Anak Untuk CEO Mandul

Pengumuman Kirana Senja bahwa Anya Senjaya, mantan tunangan Ryu, adalah dalang di balik tuntutan warisan membuat seluruh strategi Ryu goyah. Namun, Naomi, yang kini memegang putra kandung Ryu dan memegang rahasia Helena, justru melihat peluang baru dalam kekacauan ini.

Di suite pemulihan mewah di Rumah Sakit Dirgantara, Ryu harus bergerak cepat. Dia menerima tuntutan Kirana, tetapi dengan satu modifikasi krusial yang disarankan Naomi. Anak Perusahaan B akan diberikan kepada Kirana, tetapi Kirana harus menandatangani perjanjian yang melarang dia untuk memberikan atau menjual kepemilikan saham mayoritas itu kepada pihak ketiga, termasuk Anya, selama lima belas tahun.

Kirana, melalui Pengacara Riana, menolak keras. Mereka tahu Ryu takut.

“Kirana menginginkan sahamnya bebas dari klausul penguncian, Tuan Ryu,” tegas Riana melalui telepon konferensi. “Dia ingin menggunakannya sebagai modal atau memberikannya kepada siapa pun yang dia pilih.”

Naomi, yang mendengarkan dari sofa, sambil menenangkan bayinya, mengambil ponsel Ryu.

“Nona Riana, dengarkan baik-baik. Kami tidak keberatan jika Kirana memberikan uang tunai atau saham minoritas kepada Anya. Tetapi saham mayoritas Anak Perusahaan B adalah aset strategis Dirgantara,” kata Naomi, suaranya tenang. “Jika Kirana menolak perjanjian penguncian lima belas tahun, Ryu akan mengambil langkah lain. Dia akan mengumumkan kepada pers bahwa Kirana adalah anak yang lahir dari perselingkuhan yang dibayar. Dia akan membuka gugatan balik, menuntut Kirana atas pemerasan berkedok tuntutan warisan, menggunakan fakta bahwa Kirana adalah saudara tiri dari mantan tunangan Ryu.”

“Risiko reputasi Kirana dan Anya akan hancur total, dan tiga ratus lima puluh miliar rupiah yang diterima Soraya akan menjadi bukti komplotan,” tegas Naomi, tanpa jeda. “Ambil tawaran penguncian lima belas tahun, Nona Riana. Atau kami hancurkan citra Kirana sebagai putri yang hilang dan menjadikannya pemeras licik.”

Taktik kejam Naomi menggunakan reputasi sebagai senjata berhasil. Dua jam kemudian, Riana menelepon balik, mengatakan kalau Kirana setuju.

Ryu, yang menyaksikan kehebatan strategis Naomi, hanya bisa menatapnya. “Kau tidak hanya menyelamatkan warisanku, Naomi. Kau telah menyelamatkan harga diriku.”

“Saya menyelamatkan masa depan anak saya, Ryu,” balas Naomi. “Perang warisan tidak pernah tentang uang tunai. Ini tentang siapa yang duduk di kursi kekuasaan. Kirana mendapat saham, tetapi kita mempertahankan kontrol. Dan yang terpenting, kita telah mengubah musuh menjadi sekutu yang terikat secara finansial.”

Seminggu kemudian, setelah Naomi dan bayinya pulang ke Penthouse B, media meledak. Helena Dirgantara, seperti yang dijanjikannya, mengadakan konferensi pers. Helena, dengan senyum yang dipaksakan, mengumumkan dua hal besar.

Pertama, ia mengumumkan bahwa pernikahan Ryu dan Naomi adalah kisah cinta paling rahasia Dirgantara yang dirahasiakan karena masalah kesehatan Ryu. Helena secara publik memuji Naomi sebagai menantu idaman dan ibu yang kuat, serta menunjukkan putranya, pewaris sah yang memiliki tanda lahir keluarga.

Kedua, Helena mengumumkan bahwa keluarga Dirgantara menyambut dengan tangan terbuka Kirana Senja, putri almarhum Danial Dirgantara dari hubungan masa lalu, sebagai bagian dari keluarga. Kirana diberikan saham mayoritas anak perusahaan B dan Kursi di dewan direksi Dirgantara, sebagai simbol rekonsiliasi dan kesatuan keluarga.

Naomi dan Kirana kini duduk bersama di meja kekuasaan. Ini adalah dewan direksi wanita yang baru. Helena, Kirana, dan Naomi.

Beberapa hari kemudian, pertemuan dewan direksi pertama diadakan di ruang pertemuan utama Dirgantara. Ketiga wanita itu duduk melingkar.

Helena Dirgantara sebagai ketua dewan kehormatan. Kekuatan lama, yang kini terkekang oleh rahasia masa lalu.

Kirana Senja sebagai anggota dewan baru, perwakilan anak perusahaan. Kekuatan baru, didorong oleh dendam Anya.

Naomi Dirgantara, sebagai istri CEO, pemegang kekuatan informal. Kekuatan pelindung, yang didorong oleh naluri keibuan.

Ryu, yang duduk di kepala meja, mengamati.

Helena memulai pertemuan dengan menyajikan laporan keuangan triwulan, berusaha menunjukkan bahwa ia masih memegang kendali. Namun, mata semua orang tertuju pada interaksi antara Naomi dan Kirana.

Kirana, dengan sikapnya yang dingin dan analitis, menginterupsi laporan Helena.

“Nyonya Helena, saya telah membaca laporan investasi. Saya melihat Anda mengalihkan sebagian besar dana lindung nilai ke saham properti domestik, yang sangat rentan terhadap fluktuasi politik. Mengingat anak perusahaan B saya fokus pada energi, saya mengusulkan diversifikasi cepat ke aset luar negeri yang lebih stabil. Saya tidak ingin anak perusahaan B tenggelam karena kebijakan investasi yang terlalu konservatif,” ujar Kirana, menantang secara terbuka strategi Helena.

Helena menatap Kirana dengan jijik. “Kau baru duduk di sini, Kirana. Kau tidak tahu stabilitas investasi kami.”

Naomi berbicara. Ia memandang Kirana, bukan sebagai musuh, tetapi sebagai sekutu yang berguna.

“Saya mendukung usulan Nona Kirana, Nyonya Helena,” kata Naomi, suaranya mantap. “Jika kita ingin melindungi cash flow untuk masa depan pewaris, kita harus mengurangi risiko domestik. Kita telah melihat bagaimana drama rumah tangga bisa mempengaruhi citra perusahaan. Diversifikasi adalah perlindungan yang cerdas.”

Helena menatap Naomi, menyadari bahwa ia kini dikepung. Naomi tidak hanya melindungi warisan Ryu, dia menggunakan kursi kekuasaannya untuk memaksakan kontrol.

Ryu menengahi. “Baiklah. Kita akan bentuk komite yang terdiri dari Naomi dan Kirana untuk mereview strategi lindung nilai. Lanjutkan, Ibu.”

Pertemuan itu berakhir dengan kemenangan kecil bagi Naomi dan Kirana. Mereka telah membentuk aliansi yang tidak terucap, aliansi wanita yang ingin menyingkirkan pengaruh Helena dan menegaskan posisi mereka.

Beberapa hari kemudian, Naomi menerima sebuah parsel di Penthouse B. Itu adalah hadiah, sebuah kotak perak mewah yang berisi pakaian bayi yang indah.

Di dalamnya, terselip sebuah kartu ucapan. Itu dari Anya Senjaya.

"Selamat atas kelahiran putra Anda, Naomi. Tanda lahir itu sangat indah. Aku senang kau dan Kirana sudah menjadi teman baik di dewan direksi. Kau telah berhasil menjadi Nyonya Dirgantara sejati, tetapi jangan lupakan satu hal, di balik setiap kontrak yang kau buat, ada orang yang akan menuntut lebih. Kirana mungkin terikat perjanjian, tetapi aku tidak. Dan aku akan mencari kelemahanmu. Aku akan mencari detail medis Ryu. Kau tahu dia mandul secara medis. Anak ini mungkin anak kandungnya, tetapi dokter pasti punya laporan lama. Sampai jumpa di pengadilan keluarga, Nyonya Dirgantara. Aku akan membalas kehinaan yang Ryu berikan padaku, melalui kehancuranmu."

Ancaman itu jelas, meskipun anak itu telah terbukti anak kandung Ryu, laporan medis lama Ryu yang menyatakan dia mandul total adalah bom waktu yang akan digunakan Anya untuk menggugat Ryu atas penipuan kontrak. Kontrak pernikahan Naomi didasarkan pada asumsi Ryu mandul, yang merupakan dasar klausa kompensasi dua miliar. Jika Ryu terbukti berbohong tentang kemandulannya untuk mendapatkan istri yang bersedia melahirkan pewaris, seluruh kontrak bisa batal, dan Naomi bisa kehilangan semua perlindungan hukumnya.

Naomi melihat ke arah Ryu, yang sedang bekerja di ruang kerjanya. Pria itu sudah berubah, kini menunjukkan kehangatan kebapakan yang baru, dan pengakuan yang mutlak terhadap Naomi. Namun, kebahagiaan itu rapuh.

Naomi berjalan ke ruang kerjanya, mengambil Buku Harian Helena yang tersembunyi.

Dia tahu, untuk melindungi pernikahannya yang baru ditemukan dan legitimasi anaknya, dia harus melakukan hal terakhir yang pernah dia lakukan. Dia harus menggunakan kartu asnya di depan Ryu, dan mengakhiri permainan Anya selamanya.

Dia tidak bisa hanya mengandalkan cinta yang baru tumbuh; dia harus menggunakan kekejaman strategis untuk memastikan kemenangan.

.

.

Malam itu, Naomi meletakkan Buku Harian Helena di meja kerja Ryu. Ryu menutup laptopnya, terkejut melihat buku bersampul kulit tua itu.

“Kenapa kau meletakkannya di sini?” tanya Ryu. “Aku pikir kau menyimpannya dengan aman.”

“Aku menyimpannya dengan aman. Tetapi ancaman Anya yang terakhir sudah tiba. Dia akan menggugat kita atas penipuan kontrak, menggunakan laporan medis mandulmu yang lama,” kata Naomi. “Kita harus menghancurkan ancaman Anya, bukan hanya dengan uang, tetapi dengan kebenaran yang akan membuatnya diam selamanya.”

Naomi menunjuk pada tanggal 11 April 1996 di buku harian Helena, yang menjelaskan bagaimana Helena membayar Soraya untuk menyerahkan anaknya.

“Ayahmu memiliki anak kandung yang sah, Ryu. Dan ibumu mengatur adopsi rahasianya. Itu adalah pengkhianatan terbesar. Tapi ada detail yang lebih penting di sana,” kata Naomi, menunjuk ke sebuah catatan kecil di akhir entri.

“Apa itu?”

Naomi menatap Ryu, matanya bersinar dengan tekad dingin.

“Anya Senjaya dan Kirana Senja tidak hanya saudara tiri. Ibu Anya adalah pengacara yang direkrut Helena untuk menyusun perjanjian adopsi rahasia Soraya. Anya tidak hanya mengetahui tentang Kirana, dia mengetahui rahasia adopsi ini sejak kecil. Dia tahu setiap celah dalam warisan ini.”

Ryu membeku. Rasa ngeri menjalari wajahnya.

“Anya tidak hanya membalas dendam karena dikhianati. Dia membalas dendam karena ibunya dipaksa bekerja untuk Helena dalam skema kotor ini. Kita tidak bisa melawannya dengan hukum, Ryu. Kita harus melawannya dengan kebenaran yang kejam dan menghancurkan seluruh rencana balas dendamnya.”

“Apa yang harus kulakukan?” bisik Ryu, melihat ke Buku Harian itu, melihat kelemahan terbesarnya.

“Besok, kamu akan mengadakan pertemuan pribadi dengan Anya,” kata Naomi. “Kamu tidak akan menawarkan uang, tetapi kamu akan menawarkan rahasia. Kamu akan menunjukkan padanya Buku Harian ini dan Kamu akan mengancam akan mengungkap bahwa ibu Anya adalah kaki tangan dalam adopsi ilegal anak Ayah, dan Anya akan menghancurkan reputasi ibunya sendiri. Itu adalah satu-satunya cara untuk mengakhiri permainan balas dendamnya.”