampir ke sini jika kamu punya waktu. "

"Iya ma, pa aku pasti ke sini. Aku berangkat dulu ya. " Sebelum pergi tidak lupa aku mencium tangan kedua orang tuaku sebagai bentuk penghormatan. Mobil yang ku tumpangi meninggalkan perkarangan rumah kami. Tidak lupa aku melambaikan tangan kepada mama, papa dan di balas dengan hangat oleh mereka.

Sekitar satu setengah jam aku berada di dalam mobil akhirnya kami tiba di rumah baru yang akan aku dan Lex tempati. Rumahnya juga sangat luas tidak kalah besarnya dengan rumah orangtuaku dan orangtua Lex. Aku turun dari dalam mobil mencoba untuk masuk duluan sedangkan pak Ruben masih menurunkan barang-barangku dari dalam mobil.

"Eh pintunya kok nggak dikunci? Para pelayan kan baru masuk besok? " Aku hanya mencoba memutar gagang pintunya dan langsung terbuka. Aku masuk ke dalam untuk memastikan sesuatu yang sebenarnya tak kuharapkan. Kalau aku memanggil pak Ruben pasti pencurinya mendengar suaraku dan kabur lewat pintu lain. Keadaan di dalam agak gelap karena tirai-tirai tertutup dan tidak mengizinkan sedikitpun cahaya matahari untuk masuk. Aku mencari tombol saklar untuk menghidupkan lampu. Dan tiba-tiba saja slungggg....

Aku ditimpa ribuan kelopak mawar merah yang cantik, berjatuhan bagai bulir-bulir hujan tapi ini hujan kelopak mawar. Kini lantai keramik yang ku pijaki berubah menjadi lantai kelopak bunga mawar.

Karena keasyikan menikmati kelopak mawar tanpa kusadari ada seseorang yang telah memelukku dari belakang.

"Aku menunggumu dari tadi. Kamu kenapa lama? "

Itu suara Lex. Aku merasakan degub jantungku yang berubah dengan cepat. Aku harap Lex tidak mendengarnya.

Lex mengubah posisi tubuhku menghadapnya. Dan tubuhku hanya mengikuti. Aku tak berani menatap wajahnya karena aku tau, jika aku menatapnya maka hatiku akan makin bedetak kencang. Lex mengangkat daguku agar dia bisa melihatku lebih jelas, tanpa ku sadari dia sudah mencium kening ku tanpa aba-aba. Tetapi saat bibir kami semakin dekat, pak Ruben masuk membawa koper. Kami segera menghentikan aksi tersebut. Dan berharap semoga pak Ruben tidak melihatnya.

Terpopuler

Comments

Fifid Dwi Ariyani

Fifid Dwi Ariyani

ttusssbar

2024-02-15

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!