13

Pagi ini aku bangun lebih awal, jadi mama nggak perlu membangun kan ku lagi. Padahal dulu aku adalah anak yang pemalas bangun pagi, sehingga selalu saja mama ataupun bibi yang bangunkan.

Aku turun ke bawah dan menuju ke meja makan. Rumah kami bertingkat dua dan kebetulan kamarku ada di tingkat atas. Di meja makan ternyata ada mas Dino yang lagi meneguk secangkir kopi panasnya serta bibi yang sibuk menyiapkan sarapan.

"Tumben kamu bangun pagi? "

"Mas ini bukannya senang adenya mau bangun pagi malah mengatakan hal seperti itu. Ya sudah aku kembali tidur saja, biar kalau terlambat aku tinggal bilang mas yang nyuruh." Kataku cemberut.

"Bukan gitu maksudnya adekku tersayang, biasanya juga kan kamu dibangunin sama mama kalau nggak bibi, " mas Dino mencubit gemas pipiku yang cabi.

"Aw sakit, " aku memukul pundaknya mas Dino meskipun mas Dino nggak merasakan apapun.

"Gitu aja sakit. Makanya jangan makan terlalu banyak nanti badanmu gemuk, kamu juga yang pusing. "

"Biarin, " bi atum yang melihat tingkah kami hanya senyam senyum.

"Mama mana bi? " Tanya ku penasaran karena biasanya mama pasti selalu bangun duluan.

"Oh itu, habis masak nyonya pergi membantu tuan bersiap."

"Oww.. " Aku mengambil sepotong sandwich dan membaluri dengan slai Strawberry.

"kamu nggak makan nasi ya?"

"Nggak, aku mau diet mulai sekarang. "

"Nggak baik diet, itu buruk buat kesehatan mu. Kamu kan mau ke sekolah dan itu juga membutuhkan energi yang banyak. Apa jangan-jangan kamu masukan ke hati lagi omongan mas Dino tadi."

"Siapa? Nggak kok, ngapain juga aku masukan ke hati orang aku nya yang pengen diet. "

"Kalau bukan itu apa mungkin karena cowok? "

"Mas ini, aku kan baru masuk sekolah mana mungkin ngeliatin cowok. Lagian nggak ada yang ganteng. "

"Siapa tau kan, dulu waktu kamu SMP mas, mama sama papa sampai pusing ngurusin anak cengeng yang habis putus cinta."

"Itukan dulu, sekarang aku nggak gitu kok. " Aku membela diri. Tapi apa yang dikatakan mas Dino memang benar adanya. Aku pernah pacaran saat aku berusia 13 tahun. Itu adalah kali pertama aku jatuh cinta. Lebih tepatnya cinta monyet sih. Dan mantan aku itu baik, makanya aku jadi bucin sama dia. Tapi entah kenapa dia putusin aku secara sepihak. Saat aku diputusin aku jadi berpikiran bahwa aku nggak bisa hidup tanpa nya. Dua hari mengurung diri di kamar, makanan yang di antar bi Atum ujung-ujung nya dibawa kembali dengan utuh. Mama, papa sama mas Dino sampai nggak tidur buat ngejaga aku di depan pintu kamar, takut nya aku lakuin sesuatu yang nggak mereka inginkan.

Aku keluar setelah menahan rasa lapar selama dua hari. Ya karena aku manusia lemah dan tetap butuh nutrisi dan aku juga sebenarnya takut mati kalau nggak makan. Saat aku keluar mereka langsung menelpon dokter karena wajahku yang pucat. Mengingat hal itu sungguh sangat memalukan nggak sih.

"Ada apa ini? Papa sama mama dengar dari atas di bawah sini ribut sekali? " Tanya mama yang berjalan mendekati meja makan di susul papa dari belakangnya.

"Nggak kok ma, biasalah perdebatan antara kakak sama adek," jawab mas Dino.

"Nggak ma, mas Dino gangguin aku. " Aku ngeledek mas Dino saat mama dan papa nggak melihat nya. Mas Dino hanya tersenyum melihat tingkah ku yang kekanak-kanakan. Aku tahu meskipun sekarang aku telah kembali ke masa dimana usiaku 15 tahun namun jiwaku adalah wanita berusia 23 tahun, tetapi yah di depan mereka aku akan tetap bertingkah kekanak-kanakan.

"Dino jangan gangguin adekmu itu, " ujar papa.

"Nggak pa, dia itu adik kesayangan aku. Mana mungkin aku gangguin dia. " Jawab mas Dino sambil mengusap lembut kepala ku.

Pembicaraan kami pun dilanjutkan dengan makan bersama.

"Dinda, hari ini kamu di antar sama mas Dino ya, papa nggak bisa nganterin kamu, soalnya jadwal papa yang seharusnya berlangsung kemarin di tunda ke hari ini. Belum lagi jadwal hari ini yang sudah sangat padat. "

"Nggak apa-apa pa."

Papa berangkat kerja duluan bahkan makanan di piringnya masih tersisa. Sementara aku menunggu mas Dino selesai makan sambil menyusun buku untuk hari ini. Tidak lupa bekal yang telah disediakan bi Atum untuk makan siang ku. Aku sempat menolak namun mama memaksa, katanya makanan di kantin nggak baik buat kesehatan ku.

"Dindaaa, mas sudah selesai nih. Ayo berangkat! "

Aku dan mas Dino pergi menggunakan mobil sport merah milik mas Dino yang jarang sekali digunakan karena yang tahu membawa mobil itu hanya mas Dino sendiri. Kami tiba setengah jam lebih cepat karena mobil itu cukup cepat serta di jalanan nggak terlalu macet.

Terpopuler

Comments

Fifid Dwi Ariyani

Fifid Dwi Ariyani

yrussehat

2024-02-15

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!