Luna terjebak dalam pernikahan kakaknya dengan william, pria itu kerap disapa Tuan Liam. Liam adalah suami kakak perempuan Luna, bagaimana ceritanya? bagaimana nasib Luna?
silahkan dibaca....
jangan lupa like, komen dan vote
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Momy ji ji, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 9.
Di sebuah restaurant yang tidak jauh dari lokasi proyek pembangunan mall, Liam sesampainya lalu masuk ke ruangan VVIP dan duduk disana.
Tak lama, Dion juga melangkah ke ruangan yang sama dengan Liam dan menarik handle pintu lalu masuk dan menyapa kedua pria itu.
Liam menerima uluran tangan Dion dan Dion berjabat tangan dengan Dimitri juga, kemudian Ia duduk berhadapan di kursi sofa tempatnya.
"Tuan Liam, ini persis ukuran lokasi. anda bisa melihatnya," Kata Dion menyerahkan map ke arah Liam.
Liam meraih map itu dan melihatnya dengan menyeluruh, meneliti setiap sudut dan mencari besar keuntungan jika dia membangun mall nya di lokasi milik Dion.
Setelah puas dia menyerahkan ke pada Dimitri untuk mengecek di peta yang ada di laptop apakah sudah sesuai atau tidaknya.
Dimitri menunjukkan hasilnya dan sesuai perkiraan, mereka bisa meraih pemasukan yang besar jika mendirikan mall di tempat Dion. karena letaknya yang jauh dari ibu kota, lagipula belum banyak akses penjualan di daerah situ.
"Baiklah, kau menjual berapa tanah itu padaku?" Tanya Liam Langsung kee intinya.
"Nominal tertera di map yang saya serahkan Tuan Liam, anda bisa melihatnya dan kita juga bisa bernegosiasi." Balas Dion ramah.
Dimitri membaca nominal tersebut...
"Bayar sesuai yang dia ajukan, lebihkan dua kali lipat." Kata Liam tersenyum penuh maksud.
Dion menelan saliva, dugaannya tidak salah lagi. pria yang dia hadapi ini ternyata sesuai rumor yang beredar di antara para pengusaha lain. begitu berbisnis dengannya maka terasa seperti diintimidasi dan dimanfaatkan untuk keuntungan pria itu.
"Apa maksud Anda Tuan?" Tanya Dion terus terang saja, dia tidak ingin terlibat lebih jauh. Dion sebagai pemilik pertama lokasinya hanya ingin menjual dengan sah di atas kontrak. setelah itu beres dan bukan urusannya lagi.
"Aku hanya ingin memastikan lokasi itu benar-benar menguntungkan. makanya aku membayar lebih dari yang kau ajukan, bukannya kau untung aku juga akan untung? tidak ada yang dirugikan benar?" Kata Liam menekan kalimatnya dan menelisik perubahan wajah Dion, dia puas dan hatinya senang.
Tidak ada satupun orang yang mampu membuatnya rugi, jadi tidak heran Ia begitu kaya raya.
"Yah, itu benar. tapi.... "
"Terima saja, anggap itu bonus dan sebagai balasannya. kamu harus memastikan proyekku selesai dengan benar dan jika keuntungan yang ku dapatkan sesuai target data. aku akan memberi beberapa persen padamu setelah itu kita benar-benar sekapat dan lokasi menjadi milikku." Kata Liam sembari mengisap rokok di tangannya.
"Tapi jika tidak...... kau harus mengganti rugi berlipat-lipat padaku! Dimitri akan menyerahkan seluruh kerugianku di bagian orang kas keuanganmu." Tekannya tersenyum smirk.
"What? Tuan, anda tidak mengatakan ini sebelumnya! bagaimana anda bisa melakukan itu?" Dion jelas marah, dia merasa di manfaatkan disini.
Lagi-lagi Liam santai saja dengan wajahnya yang tembok itu.
"Aku harus memanggilmu apa? kau masih muda dan labil. lain kali perhatikan dengan siapa kau berbisnis Dion, tanda tangannya ada di lembar perjanjian. kita sama-sama sepakat, kau pasti melewatkan beberapa poin disana." Ucap Liam.
"Oh shit! anda benar-benar pintar Tuan, tapi tenang saja. aku pastikan apa yang aku berikan sesuai dengan keinginan anda," Balas Dion menimpali.
Dia kali ini serius akan menantang kepercayaan diri Liam dan tidak ingin jadi pengecut seperti beberapa orang yang bergosip mengenai pria dihadapannya.
Menurut penilaian Dion, justru orang seperti Liam ini patut dicontohkan.
"Aku suka sikap dan tanggungjawab mu." Balas Liam.
Liam melihat ke arah penampilan Dion, entah kenapa terasa familiar. dia mencoba mengingat lagi, apa mereka pernah bertemu sebelumnya hari ini?
"Sebelum pertemuan ini, apa kau menemani istri dan anakmu di taman?" Tebak Liam.
Dimitri juga merasa demikian dari tadi.
"Hahaha... Tuan ternyata sampai mengurusi urusan pribadiku." Balas Dion.
Liam mengangkat sebelah alisnya, siapa yang peduli dengan urusanmu orang asing. yang mampu menarik perhatianku cuman Luna, begitu isi pikirannya.
"Kamu salah paham, aku melihat seseorang yang penampilannya sama persis sepertimu sebelum sampai disini."
"Oh, ternyata begitu. benar Tuan..... aku menemui calon istri dan anakku beberapa menit lalu dan mengantar mereka sebelum menemui anda,"
"Calon? kalian masih pacaran?" Liam tidak habis pikir.
Berbuat kok sampai anak sebesar itu belum menikah juga. yang lebih parahnya, Dion termasuk remaja yang baru berusia 20 tahun dan pengusaha sukses berkat warisan orang tuanya.
Ternyata anak muda jaman sekarang sangat lihai dalam urusan ranjang, berbeda dengan pria matang seperti mereka yang lahir di tahun 90-an.
"Minggu depan melamar dan bulan depan menikah. Tuan akan saya undang juga," Kata Dion mantap.
"Oh," Balas Liam tidak mau mengurusi urusan pribadi Dion lebih dalam, meskipun dia cukup heran.
kemudian mereka benar-benar menyudahi kesepakatan dan kembali ke urusan masing-masing.
****
"Kembali ke mansion." Kata Liam pada Dimitri.
Liam penasaran dengan penampilan acak-acakan istri kecilnya, dan apa yang Ia lakukan seharian di luar selain bekerja.
Bersambung.....