Di hari ketika dunia runtuh oleh Virus X-Z, kota berubah menjadi neraka. Zombie berkeliaran, manusia bertahan mati-matian, dan pemerintahan hancur dalam hitungan jam.
Di tengah kekacauan itu, Raka, seorang pria yang seluruh hidupnya terasa biasa, tiba-tiba mendapatkan Zombie Hunter System—sebuah sistem misterius yang memungkinkannya melihat level setiap zombie, meningkatkan skill, dan meng-upgrade segala benda yang ia sentuh.
Saat menyelamatkan seorang wanita bernama Alya, keduanya terjebak dalam situasi hidup-mati yang memaksa mereka bekerja sama. Alya yang awalnya keras kepala perlahan melihat bahwa Raka bukan lagi “orang biasa”, tetapi harapan terakhir di dunia yang hancur.
Dengan sistemnya, Raka menemukan kendaraan butut yang bisa di-upgrade menjadi Bus Tempur Sistem:
Memperbesar ukuran hingga seperti bus lapis baja
Turret otomatis
Armor regeneratif
Mode penyimpanan seperti game
Dan fitur rahasia yang hanya aktif ketika Raka melindungi orang yang ia anggap “pasangan hidup”
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Wahyu Yudi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
GERBANG GELAP DI ATAP GEDUNG
Gemuruh dari kejauhan makin jelas terdengar. Bukan hanya satu atau dua makhluk, tapi puluhan, mungkin ratusan. Suara kaki menyeret, dentingan tulang, dan geraman rendah yang berlapis-lapis. Semua bercampur jadi satu, menghasilkan gema yang membuat bulu kuduk berdiri.
Raka langsung mengatur napas. Luka-lukanya masih membakar, tetapi pikirannya tetap fokus.
“Kita mundur ke lantai atas,” serunya. “Di sana kita bisa bertahan lebih lama.”
Tim langsung bergerak. Langkah mereka cepat namun penuh kehati-hatian. Gedung runtuh di beberapa bagian, lantainya miring, dan puing bertebaran di mana-mana. Di tengah kekacauan itu, Alya kini bergerak dengan stabil meski baru saja menerima skill kartu.
Beberapa anggota tim tidak bisa tidak memperhatikan.
Rangga mendekatinya sambil membawa tas amunisi. “Alya, kamu kelihatan beda. Kayak lebih kuat.”
Alya menelan ludah, masih mencoba memahami perubahan pada tubuhnya sendiri. “Rasanya tubuhku lebih berat, tapi bukan berat yang mengganggu. Lebih ke stabil. Serangan tadi yang harusnya bikin aku goyah aku bahkan nggak kerasa.”
Rangga terdiam. “Steel Skin ya. Berarti efeknya langsung.”
Alya menatap Raka di depan, yang terus memberi instruksi sambil menjaga ritme tim tetap stabil. Ada sesuatu dalam tatapan itu. Rasa syukur yang tak bisa ia ungkapkan.
Mereka akhirnya sampai di lantai paling atas. Atap gedung bekas kantor itu terbuka sebagian, memberikan pemandangan jalanan kota yang hancur. Api membakar beberapa bangunan di kejauhan. Langit petang yang biasanya oranye kini dipenuhi kabut hitam dan asap tebal.
Namun bukan itu yang membuat semua orang menegang.
Di tengah atap ada sesuatu.
Lingkaran hitam seukuran mobil kecil, mengambang satu meter dari lantai. Seperti pusaran tinta pekat yang tidak bergerak. Tidak ada suara, tidak ada hembusan angin. Tapi hawa dinginnya menusuk tulang.
Dan perlahan, suara geraman terdengar dari dalam pusaran itu.
Alya menelan ludah. “Raka itu apa?”
Raka menatapnya dengan wajah mengeras. Sistemnya langsung memunculkan notifikasi.
Sistem: Anomali Ruang terdeteksi.
Gerbang Mutasi Kelas Rendah.
Status: Belum stabil.
Perkiraan keluaran: Gelombang Zombie Mutasi kecil.
Raka mengumpat dalam hati. “Sial. Ini jauh lebih buruk dari yang kita kira.”
Rangga mendekat, wajahnya memucat. “Maksudmu gerbang ini bisa ngeluarin zombie terus?”
Raka mengangguk. “Sampai gerbangnya ditutup.”
Alya melangkah mendekat, matanya tajam. “Terus gimana cara nutupnya?”
Sebelum Raka menjawab, dari dalam pusaran itu terdengar suara tarikan napas panjang. Seperti makhluk besar yang bangun dari tidur panjang.
Suasana langsung menegang.
Dan dari dalam gerbang itu, tangan besar penuh tulang menembus keluar. Jari-jari panjangnya mencakar udara, lalu sesuatu yang menyeramkan menarik dirinya keluar.
Makhluk setinggi tiga meter muncul. Kulitnya abu kehijauan, tubuhnya dipenuhi tulang yang mencuat seperti duri. Matanya merah menyala, dan rahangnya menggantung, memperlihatkan deretan gigi patah.
Rangga mundur satu langkah. “Itu Boss baru ya?”
Raka menatap makhluk itu, sistemnya langsung menampilkan data.
Mutant Guardian
Tipe: Penjaga Gerbang
Level: Bos Tier 1,5
Kelemahan: Serangan cepat, titik di bawah tulang leher
Peringatan: Akan memanggil zombie kecil dari dalam gerbang secara bertahap.
“Ya,” jawab Raka. “Dan ini lebih kuat dari yang kita hadapi tadi.”
Makhluk itu menggeram pelan, suaranya seperti batu digerus.
Alya maju selangkah. “Raka, perintah?”
Raka menghela napas dalam-dalam. “Bentuk formasi segitiga. Alya, kamu di depan sebelah kiri. Rangga jaga jarak. Aku ambil posisi tengah.”
“Tapi kamu luka,” bantah Alya.
Raka memaksa tersenyum. “Aku masih bisa berdiri, berarti aku masih bisa bunuh makhluk sialan ini.”
Alya menatapnya lama, tetapi akhirnya mengangguk.
Mutant Guardian itu mengangkat tubuhnya penuh duri, lalu mengeluarkan raungan keras yang membuat kaca-kaca pecah di sekitar.
Gerbang di belakangnya berdenyut, mengeluarkan tiga zombie biasa yang langsung berjalan pincang ke arah mereka.
Pertempuran dimulai.
Alya melesat pertama, tanpa ragu. Skill Steel Skin yang baru didapat membuatnya mampu menahan serangan awal Guardian ketika makhluk itu mengayunkan tangannya yang besar. Alya ditabrak cukup keras untuk membuat orang normal terpental, tapi dia hanya bergeser beberapa meter tanpa jatuh.
Rangga berseru kaget. “Gila! Dia stabil banget!”
Alya menatap tangan makhluk itu yang berduri, merasakan sensasi panas di kulitnya yang dilindungi Steel Skin. “Ini kuat!”
Raka memanfaatkan celah itu. Dengan kecepatan tinggi, ia memotong jalur zombie kecil dengan pisau energi. Dalam satu tebasan, dua dari mereka langsung tumbang.
“Jangan biarkan mereka keluar lebih banyak!” serunya.
Guardian itu mengaum, lalu semua duri di punggungnya bergetar. Raka langsung sadar apa yang akan terjadi.
“Semua mundur!”
Terlambat.
Duri-duri itu ditembakkan ke segala arah seperti peluru.
Alya melihat salah satu duri mengarah ke Raka. Tanpa pikir panjang, ia melompat dan menahan duri itu dengan tubuhnya. Suara logam bertemu kulit terdengar, dan duri itu terpental tanpa menusuk.
Raka membeku. “Alya!”
Alya berdiri tegak, sedikit terhuyung tapi tidak terluka. “Aku oke. Tapi kita harus hancurkan gerbang itu setelah Guardian jatuh!”
Raka menggertakkan gigi. “Baik.”
Pertarungan kembali berlanjut. Raka bergerak cepat mengelabui Guardian, sementara Alya menahan serangan frontalnya. Rangga memotong zombie kecil yang keluar dari gerbang dengan akurasi tinggi.
Setelah beberapa menit yang terasa seperti berjam-jam, Raka akhirnya berhasil menemukan celah. Ia melompat tinggi menggunakan puing sebagai pijakan, lalu menebas titik lemah Guardian tepat di bawah tulang leher.
Makhluk itu mengeluarkan raungan terakhir sebelum tubuhnya jatuh ke atap, membuat debu beterbangan.
Tim menghela napas lega.
Namun, sebelum mereka sempat merayakan kemenangan, sistem milik Raka muncul lagi.
Sistem: Boss Penjaga Gerbang telah dieliminasi.
Mengurai energi inti mutasi
Satu Kartu Skill baru akan jatuh.
Cahaya hitam keperakan muncul dari tubuh Guardian. Raka menatapnya, napasnya masih berat.
Alya mendekat. “Kartu lagi?”
Raka mengangguk pelan. “Iya. Dan aku rasa ini baru awal.”
semangat thor