NovelToon NovelToon
Kebangkitan Dewa Pedang Abadi

Kebangkitan Dewa Pedang Abadi

Status: sedang berlangsung
Genre:Perperangan / Kelahiran kembali menjadi kuat / Romantis / Epik Petualangan / Reinkarnasi / Budidaya dan Peningkatan
Popularitas:1.7k
Nilai: 5
Nama Author: Nugraha

Cerita ini adalah kelanjutan dari Reinkarnasi Dewa Pedang Abadi.

Perjalanan seorang dewa pedang untuk mengembalikan kekuatannya yang telah mengguncang dua benua.

Di tengah upaya itu, Cang Yan juga memikul satu tujuan besar: menghentikan era kekacauan yang telah berlangsung sejak ratusan tahun lalu, sebuah era gelap yang pada awalnya diciptakan oleh perang besar yang menghancurkan keseimbangan dunia. Demi menebus kesalahan masa lalu dan mengubah nasib umat manusia, ia kembali melangkah ke medan takdir.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nugraha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 10 : Teknik Pedang Untuk Xue Er

Keheningan menyelimuti mereka berdua. Tiba tiba Cang Yan memecah keheningan dan bertanya, "Apakah kamu memiliki batu giok?"

Xue Er terlihat bingung. "Untuk apa Senior?"

"Jangan terlalu banyak bertanya. Jawab saja, punya atau tidak?"

Xue Er tiba-tiba teringat pada liontin giok yang menggantung di lehernya. Itu adalah satu-satunya kenang-kenangan dari ibunya. Perlahan, ia berbalik dan melepas liontin tersebut kemudian menyerahkannya kepada Cang Yan.

Cang Yan kemudian memperhatikan liontin giok itu dan langsung mengambilnya. Ia bisa merasakan ada aliran energi yang sangat kuat mengalir dari dalamnya, energi dengan elemen es yang murni. Dalam hati, Cang Yan bergumam,

"Orang yang memiliki benda ini pasti bukan orang biasa. Apakah aura dan energi yang dimiliki dia berasal dari liontin ini?"

Tanpa banyak bicara, Cang Yan mulai membuat segel tangan kemudian memfokuskan energinya untuk mentransfer sebuah ingatan ke dalam liontin giok yang kini melayang di depan dahinya.

Ia memutuskan untuk memberikan sebuah teknik pedang kepada Xue Er. Teknik itu adalah Tarian Pedang Empat Musim versi asli tanpa modifikasinya. Teknik ini memang diciptakan khusus untuk seorang wanita, sebuah teknik dengan gerakan anggun tetapi mematikan.

Xue Er mengamati dengan saksama apa yang sedang dilakukan Cang Yan. Setelah transfer selesai, Cang Yan mengambil liontin tersebut dan mengembalikannya kepada Xue Er.

"Alirkan energi spiritual jiwamu ke dalam liontin itu," perintah Cang Yan.

Xue Er mengikuti instruksinya. Ketika energi spiritualnya mengalir ke dalam liontin, tiba-tiba di dalam pikirannya muncul gambaran yang jelas, gerakan teknik pedang yang indah, halus, dan penuh kelenturan, dengan elemen musim yang menyertainya.

Xue Er terkejut melihat sosok dalam bayangannya yang sedang memperagakan teknik itu, pria itu adalah pria yang ada di depannya, yaitu Cang Yan. Hatinya dipenuhi dengan rasa kagum dan kebahagiaan. "Ini adalah sebuah Teknik pedang yang sangat kuat dan luar biasa," pikirnya.

Setelah menarik kembali energi spiritualnya, Xue Er memegang liontin giok itu dengan erat-erat. Ia melangkah maju dan berlutut di hadapan Cang, "Terima kasih banyak Senior. Apa yang Anda berikan hari ini bukan sekedar hadiah, melainkan sesuatu yang jauh lebih berharga."

"Bangunlah," kata Cang Yan sambil tersenyum kecil.

"Aku menghargai orang-orang yang mencintai seni pedang, termasuk dirimu. Pelajarilah teknik itu dengan baik."

"Terima kasih Senior," jawab Xue Er, matanya bersinar penuh dengan semangat.

Setelah malam yang penuh perbincangan antara mereka, pagi pun tiba. Xue Er mendekati Cang Yan dan berkata, "Senior, aku baru ingat kalau aku tidak membawa batu spiritual hari ini. Apakah Senior bersedia mengikuti ku ke rumah untuk mengambilnya?"

Cang Yan awalnya ingin melanjutkan perjalanannya, tetapi menyadari bahwa tanpa cukup batu spiritual, menjelajahi wilayah baru akan menjadi sangat sulit. Setelah mempertimbangkan sejenak ia mengangguk setuju.

"Baiklah, Lagipula, aku juga belum memiliki tujuan yang pasti."

Dengan demikian, mereka berdua memulai perjalanan menuju kediaman Xue Er.

Setelah menempuh perjalanan panjang selama sehari penuh, akhirnya mereka tiba di wilayah perbatasan antara Bintang Tengah dan Bintang Barat.

Di sinilah Xue Er dan ayahnya tinggal, di sebuah desa kecil yang terpencil jauh dari hiruk-pikuk dunia luar. Saat memasuki desa, mereka melewati jalan berbatu yang dihiasi pepohonan rindang di sekitarnya.

Cang Yan memperhatikan suasana desa itu dengan saksama, matanya menyiratkan nostalgia. Desa kecil seperti ini mengingatkannya pada masa kecilnya, sebelum ia diambil oleh seseorang yang kemudian menjadi gurunya di Sekte Dewa Abadi.

“Senior, apakah perjalanan ke sini mengganggu waktu senior?” tanya Xue Er dengan suara lembut yang disertai sedikit kekhawatiran. Ia berjalan di samping Cang Yan dan menundukkan kepala dengan rasa hormat yang tulus.

“Tidak perlu khawatir,” jawab Cang Yan dengan tenang, tatapannya masih lurus ke depan. “Aku tidak memiliki tujuan tertentu. Lagipula, aku juga penasaran dengan racun apa yang menimpa tubuh ayahmu.”

Xue Er mengangguk kecil, rasa lega tergambar di wajahnya. Setelah beberapa saat hening ia akhirnya membuka suara, memutuskan untuk bercerita. “Ayahku, dulu adalah Tuan Muda ketiga dari Klan Mu, salah satu klan terbesar di Wilayah Bintang Tengah.”

Cang Yan langsung meliriknya sekilas, cukup terkejut mendengar pengakuan itu. Ia tidak menyangka Xue Er akan berbicara tentang masa lalu keluarganya. Namun, rasa ingin tahunya mulai tumbuh. Tanpa berpikir panjang, ia bertanya kepada Xue Er, “Tuan Muda ketiga? Lalu mengapa ayahmu dan kamu tinggal di tempat terpencil seperti ini, jauh dari klan?”

“Ayah diusir dari klan,”

“Diusir? Mengapa?” tanya Cang Yan, alisnya sedikit berkerut menunjukkan ketertarikan sekaligus keterkejutannya.

Xue Er mengepalkan tangan kecilnya, jari-jarinya gemetar seolah mencoba menahan luapan emosi. “Ayah menikahi ibuku, seorang wanita dari klan kecil yang dianggap tidak berarti. Itu membuat kakek dan keluarga inti lainnya membencinya. Mereka mengusirnya dari klan dan memutus semua hubungan dengannya. Bahkan ayah sendiri memilih benar-benar menghapus semuanya yang berhubungan dengan Klan Mu. Karena itu, namaku juga tidak berasal dari klan tersebut.”

Cang Yan berhenti melangkah, memandang Xue Er dengan tatapan penuh pertimbangan. “Itukah alasan kenapa ayahmu tidak mau mengajarkan kekuatannya padamu?”

Xue Er mengangguk kepalanya perlahan, wajahnya terlihat sedikit murung. “Dia tidak ingin aku memiliki hubungan apa pun dengan mereka." Suaranya bergetar.

“Mungkin ayahmu punya alasan lain. Tapi ingat hidupmu adalah milikmu sendiri. Kamu tidak harus bergantung pada siapa pun, baik seseorang maupun sebuah Klan.”

Xue Er terdiam mendengar kata kata Cang Yan. Kata-kata itu benar benar menggema dalam hatinya seperti gelombang lembut yang menenangkan jiwanya yang terluka. Untuk pertama kalinya ia merasa ada seseorang yang benar-benar memahami dirinya.

Mereka akhirnya melanjutkan perjalanannya. Setelah beberapa saat Xue Er kembali berbicara, kali ini dengan suara yang lebih tenang. “Beberapa tahun lalu, ayah terkena racun mematikan. Racun itu perlahan menyebar ke seluruh tubuhnya. Ayah menahannya menggunakan kultivasinya, tapi akibatnya, kekuatannya menurun drastis. Enam bulan yang lalu, seseorang yang mengaku teman ayah datang dan mengatakan bahwa inti monster laba-laba putih bisa menyembuhkan racunnya.”

Cang Yan menghentikan langkahnya menatap Xue Er dengan tajam. “Seseorang? Mengapa dia ingin membantu?”

“Aku tidak tahu, Katanya itu untuk menebus kesalahannya karena gagal melindungi ayah waktu itu.”

Cang Yan memandang ke kejauhan, matanya menyipit penuh kecurigaan. “Racun mematikan dan inti monster laba-laba putih... kombinasi itu terlalu spesifik.”

“Apa maksud senior?” tanya Xue Er dengan kebingungan.

“Aku belum yakin, Tetapi jika sesuatu terlihat sederhana biasanya itu ada yang disembunyikan.”

Xue Er menggigit bibirnya, wajahnya dipenuhi keraguan. “Aku hanya ingin ayah sembuh. Aku akan melakukan apa pun demi ayah. Dia satu-satunya keluarga yang aku punya.”

Cang Yan menatapnya dengan serius. “Keberanianmu mengagumkan, tapi ketidakhati-hatian bisa membawa bencana. Jangan bertindak tanpa memahami apa yang sebenarnya terjadi.”

Xue Er tertegun sejenak sebelum mengangguk pelan. Di kejauhan, rumah sederhana miliknya mulai terlihat, Cang Yan menatap bangunan rumah itu dengan tajam.

“Semoga aku salah,” gumamnya pelan, nyaris tak terdengar oleh Xue Er.

1
Nanik S
bukankah Li Wei ada ditempat yang sama... kenapa tak ada yuh menyadari
Celestial Quill: harus di baca dulu bagian terakhir dari reinkarnasi dewa pedang abadi🤭
total 1 replies
Nanik S
Li Wei ternyata banyak gadis yang menunggu... gawat
Nanik S
lanjutkan Tor dan makin bagus
Nanik S
Lanjutkan
Nanik S
Shiiiip
Nanik S
Dominan Pedang
Nanik S
Laaaanhut
Nanik S
Teman makan teman
Nanik S
Good Joob
Nanik S
Beri saja Teknik dari langit
Nanik S
Siapa suruh mau membantu
Nanik S
Shiiiip
Nanik S
Cuuuuuus
Nanik S
Teruskan Tor
Nanik S
Mcnya kenapa begitu saja mau
Nanik S
Lanjutkan Tor
Nanik S
Ceritanya menarik sekali
Nanik S
Lanjut terus
Nanik S
Ceritanya Bagus Tor
Green Boy
Seru
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!