Sequel Dihamili Tuan Impoten!
Keysa Bintang hidup berdua dengan neneknya yang sakit-sakitan. Sedari kecil dia bekerja banting tulang demi membiayai pengobatan sang nenek.
Tak sampai disitu, hidup Keysa semakin rumit ketika seorang pemilik hotel tempat ia bekerja memperkosanya hingga hamil. Hidup Keysa benar-benar hancur saat itu juga, bahkan pria yang menghamilinya dengan teganya tak ingin mempertanggungjawabkan perbuatannya.
"Saya sedang hamil anak anda, tuan Erlangga Dirgantara!" --- Keysa Bintang.
"Tidak mungkin, bagaimana bisa pria mandul dan impoten seperti diriku bisa menghamili mu. Aku berani bersumpah kalau anak yang kamu kandung bukan anakku!. Jadi untuk apa aku bertanggungjawab!" --- Erlangga Dirgantara.
"AKU BERSUMPAH KAU MANDUL DAN IMPOTEN SELAMANYA!" ucap Keysa dengan suara meninggi lalu melenggang pergi.
Yuk simak kisahnya hanya dicerita Anak Kembar Tuan Impoten!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Alif Irma, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 12 AKTI
Keysa melangkah gontai menuju terminal, langit sudah tampak senja dan sebentar lagi akan berganti malam. Beberapa jam dia habiskan di taman dekat dari terminal, sekaligus untuk menghibur dirinya yang sedang bersedih dan kacau karena pria brengsek itu.
Apalagi bus yang ditumpanginya baru akan berangkat ke kota asalnya setelah jam lima sore. Sehingga ada waktu baginya untuk menenangkan diri.
Tak ada yang bisa Keysa perbuat saat ini, selain pulang ke kota asalnya. Jauh-jauh ke kota xxx, namun apa yang didapatkannya hanyalah kekecewaan. Pria brengsek nan bajingan itu tidak mau bertanggungjawab atas perbuatannya, bahkan tak mengakui janin dalam kandungannya. Hidupnya saat ini sangat hancur.
Keysa sangat menyesal tak bisa jaga diri. Seharusnya malam itu dia tak perlu datang bekerja, inilah akibatnya dia hamil diluar nikah dan harus menanggung malu setelah ini.
Tatapan mata Keysa tampak kosong dan tak memiliki semangat hidup. Duduk di dalam bus dekat dari jendela membuatnya kembali mengingat ucapan menyakitkan pria brengsek itu, dadanya kembali sesak seolah ditusuk ribuan jarum.
Hanya helaan nafas panjang yang keluar dari mulutnya, dan sebisa mungkin dia berusaha untuk tidak menangis di dalam bus. Perlahan Keysa mengelus perutnya yang masih rata.
"Awalnya mama tidak menerima kehadiranmu. Tapi, makin kesini mama mulai merasakan kehadiranmu di dalam rahim mama." ucap Keysa dengan mata berkaca-kaca dan sangat menyesal pernah berpikiran ingin menggugurkan janin dalam kandungannya.
"Tak masalah, kalau pria itu tidak mau bertanggungjawab. Ada mama yang akan selalu menjagamu, melindungimu dan menyayangimu di dalam perut Mama. Jangan khawatir, mama janji akan selalu ada untukmu." gumam Keysa tersenyum tipis.
Namun yang menjadi permasalahannya sekarang adalah neneknya. Apa kata neneknya setelah dia pulang ke rumah seorang diri. Sungguh dia sangat sedih mengatakan kenyataan pahit ini di depan neneknya.
Keysa hanya mampu memijit keningnya dan kembali di landa pusing memikirkan neneknya di rumah. Hingga bus yang ditumpanginya mulai melaju meninggalkan kota xxx menuju rute kota asalnya.
*
*
*
Sementara Erlan sendiri masih saja duduk melamun dalam ruangannya sambil menopang dagu dengan pikiran kemana-mana. Dalam hati kecilnya dia menyesali perbuatannya kepada wanita berkaki mulus itu.
Seharusnya dia bicara baik-baik saat bertemu wanita itu, bukan malah menjadi lawannya. Sampai-sampai wanita itu begitu marah dan terlihat sangat membencinya, bahkan sampai menampar wajahnya.
"Sebaiknya aku kirimkan saja uang untuk wanita itu. Mungkin pacarnya tak punya dana untuk menikahinya, makanya lari ke aku." gumam Erlan dengan tebakannya lalu mengambil ponselnya di atas meja kerjanya.
Erlan langsung menghubungi Lucas untuk mentransfer uang dengan nominal yang sama ke nomor rekening wanita berkaki mulus itu. Lucas sempat bertanya-tanya, namun mendengar ancamannya, membuat Lucas patuh dan melakukan sesuai perintahnya.
"Semoga uang itu bisa berguna untuknya." ucap Erlan sambil menyandarkan punggungnya di kursi kebesarannya.
Derttt
Derttt
Tiba-tiba ponselnya berdering, Erlan hanya mampu mengerutkan keningnya melihat panggilan masuk dari pihak rumah sakit tempat dia memeriksakan kondisinya sebulan yang lalu.
"Aku sudah malas berurusan dengan pihak rumah sakit." ucap Erlan dengan kesalnya lalu mereject panggilan masuk tersebut. Dia tak mau lagi memeriksakan kondisinya, cukup hari itu terakhir kalinya.
Sementara seseorang di ujung telepon tampak menunjukkan layar ponselnya pada pria yang lebih tua darinya dan sepertinya adalah atasannya.
"Simpan saja hasil pemeriksaannya, orang itu pasti akan datang mengambilnya. Karena surat ini bisa berguna nantinya. Dengar, lain kali jangan ulangi lagi." ucap pria setengah baya berkaca mata kepada bawahannya.
"Baik pak" ucap pria itu dengan penuh sesal atas keteledorannya.
🍁🍁🍁🍁
Setelah menempuh perjalanan selama empat jam lamanya, akhirnya bus yang ditumpangi Keysa tiba di kota asalnya. Keysa bergegas turun dari bus.
Pandangannya dialihkan di area terminal mencari sosok wanita setengah baya yang datang menjemputnya.
"Keysa, Ibu disini. Kemarilah, kita harus segera pergi." teriak seseorang yang sangat dikenali Keysa.
"Iya Bu." sahut Keysa lalu mempercepat langkahnya menghampiri Bu Marwah di seberang jalan, sosok wanita setengah baya yang sangat peduli kepadanya.
Keysa bergegas naik ke atas motor, dimana Bu Marwah sudah siap membawanya pergi dari terminal. Setelah semuanya beres, barulah Bu Marwah mulai melajukan motornya.
"Kita mau kemana Bu?" tanya Keysa setelah melihat jalanan yang dilaluinya tidak mengarah menuju kontrakannya.
"Kita ke rumah sakit. Nenekmu jatuh pingsan dikontrakan, untungnya para tetangga dikontrakanmu melihatnya dan segera membawanya ke rumah sakit. Maaf, ibu tidak sempat mengabarimu." ucap Bu Marwah memberitahu.
Deg!
Tubuh Keysa mendadak lemas mendengar ucapan Bu Marwah. Dia sangat menyesal meninggalkan neneknya seorang diri dikontrakan selama berjam-jam lamanya. Kalau seperti ini kejadiannya, seharusnya dia tidak perlu datang ke kota xxx.
Keysa meneteskan air matanya, dia sangat khawatir dengan kondisi neneknya.
"Lebih cepat lagi Bu." ucap Keysa terisak dibelakang Bu Marwah, membuat Bu Marwah menuruti ucapannya.
Tak berselang lama kemudian, mereka sampai di rumah sakit. Bu Marwah segera membawa Keysa menuju ruang perawatan Mbah Sukarni.
"Ayo cepat, dari tadi nenek mencari mu." ucap Bu Marwah dengan raut wajah cemas.
Keysa hanya mampu mengangguk dengan raut wajah sedih. Dia pun mempercepat langkahnya mengikuti Bu Marwah, hingga keduanya masuk ke dalam ruang perawatan Mbah Sukarni.
"Nenek!" ucap Keysa dengan mata berkaca-kaca melihat neneknya terbaring lemah diatas tempat tidur pasien di bantu selang oksigen di hidungnya.
Keysa lekas menghampiri neneknya dan langsung memeluk kaki neneknya. Bu Marwah hanya mampu tersenyum sambil mengusap air matanya yang tiba-tiba jatuh membasahi pipinya. Bu Marwah terharu melihat mereka.
"Jangan menangis nak, nenek baik-baik saja." ucap Mbah Sukarni tersenyum sambil mengelus punggung cucunya.
Mbah Sukarni ingin bertanya mengapa Keysa datang bersama Bu Marwah bukan datang bersama seorang pria, namun dia urungkan, apalagi melihat raut wajah cucunya tampak sedih, dia sudah menebak apa yang sudah terjadi.
Keysa tidak mendengar ucapan neneknya, air matanya terus mengalir membasahi pipinya. Dia sangat sedih melihat neneknya terbaring sakit, semua ini pasti karenanya.
"Cepat sembuh mbah. Kalau begitu saya permisi dulu." ucap Bu Marwah berpamitan dan Mbah Sukarni hanya mampu tersenyum.
"Terima kasih Bu. Maaf, selalu merepotkanmu." ucap Keysa lalu mencium punggung tangan Bu Marwah.
"Sama-sama. Jangan berkata seperti itu, justru saya senang bisa membantumu. Yang sabar ya Keysa. Semoga nenekmu cepat sembuh." ucap Bu Marwah lalu pamit undur diri.
"Iya Bu, makasih." ucap Keysa dengan anggukan kepala, lalu menghapus air matanya. Dia tidak ingin menunjukkan kesedihannya di depan neneknya.
"Keysaa!"
"Iya nek." ucap Keysa sambil menggenggam tangan neneknya.
"Berjanjilah pada nenek bahwa kamu akan merawat dengan baik anak dalam kandunganmu." ucap Mbah Sukarni dengan tatapan sendu.
"Iya nek, Keysa berjanji akan merawat anak ini dengan baik dan memberikan kasih sayang penuh kepadanya." ucap Keysa sambil meneteskan air matanya.
"Terima kasih nak" ucap Mbah Sukarni dengan mata berkaca-kaca, membuat Keysa hanya mampu mencium tangan neneknya.
"Terus bagaimana dengan pria itu?" tanya Mbah Sukarni dengan serius.
"Pria itu....." Keysa tidak mampu melanjutkan ucapannya, dia hanya mampu menangis, membuat Mbah Sukarni langsung mengerti.
"Yang sabar nak, kamu pasti bisa menjalaninya. Kita balik ke Desa Pesisir, disana kita melanjutkan hidup." ucap Mbah Sukarni.
"Tapi, Keysa malu pulang dengan kondisi berbadan dua nek, apa kata orang-orang disana." ucap Keysa sambil menghapus air matanya.
"Ingat pesan nenek, jangan dengarkan ucapan orang-orang, lambat laun mereka pasti melupakan kesalahan yang pernah kita perbuat. Kamu harus semangat untuk lanjutkan hidupmu bersama anakmu." ucap Mbah Sukarni dengan nasihatnya.
"Baik nek."
"Satu lagi, Nenek cuma mau berpesan, jika nenek sudah tiada, tolong kuburkan nenek tepat disamping mendiang kakekmu." ucap Mbah Sukarni tersenyum.
"Jangan berkata seperti itu nek. Keysa tidak sanggup, nenek harus sembuh." ucap Keysa berderai air mata.
"Tidak nak, nenek sudah tua. Tolong, simpan baik-baik kalung ini. Semoga suatu saat nanti kamu dipertemukan dengan keluargamu." ucap Mbah Sukarni sambil menyerahkan kalung milik Keysa.
Keysa hanya mampu menangis menerima kalung berukuran kecil tersebut. Hingga tiba-tiba neneknya memejamkan mata.
"Nenek, bangun!" ucap Keysa sambil membangunkan neneknya. Keysa mulai panik dan segera berteriak memanggil dokter.
Hingga Dokter dan perawat datang dan segera memeriksa kondisi neneknya.
"Bagaimana kondisinya dok." ucap Keysa dengan paniknya.
"Mohon Maaf, ibu Sukarni sudah tiada." jelas Dokter tersebut.
Deg!
"Apa!" Tubuh Keysa lemas tak bertenaga.
"Nenek!... hiks... hiks" Keysa menangis histeris memeluk tubuh neneknya .