EPS-09

Kini, Monic pun sudah sampai di terminal kota J, tinggal naik ojek untuk ke rumahnya, Monic sangat gugup dan takut, berkali kali monik tarik nafas, untuk menghilangkan rasa gugupnya.

Tak terasa perjalanan yang seharusnya setengah jam itu, terasa begitu singkat, tau tau sudah masuk gang arah rumahnya.

"sudah sampai mb," ujar tulang ojek, yang si tumpangi Monic,

"Eh, iya pah, cepat sekali..., sampai tak sadar pak" tandasnya, "ini ongkos pak, terimaksih"

"Sama sama mb, Mari mb" pamit sang ojek.

"Iya pak."

" Huffff... Tenang Mon, tenang... "lirihnya...

Tok tok... " Assalamualaikum. " seru Monic.

"Ya sebentar," ceklek...

" Walaikumsalam" Tiba tiba sang ibu membeku di tempatnya, antara percaya dan tidak, di depan rumah ada anak, yang selama ini di rindukannya, antara sedih,senang, marah seakan akan jadi satu. Lelehan air mata tak bisa terbendung dari kolapak mata yang sudah mulai kriput itu. Monic yang melihat put bercucuran air mata.

Monic langsung menghambur ke pelukan sang ibu, tangisnya pun terisak di dalam dekapan sang ibu, entah rasa apa ini, bahagia, malu, yang jelas bahagia lebih mendominasi hatinya.

Pelukan hangat ini, yang slalu di rindukannya, Yang slalu menjadi bayangannya 6tahun trahir ini.

"Hik...hik...hik, ibu... " suaranya yang lirih tak sanggup di dengar oleh sang ibu, ibunya pun mendekap erat tubuh sang anak, anak yang selama ini tak pernah ada kabar, anak yang 6tahun ini hilang bagai di telan bumi, Anak yang slalu ceria, tiba tiba menghilang.

"Maafkan Monic bu, maafkan Monic," hanya itu yang keluar dari mulut sang anak, Sesegukannya begitu menyayat hati, tubuh kurus ini, apa yang terjadi sebenarnya.

"Ayo masuk dulu Mon, dan ceritakan sama ibu, apa yang terjadi selama ini, kemana kamu nak selama ini, apa kamu tau seperti apa menderitanya ibu selama ini hem"

Monic hanya bisa tertunduk sambil memainkan jarinya, Bagaimana Monic yang ingin cerita, " Monic akan crita, tapi tidak hari ini bu" tuturnya..

Dari belakang terdengar derap langkah, Monic sangat yakin itu sang bapak, Monic mengangkat kepalanya, ternyata benar dugaannya, ternyata itu sang bapak,

Monic pun segera berdiri, anak dan bapak itu saling berpandangan, Monic semakin mendekat, ingin memeluk sang bapak, setelah tangannya di angkat hendak memeluk sang bapak, bapaknya langsung mundur ke belakang.

Monic diam terpaku, ada sesak di hatinya melihat sang bapak yang tak mau di peluknya, Monic pun tak bisa menyalahkan sang bapak atas sikapnya, karna memang dirinya yang salah.

Monic langsung menurunkan tangannya, dan menunduk, "bapak apa kabar?? Maafkan Monic pak, selama ini Monic menghilang, maafkan Monic yang telah mengecewakan bapak, maafkan Monic yang tak bisa membanggakan bapak."

Monic pun, kembali terisak, Monic sangat tau jika sang bapak sangat kecewa, hanya maaf yang bisa monik sampaikan terhadap sang bapak.

"Sudah Mon, ayo kita duduk, bapak, ayo duduk pak,"

ibu monic mengajak duduk supaya kemarahan suaminya mereda dulu. ibu Monic tahu, saat ini suaminaya begitu marah terhadap sang anak.

Setelah keadaan sudah tenang, sang ayah pun bertanya terhadap Monic, "Kemana kamu selama ini!" Tandas sang ayah, dengan wajah sangarnya sang ayah pun bertanya "Apa kau tahu, selama ini keadaan orang tuamu? apa kamu tak sadar caramu menghilang dari rumah Itu kesalahan? Apa yang kamu pikirkan Mon, sehingga kamu tak pulang ke rumah selama 6tahun.

Apa kamu sudah merasa mampu melakukan apapun sendiri Hah! Kamu tau Mon, ibumu sering sakit, hanya karna memikirkan mu, Ibumu selalu takut, kamu tak bisa makan di luar, tak ada yang melindungi, Sedangkan kau..."