Bagaikan senjata makan Tuan, niat hati ingin balas dendam pada orang yang membullynya saat SMA, Lolita justru masuk ke dalam jebakannya sendiri.
Lolita akhirnya harus menikah dengan kekasih
dari musuh bebuyutannya itu, yang tak lain adalah Dosen killer di kampusnya sendiri.
Tapi hal yang tak diduga Lolita, ternyata Dosen yang terkenal killer di kampus itu justru menunjukkan sisi berbeda setelah menikah dengan Lolita, yaitu otak mesum yang tak tertolong lagi.
"Tapi kamu puas kan?" ~ Wira ~
"Apanya yang puas? Punya Bapak kaya jamur enoki!! Kecil, panjang dan lembek!!" ~ Lolita ~
Bagaimana hari-hari Lolita yang harus menghadapi otak mesum suaminya?
Bagaimana juga nasib pernikahan mereka di saat benih-benih cinta mulai tumbuh namun, namun rahasia Lolita justru terbongkar jika dia yang menjebak suaminya sendiri?
Akankah balas dendam Lolita berhasil atau justru menjadi boomerang untuk dirinya sendiri dan menjadikan hubungannya dengan Wira hancur berantakan?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon santi.santi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Terjebak
Shhhh...
Lolita mendesis karena merasakan perih di pangkal pahanya hingga membuat matanya terbuka sempurna secara perlahan.
Tapi rasa sakit itu langsung tergantikan begitu melihat tempat yang menurutnya begitu asing. Dia berada di kamar yang bukan kamarnya sendiri. Apalagi dia baru sadar ada sebuah tangan kekar yang melingkar di pinggangnya.
Dengan perasaan takut, Lolita menggerakkan kepalanya untuk menoleh ke samping.
"Pak Wiraaa!!!" Pekiknya tertahan.
Lolita langsung menyingkirkan tangan Wira yang ada diperutnya dengan kasar hingga membuat Wira terbangun.
Lolita duduk kemudian membuka selimut yang menutupi tubuhnya. Ternyata itu adalah kain satu-satunya yang ia pakai saat ini.
"K-kenapa bisa jadi seperti ini?" Lolita memegang kepalanya, dia benar-benar kebingungan. Kenapa rencananya gagal totol. Bukannya Rindy yang ada di kamar itu bersama Wira, tadi justru dirinya. Dia bukan menjebak, tapi dia terjebak.
"Kamu??!!" Wira juga sama terkejutnya dengan Lolita saat dia mulai tersadar.
"Kenapa kamu di sini?!" Wira langsung melihat keadaanya sendiri begitu melihat punggung polos Lolita.
Tak ada apapun yang ia pakai saat ini. Tubuhnya polos tak ada sehelai benang pun yang melekat di sana.
"Kenapa kita bisa ada si sini? Dan, apa yang terjadi?" Wira juga masih mengingat kejadian semalam.
Sementara Lolita, dia masih diam dalam kebingungan. Dia mengingat-ingat apa yang terjadi padanya.
"Shhhh ahhhh..."
Lolita mende sah saat tangan Wira mulai mengusap bahu dan juga punggungnya yang sudah polos.
Kecupan bibirnya yang ada di leher Lolita juga terasa luar biasa. Lolita hanya bisa mencengkeram rambut Wira dan menekannya semakin dalam seolah Lolita meminta lagi dan lagi.
"Ahhhh.." Lolita mendongakkan kepalanya begitu bibir Wira menyentuh kedua buah benda ken*al miliknya.
Rasanya benar-benar gila, mend esah, meracau, meminta lagi dan lagi. Apa yang Wira lakukan pada tubuhnya benar-benar membuatnya terbang melayang. Wira memberikan sensasi yang baru pertama kali ia rasakan.
Potongan-potongan kejadian semalam mulai terlintas di mata Lolita. Dia bahkan ingat saat bergerak dengan lincah di pangkuan Wira. Dia benar-benar liar walau baru pertama kali melakukannya.
"Enggak, nggak mungkin! Hiks..hiks.." Lolita mulai terisak.
Rencana yang ia susun dengan rapi sejak kemarin justru menjadi senjata makan Tuan. Bukan Gina yang hidupnya hancur karena kekasihnya meniduri wanita lain, tapi dirinya sendiri yang hancur. Dendam yang ia pendam dari dulu justru menjadi boomerang untuknya sendiri.
Wira menatap wanita yang ada di sampingnya, wanita yang mungkin saja telah ia tiduri semalam. Parahnya lagi wanita itu adalah mahasiswanya sendiri.
Dia sendiri masih terdiam saat mendengar Lolita menangis, karena dia sendiri masih bingung dengan apa yang terjadi. Kenapa dia bisa ada di sana bersama Lolita, tidur satu ranjang dan tak memakai apapun. Wira memejamkan matanya, mencoba mengingat apa yang terjadi semalam.
Seingat Wira, dia keluar dari ballroom karena merasa yang aneh pada tubuhnya. Dia pergi ke toilet untuk membasuh wajahnya yang terasa terbakar. Tapi setelah keluar dari toilet, Wira sudah tak ingat lagi.
Dia sedikit tersadar saat dia mulai mendapatkan kepuasan ketika menyentuh seseorang di bawah kungkungannya.
Ada bayangan dimana dia begitu menggila. Dia mencium wanita itu, menjamah seluruh tubuh yang membuat Wira merasa terbakar.
"Oouucchhh.. Shhh..."
Suaranya yang meracau keenakan itu rasanya terdengar di telinganya sendiri. Bahkan anehnya, rasa luar biasa saat dirinya meledak di dalam tubuh wanita itu, masih terasa sampai sekarang. Miliknya yang berada di bawah selimut terasa berkedut, apalagi saat ini dia baru bangun tidur, pastinya miliknya akan menegak sempurna.
"Gimana ceritanya kita bisa ada di sini?" Tanya Wira pada Lolita yang masih menangis dengan menekuk lututnya untuk menyembunyikan wajahnya disana.
Lolita terdiam, tangisannya juga langsung berhenti. Dia tidak mungkin mengatakan apa yang sebenarnya terjadi pada Wira kalau dia sengaja ingin menjebak Wira. Disamping itu, Lolita sendiri juga masih bingung kenapa dia yang justru ada di sana.
Lolita tetap bungkam, dia tidak mau menjadi sasaran kemarahan Wira kalau sampai Wira tau dia adalah otak dari kejadian tadi malam.
"Saya juga tidak tau Pak!" Itu adalah jawaban paling aman dari Lolita untuk saat ini.
Wira tampak mengusap wajahnya dengan kasar. Dia bukan orang bodoh yang harus menunggu lama untuk menyimpulkan apa yang terjadi diantara dirinya dengan Lolita, keadaan mereka saat ini pun sudah menjelaskan semuanya. Apalagi Wira melihat bercak berwarna merah pada seprei putih di sampingnya.
Dia sudah meniduri mahasiswanya sendiri, mengambil kesucian anak gadis orang. Parahnya Wira melakukan itu degan tidak sadar.
Tapi Wira yakin, pasti ada sesuatu di balik itu semua. Pasti ada yang sengaja menjebaknya agar tidur dengan Lolita.
"Tapi siapa?" Tanya Wira dalam hati.
Kalau sudah begini, Wira tentu saja harus bertanggungjawab. Dia tidak mungkin lari dari tanggung jawab setelah menghancurkan masa depan Lolita meski dalam di dalam bayangannya, Lolita juga terlihat menikmati permainan mereka.
Tapi, Wira teringat akan Gina. Bagaimana dengan kekasihnya itu. Mereka sebentar lagi akan menikah meski acara lamaran juga baru direncanakan. Tapi keluarga besar mereka sudah menantikan pernikahan antara dirinya dengan Gina.
Kalau sudah begini, Wira bingung. Dia ingin bertanggungjawab pada Lolita, tapi dia pasti akan menyakiti Gina.
"Jangan menangis! Saya akan menikahi kamu!"
Lolita mengangkat kepalanya, dia menatap wira dnegan wajah yang amat sangat berantakan itu.
"Menikah?"
"Iya, kita harus menikah karena saya sudah merenggut kesucian kamu. Bisa juga kamu hamil anak saya karena saya rasa saya melakukannya tidak hanya sekali!" Meski Wira dalam pengaruh obat, dia teringat jika dirinya terus merasa tidak puas dengan sekali pelepasan. Tubuhnya masih panas menggelora kemudian menginginkan lagi dan lagi.
Lolita langsung lemas. Memang benar apa yang Wira katakan, bisa saja dirinya hamil. Tapi dia tidak mau menikah dengan Wira.
"Tapi saya tidak mau menikah sama Pak Wira. Kita anggap saja semua ini tidak pernah terjadi. Saya bisa minum pencegah kehamilan setelah ini, semoga saja saya tidak hamil anak Bapak!" Lolita tidak menyukai Wira, dia punya kekasih.
Dia juga tidak pernah menduga hal ini akan terjadi, terlebih dia yang membuat Wira tak sadar tadi malam, jadi semua kesalahan ada padanya. Dia tak patut menerima pertanggungjawaban dari Wira.
"Saya akan tetap menikahi kamu!" Wira akhirnya mengambil keputusan itu meski harus mengorbankan hubungannya dengan Gina.
"Tapi Pak, sa..."
Tok..tok..tok..
Lolita tampak ketakutan mendengar suara ketukan pintu di kamar itu. Lolita lupa kalau rencananya belum selesai.
Pagi ini dia sudah meminta beberapa orang untuk datang ke kamar yang tadinya menjadi kamar Wira dan Rindy untuk menggerebek Wira.
Tapi sekarang yang ada di dalam kamar itu adalah dirinya. Bagaimana jadinya jika dia justru tertangkap basah saat ini.
Tok..tok..tok..
"Bukaa!!" Seru orang yang ada di luar kamar.
Ya meskipun Wira dan Lolita nikah karena insiden, bukan berarti Gina bisa bersikap seenaknya gitu sama Wira, masih menganggap Wira kekasihnya
klo yg menjebak Lolita blm ketemu clue 😌
pasti gina sengaja,biar terjadi perselisihan....
kan ada yg dengar...