4

"Aku ke bawah dulu ya. "

Aku memutuskan turun untuk mengambil pesanan makanan kami. Keadaan di rumah masih sepi, pelayan akan datang sekitar jam 3 sore. Aku menemui kurir pengantar makanan.

"Atas nama pak Lex? "

"Itu suami saya." Jawab ku penuh percaya diri.

Perkataanku seperti sedang memamerkan suamiku saja.

"Baiklah mbak, bisa tolong tanda tangan disini. "

Kurir tersebut menunjukkan kertas yang akan aku tanda tangani. Aku hanya mengikuti petunjuk darinya. Kurir itu pergi setelah aku selesai dan menerima pesanan tersebut. Aku membawa sekantong plastik makanan ke atas kamar.

"Ini pesanannya." Aku menunjukkan pada lex.

"Ayo makan, aku sudah sangat lapar. " Ajak Lex

"Bukannya kamu belum mandi? Sebaiknya kamu mandi dulu, aku akan menunggu. "

Lex berpikir sejenak

"Baiklah, aku mandi dulu. Kamu nggak apa-apa kan kalau menunggu? Tapi kalau kamu lapar makan duluan saja."

"Nggak apa-apa kok."

Lex ke kamar mandi membersihkan dirinya. Sementara menunggu, aku turun ke bawah untuk mengambil minuman beserta dua cangkir gelas buat kami berdua. Tiga menitan ku tunggu, lex keluar dengan hanya memakai celana panjang berbahan kain yang sederhana namun ada kesan kharismatik pada dirinya. Sepertinya dia tidak punya niatan untuk memakai baju. Mungkin mulai hari ini aku harus membiasakan diri untuk melihat absnya.

"Ayo makan. Kamu pasti menunggu lama. "

"Nggak kok... Nggak terlalu lama. "

Kami berdua akhirnya menyantap makanan kami bersama-sama.

Rasanya lumayan menurutku, karena itu di pesan dari restoran terbaik.

"Akhirnya... " Lex menepuk-nepuk perutnya yang sedikit buncit membuat ku tersenyum lucu.

Lex mengetahuinya.

"Kenapa? " Tanya Lex bingung.

"Nggak kok. " Kurasa Lex makin tambah bingung. Karena nggak tau harus berbuat apa aku berbaring di ranjang sambil menonton film drakor di HP memakai headset. Aku tidak ingin mengganggu Lex yang sibuk bekerja. Aku yakin pekerjaannya pasti sangat menumpuk karena tertunda selama dua hari. Dan ini adalah saat yang tepat baginya untuk menyelesaikannya.

Tanpa sadar aku tertidur dengan HP yang masih ditanganku.

Aku memimpikan sesuatu yang sangat indah tapi tak tahu mimpi seperti apa. Aku terbangun karena mendengar suara Lex yang memanggilku.

"Dinda... Dinda. " Suaranya samar-samar dan semakin lama semakin jelas. Lex membangunkan aku dengan begitu lembut. Aku membuka mataku perlahan. Mencoba menyatu dengan ruangan tersebut. Aku melihat tubuhku telah diselimuti, dan HP yang awalnya ku pegang telah tertata rapi diatas meja di samping ku. Sepertinya Lex lah yang memindahkan hpku. Ternyata Lex sangat peduli pada diriku. Meskipun ia tidak begitu memperlihatkan nya.

"Ayo bangun kita harus segera bersiap. "

"Kemana? "

"Apa kamu lupa mama mengundang kita tadi. " Oh iya aku melupakan hal tersebut. Mama mengundang kami makan malam bersama.

"Kamu cepatlah bersiap. Aku menunggumu di bawah" Kata Lex. Sepertinya Lex sudah bersiap saat aku tidur. Aku bergegas ke kamar mandi untuk bersiap. Aku tidak ingin berlama-lama di kamar mandi mengingat Lex sudah menunggu. Aku memakai gaun yang sederhana namun tidak menutupi kesan elegan nya. Tidak lupa pula sepatu dengan high heels yang rendah. Aku ingin terlihat sempurna di depan mertuaku.

"Kamu menunggu lama ya Lex? " Lex berbalik arah menatapku. Ia memandang ku begitu lama. Aku bisa membaca matanya yang melihatku dari atas sampai bawah seolah-olah sedang menilai penampilan ku. Lex bengong sesaat lalu menggelengkan kepalanya menyadarkan diri.

"Nggak kok... Nggak begitu lama. Ayo! " Lex mempersilahkan diriku duluan, saat di parkiran mobil, ia juga dengan penuh kharisma membuka pintu mobil meminta ku untuk duduk. Aku membayangkan bak seorang putri yang dipandu menuju kereta oleh Pangeran dermawan.

Mama dan papa menyambut kami dengan sangat baik. Setelah makan bersama selesai kami bertukar cerita. Mama banyak bercerita tentang masa kecil Lex sampai apa yang paling Lex tidak suka. Apa yang tidak ku ketahui tentang Lex aku dengar dari mama. Aku banyak berinteraksi dengan mama dan papa. Lex hanya menjadi seorang pendengar setia. Dia seperti sedang menyaksikan acara teater.

Ditengah pembicaraan yang awalnya hangat berubah menjadi dingin saat mama melontarkan pertanyaan yang intim.

"Rasanya kami pengen secepatnya gendong cucu."

"Iya punya cucu pasti seru, papa bisa mengajaknya bermain." Sambung papa.

"Untuk saat ini kami nggak punya rencana memiliki momongan pa. Aku rasa karirku lebih penting." Jawab Lex dingin. Aku tidak tahu kalau Lex tidak suka memiliki anak. Atau mungkin memang sebaiknya kami tidak terlalu terburu-buru. Aku rasa Lex punya pemikiran sendiri. Mungkin maksudnya nggak begitu buruk.

"Sayang karirmu itu bukanlah hal yang penting. Nggak baik menunda momongan. "

Sebaiknya pembicaraan ini dihentikan, aku tidak ingin ada yang merasa sedih dengan pembicaraan ini.

"Aku rasa Lex benar. Kami tidak ingin terlalu terburu-buru memiliki momongan. Tapi mama nggak perlu khawatir kami akan mempertimbangkan hal ini. "

Terpopuler

Comments

Fifid Dwi Ariyani

Fifid Dwi Ariyani

trussehat

2024-02-15

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!