Alana Xaviera merasa seperti sosok yang terasing ketika pacarnya, Zergan Alexander, selalu terjebak dalam kesibukan pekerjaan.
Kecewa dan lapar akan perhatian, dia membuat keputusan nekad yang akan mengubah segalanya - menjadikan Zen Regantara, pria berusia tiga tahun lebih muda yang dia temui karena insiden tidak sengaja sebagai pacar cadangan.
"Jadi, statusku ini apa?" tanya Zen.
"Pacar cadangan." jawab Alana, tegas.
Awalnya semua berjalan normal, hingga ketika konflik antara hati dan pikiran Alana memuncak, dia harus membuat pilihan sulit.
📍Membaca novel ini mampu meningkatkan imun dan menggoyahkan iman 😁 bukan area bocil, bijak-bijaklah dalam membaca 🫣
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Red_Purple, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 18 : TCB
Semua orang di restauran tiba-tiba bersorak, menambah kebimbangan dihati Alana. Ini yang sudah lama dia nanti-nantikan, disaat Zergan melamarnya. Tapi disaat ini benar-benar terjadi, mengapa hatinya merasa tidak senang.
"Seharusnya kamu bicara padaku dulu jika mau menyiapkan kejutan seperti ini," Alana memprotes pelan, menatap pada sekitar dimana pandangan semua orang kini sedang tertuju padanya. Menunggu jawaban yang akan dia berikan atas lamaran Zergan.
Zergan tersenyum, "Jika aku memberitahumu itu namanya bukan kejutan, Sayang. Jadi, apa jawaban kamu?"
Alana merasa terpojok sekarang, rasanya dia ingin menghilang saja dari tempat itu. Dia merasa tidak siap dengan lamaran Zergan yang tiba-tiba.
Ditengah kebimbangan serta ketegangan itu, suara handphone Zergan berbunyi diatas meja. Panggilan pertama, kedua, Zergan abaikan. Tapi handphone itu terus berbunyi berulang, hingga akhirnya Zergan mengambilnya dan melihat ada panggilan masuk dari Karina disana.
"Wanita ini, sudah kubilang jangan menggangguku malam ini. Kenapa dia malah terus menelfonku!" batin Zergan merasa kesal. Belum sempat dia menonaktifkan handphonenya, sebuah pesan tiba-tiba masuk. Zergan langsung membuka dan membacanya.
[Kayla sakit, dia terus nanyain kamu. Tolong kamu cepat datang kemari. Jika kamu tidak datang, aku yang akan datang kesana dan merusak acara makan malammu dengan Alana.]
"Siapa yang menelfon?"
Suara Alana yang bertanya membuat Zergan tersentak. Bibirnya membentuk senyuman yang dipaksakan, dia tidak ingin Alana sampai tahu jika Karina lah yang sedang menelfonnya sekarang.
"Bukan siapa-siapa, Sayang." Zergan meletakkan kotak cincin itu diatas meja. "Kamu tunggu disini sebentar, aku mau menyiapkan kejutan lain untukmu." diusapnya lembut wajah kekasihnya, lalu dia berdiri dan berbalik.
"Ta-tapi Zergan... Zergan..."
Panggilan Alana seperti angin lewat saat Zergan tetep memilih pergi. Zergan akan menelfon Karina dan memberinya peringatan, supaya wanita itu tidak selalu mengancamnya dengan keberadaan gadis kecil bernama Kayla.
Sementara itu, para pengunjung lain sudah kembali duduk di kursi mereka masing-masing setelah melihat Zergan pergi meninggalkan acara tanpa mendengar jawaban dari Alana terlebih dahulu.
Alana masih duduk diam sambil menatap cincin emas yang masih tertanam didalam kotak dengan indah. Saat tangannya tergerak untuk menyentuh cincin itu, tanpa sengaja dia menjatuhkan sendok. Alana hendak mengambilnya, namun seseorang sudah lebih dulu mengambil sendok itu untuknya.
"Zen..." lirih Alana, menatap Zen yang kini sedang berjongkok di sampingnya dengan mengenakan pakaian formal.
Zen mendongak, tersenyum dengan lembut. Hari ini sepulang dari kantor, dia sengaja datang untuk menemui Alana dirumahnya. Namun ketika sampai disana, dia lebih dulu melihat Alana masuk kedalam mobil bersama dengan Zergan, akhirnya Zen memilih untuk mengikuti kemana mereka pergi.
"Apa dia sudah mengatakannya lebih dulu? Kalau kamu terlihat sangat cantik malam ini," pujinya.
Alana tersenyum tipis mendengar pujian itu, "Bagaimana kamu bisa tahu aku ada disini, Zen?"
"Jika aku bilang aku sengaja mengikutimu, apa kamu akan percaya?" Zen tersenyum lebar. "Aku datang untuk memberikan sesuatu padamu."
Zen mengambil tangan Alana dengan lembut, sementara satu tangannya lagi mengeluarkan sesuatu dari saku jasnya.
"Aku ingin menjadi orang pertama yang memakaikannya," Zen menyematkan sebuah cincin dijari manis Alana. "Aku mencintaimu, Alana."
Alana terkejut, menatap cincin yang sudah terpasang di jari manisnya dengan wajah syok. Hatinya jelas semakin bimbang, Zergan barusan melamarnya dan sekarang Zen juga memberikan cincin untuknya.
Zen berdiri, meletakkan sendok yang dia ambil diatas meja kembali. Dia tidak ingin ada yang melihat dan memergoki apa yang sedang dia lakukan disana. Tidak ingin membawa Alana berada dalam masalah.
"Zen." Alana menahan tangan Zen saat pria itu berjalan melewati kursi yang sedang dia duduki, hatinya terasa berat untuk membiarkan Zen pergi.
Zen menoleh, menatap Alana yang duduk memunggunginya, "Aku selalu disini, di dekatmu."
Mereka saling melepaskan genggaman tangannya secara perlahan dengan Zen yang mulai melangkah menjauh. Selang beberapa menit kemudian Zergan datang dengan membawa sebuket bunga ditangannya.
"Maaf sudah membuatmu menunggu lama, Sayang." Zergan memberikan buket bunga itu pada Alana, lalu dia kembali berjongkok disampingnya dan meraih kotak cincin dari atas meja.
Zergan mengeluarkan cincin itu dari dalam kotak, meraih tangan Alana dan terkejut saat sebuah cincin sudah melingkar di jari manis kekasihnya.
"Kapan kamu memakainya? Sepertinya aku tidak melihat kamu memakai cincin saat kita berangkat tadi,"
"Aku sudah memakainya sejak masih dirumah," sahut Alana, terpaksa dia harus berbohong. "Mungkin kamu saja yang tidak menyadarinya."
"Cincin ini hadiah dari Oma-ku, jadi aku tidak ingin melepaskannya," imbuhnya, kembali berbohong.
Zergan sama sekali tidak keberatan, dia tersenyum dan meraih tangan Alana yang satu lagi. "Kalau begitu kamu bisa memakai cincin ini dijari yang satu lagi," ucapnya seraya menyematkan cincin itu ditangan kanan Alana.
Zergan mengecup punggung tangan Alana dengan lembut, "Setelah ini aku akan mengatur pertemuan kedua orang tua kita untuk membicarakan tentang pernikahan kita, Sayang. Aku sudah tidak sabar untuk segera menjadikan kamu sebagai istriku."
Alana hanya diam, menatap dua cincin berbeda yang melingkar di jari tangan kanan dan kirinya. Sebelum pertemuan dua keluarga nanti, sepertinya dia harus membuat keputusan besar dalam hidupnya. Tidak mungkin dia terus menjalin hubungan dengan dua pria sekaligus. Dia harus mengakhiri hubungan dengan salah satu dari mereka.
-
-
-
"Sial! Kenapa pakai acara mogok segala!" Karina mengumpat kesal, memukulkan tangannya pada setir mobil.
Karina menoleh kebelakang, dimana sekarang putrinya sedang duduk di pangku oleh baby sitter yang membantu merawat putrinya. Deman Kayla tak kunjung turun meskipun dia sudah memberinya obat, hingga dia memutuskan untuk membawa putrinya itu kerumah sakit.
"Mbak, tunggu disini sebentar ya, aku akan cari taksi," ucap Karina, kemudian bergegas turun dari mobil.
Rintik-rintik gerimis langsung menyambutnya begitu dia turun. Jalanan disana sudah cukup sepi apalagi sekarang sudah jam sepuluh lewat. Karina menoleh kesana-kemari, tapi dia tidak melihat ada taksi yang lewat. Seandainya saja tadi Zergan langsung datang setelah dia menelfonnya, mungkin keadaan Kayla tidak akan sampai separah ini.
Dari kejauhan, sebuah mobil melaju dengan kecepatan sedang. Setelah memastikan Alana naik kedalam mobil Zergan dan mobil itu melaju meninggalkan restaurant, akhirnya Zen memutuskan untuk pulang karena tidak ingin Zergan merasa curiga jika dia terus mengikuti mobilnya.
Melihat seorang wanita yang sedang berdiri sendirian di sisi jalan dengan wajah panik, Zen segera menepikan mobilnya didepan mobil wanita itu dan bergegas turun.
"Permisi, ada yang bisa dibantu?" tanya Zen dengan langkah mendekat.
"Tolong." Karina menghampiri Zen, tangan gemetarnya menyentuh lengan Zen. "Mobilku mogok, aku harus membawa putriku kerumah sakit sekarang."
Zen mengangguk, "Bawa ke mobilku sekarang, aku akan mengantar kalian."
-
-
-
Bersambung....
mo komen di paragrap gak bisa,, lagi repisi katanya🤧🤧
gonjang-ganjing hubungan
selamat berpusing ria ya lana 😂
Kalo zergan, Dateng lagi Jan diterima ya rin.dia ngebuang kelean sebegitu enaknya
sory ini ya Alana Mungin agak jahat. tapi Karin cerita aja dech.
biar bisa dapet selotip yang baek
"Zen.... lanjutkan" 😆🤣🐅