🎉Bebas Promo
Diharapkan bijak dalam memilih bacaan sesuai umur ya🤗🤗🤗
Seks bagi seorang Satria bukanlah hal yang tabu, tapi menikah? Tak pernah sedikitpun terlintas di benaknya akan menjalin komitmen dengan seorang wanita dalam sebuah ikatan pernikahan.
Dia yang selalu memandang rendah derajat perempuan harus dihadapkan dengan kenyataan pahit bahwa dirinya telah dijodohkan dengan cucu dari sabahat kakeknya.
Akankah pernikahan harmonis yang diimpikan semua pasangan akan terwujud di kehidupan pernikahannya kelak?
Ini bukanlah cerita CEO kejam, dingin, dan mencintai dalam diam, karena ini adalah sebuah cerita cinta yang manis dengan Ektra Bumbu Komedi.
Heppy Reading... 🙏
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Vie, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Perfect
Dengan sedikit kesulitan bergerak, Kimy melangkahkan kakinya untuk membuka pintu kamar hotel saat terdengar ketukan pintu. Mungkin orang yang akan menjemputnya menuju tempat resepsi, pikir gadis yang terlihat sudah bosan hanya duduk di kamar hotel, sedang Ibu dan suami mesumnya telah lebih dahulu meninggalkannya karena ada tamu penting yang adalah seorang pejabat negara yang datang beberapa saat lalu.
"Maaf lama, gaun aku ribet soalnya," ucap Kimy pada seseorang yang ada di depan pintu.
Kimy langsung terkejut, ternyata orang yang mengetuk pintu kamar hotelnya adalah wanita yang ia lihat di pesta tadi. Wanita tua yang sepertinya sebaya dengan ibunya itu berdiri tanpa suara di depan pintu. Dan sepertinya dia sedang kebingungan harus berbicara apa pada gadis cantik bergaun soft pink yang begitu cantik dipandang mata.
"Maaf, Ibu ada perlu apa? Or, don't you speak Indonesian?" tanya Kimy saat melihat wajah yang sepertinya bukan warga lokal.
"Oh, saya bisa berbicara bahasa Indonesia." Akhirnya wanita itu bersuara.
"Ada perlu apa? Apa Anda salah kamar?" tanya Kimy melihat wanita itu terlihat gugup saat menatapnya.
"Ah, tidak. Saya tidak salah kamar. Saya memang ingin bertemu dengan kamu." Wanita berperawakan tinggi langsing dengan wajah cantiknya itu meremas jari-jarinya karena gugup.
"Oh. Ada apa? Apa Ibu disuruh Ibu atau orang WO jemput aku?"
Wanita itu semakin salah tingkah, dia mengedarkan pandangannya ke arah lain, agar mengurangi kecanggungannya.
"Mari masuk! Mungkin ada yang ingin Ibu sampaikan sama aku!"
Dia benar-benar ramah. Aku tak tahan ingin sekali memeluknya. Gumamnya.
"Ada apa?" tanya Kimy lagi saat mereka sudah berada di dalam kamar hotel.
"Saya hanya ingin melihatmu lebih dekat. Kamu cantik, baik, juga ramah. Saya suka."
Kimy tersipu. "Sumpah, seumur-umur aku baru denger ada orang yang muji aku kayak gitu." Kimy terkekeh. Jelas sekali Kimy tak mempercayai ucapan wanita tua di hadapannya.
"Boleh Saya menggenggam tanganmu?" pintanya pada Kimy.
"Ah. Maksudnya?"
"Saya merasa beruntung bisa melihatmu dan menyapamu sedekat ini." Wanita tua yang matanya seteduh mata Satria itu terlihat berusaha menahan tangisnya.
"Ibu baik-baik aja? Kok nangis? Ibu kesini mau pinjem uang ke aku buat bayar utang?" Kimy salah tangkap melihat wanita tua itu tiba-tiba saja menangis. "Suami aku kaya banget sih emang, dia baik banget juga. Nanti aku bantu ngomong sama dia ya! Ibu yang sabar ya!"
Wanita berambut pirang itu terperangah mendengar ucapan gadis cantik yang kini tengah memeluknya.
Ya, sebuah pelukan yang dia rindukan, walaupun bukan dari orang yang ia rindukan selama 25 tahun ini, tapi hal ini masih bisa sedikit mengobati kerinduannya.
"Saya permisi dulu. Terimakasih sudah menerima saya dan memberikan pelukanmu. Kamu cantik, baik, aku hanya bisa mendoakan, semoga kamu selalu dilimpahkan kebahagiaan di sepanjang pernikahanmu!" Wanita yang belum Kimy ketahui namanya itu pun bangkit, bersamaan dengan pintu kamar hotel Kimy terbuka.
"Cil!" Suara Satria.
Tanpa berani menatap wajah yang begitu ia rindukan, wanita itu bergegas pergi.
"Itu siapa?" tanya Satria.
Dia telah melupakanku. Jantung wanita itu seperti diremas mendengar ucapan Satria sebelum ia keluar dari kamar hotel mewah tersebut.
"Aku gak kenal, tapi ibu-ibu tadi itu, yang tadi aku bilang mirip kamu itu!" Kimy menjulurkan tangannya meminta bantuan Satria agar bisa bagun dari duduknya.
Satria pun menerima uluran tangan mungil yang akan selalu ia genggam tanpa berniat melepaskannya. Seraya menoleh ke arah wanita yang melewati tadi, tapi sayangnya wanita tua berseragam pelayan hotel itu sudah tak ada.
"Kak, tolong ambilin aku minum! Aus!"
Tanpa protes, Satria pun segera mengambilkan segelas air untuk wanitanya. "Awas lipstik lu luntur! Tukang rias udah gak ada soalnya." Satria memperingatkan agar Kimy hati-hati.
"Lipstik mahal ini tuh. Waterproof, tahan sampe 2 tahun ke depan!" Kimy membanggakan jenis lipstik yang ia kenakan.
"Berarti boleh coba dong?" Seringai itu pun kembali muncul.
Disaat Kimy masih mencari tahu maksud dari ucapan suaminya, bibir Satria kembali mendarat di bibirnya.
"KAKAAAAAK!"
•
•
•
•
•
Dengan hati yang masih kesal, Kimy memaksakan senyumnya di pesta kedua mereka, yang kini lebih didominasi oleh para sahabat kedua pengantin.
"Ih, si Sultan Abal-abal kenapa harus datang di saat aku masih badmood sih?" cicit Kimy saat melihat Thomas dan kekasihnya yang Kimy jumpai saat jumpa fans Mas Kai-nya, naik ke pelaminan untuk memberikan ucapan selamat kepadanya juga Satria.
"Akhirnya Kambing gue bisa lalapan sama Pucuk pilihannya." Bukan ucapan selamat atau doa untuk kedua pengantin, tapi sebuah ejekan untuk keduanya, seperti dugaan Kimy.
"Aku gak mau salaman sama kamu! Males!" Kimy tak menerima uluran tangan Thomas.
"Ciee, sekarang mah maunya pegangan sama Mas Kambing aja!"
Kimy tak peduli, dia memilih menyapa gadis cantik yang Thomas bawa.
"Semangat uget-uget menggapai pucuk, Bing! Pucuk! Pucuk! Pucuk!" lanjut Thomas sambil menepuk bahu kekar Satria yang ia peluk.
"Heh, Onta! Gue kutuk jadi upil Onta baru tau lu!" Kimy hampir saja berlari mengejar Thomas yang sudah terlebih dulu terbirit-birit, jika saja Satria tak menahannya, pasti kini para tamu sedang melihatnya berlari mengejar-ngejar Thomas.
"Kakak, ih. Kenapa nahan aku?" Gadis itu menghunuskan tatapan tajamnya ke arah Sang Suami.
"Karena aku kan suami kamu!" Satria mengedip-ngedipkan matanya, menggoda wanita yang telah seutuhnya menjadi miliknya.
"Dih, geli aku dengernya!" Kimy bergidik.
"Istriku!" lanjut Satria, yang sepertinya masih menyukai melihat wanitanya kesal.
"Ih, gak lucu!"
Di saat kedua pengantin sableng itu sibuk menggoda dan merengek, musik pengiring pesta tiba-tiba terhenti, seorang pembawa acara meminta perhatian dari para undangan untuk meminta perhatian para tamu undangan. Termasuk kedua mempelai.
"Mohon perhatiannya kepada para tamu undangan yang terhormat," ucap seorang pembawa acara. "Di kesempatan ini, mari kita saksikan sang Mempelai wanita untuk menunjukkan bakatnya, yang akan memainkan sebuah lagu untuk kita semua."
Ah ternyata sudah waktunya dia bebas. Satria melirik istrinya yang sedang diselimuti kegugupan. Semua ini rencananya, rencana yang telah ia susun rapi agar bisa membebaskan wanitanya melakukan apa yang ia inginkan.
"Kakak!" Kimy mencengkram ujung jas Satria, matanya menunjukkan bahwa dia sedang tidak percaya diri. Harus tampil di hadapan keluarganya, terutama sangat Ayah membuatnya gugup.
"Ada gue!" ucapnya, sambil menggenggam tangan kecil yang tadi mencengkram jas yang ia kenakan.
"Aku gak bisa." Kimy menggeleng, melihat wajah Rahardian yang mengeras membuat hatinya menciut.
"Gue temenin?" Satria menggandeng Kimy menuju panggung, sedang Kimy terus memperhatikan wajah suaminya yang dengan mantap melangkahkan kakinya.
Gemuruh tepuk tangan tamu undangan membuat hati Kimy berbunga-bunga, ini penyambutan paling meriah yang pernah dia dapatkan selama ini.
Seorang bridesmaid memberikan gitar akustik cantik yang Satria berikan sebagai mas kawinnya.
"Ini cantik banget!" Kimy terkagum-kagum.
Sama kayak elu. "Harganya mahal!"
"Cih!"
"Kita kolab?" Satria yang sudah duduk di depan piano, mengajak istrinya berkolaborasi, yang ini di luar rencananya.
Kimy tersenyum bangga, gunung berapi yang selama ini hanya tersembunyi di sudut hatinya, kini seolah sedang memuntahkan laharnya, membuat perasaan aneh, antara bahagia, bangga dan gugup.
"Lagu apa?" Kimy berusaha untuk tak melihat ke arah penonton, dia lebih memilih menatap wajah suami, masih berupaya menghilangkan rasa gugupnya
"Perfect!" Jawab Satria dengan jemari yang sudah mulai menari-nari di atas tuts piano.
Kimy menyelaraskan nada pada gitar, yang sebenarnya sudah Satria pesan dari pengrajin gitar di Jepang sejak lama.
Kedua pengantin mulai memainkan musik, berkolaborasi menciptakan nada-nada romantis dari bunyi alat musik yang mereka mainkan, membius para penonton untuk ikut terhanyut ke dalam suasana romantis yang tak sengaja Satria ciptakan.
Terhanyut dalam melodi yang mereka ciptakan, membuat Satria membuka suaranya untuk bernyanyi, menyanyikan lagu romantis yang seperti menafsirkan perasaannya saat ini.
Bertemu dengan gadis yang tak pernah ia impikan keberadaannya. Tapi kini, Satria seperti sedang melihat masa depan di mata Kimora, gadis yang ternyata lebih kuat dan lebih tangguh dari yang bisa dilihat matanya, gadis yang rela menyerahan dirinya untuk menggantikan posisi kakaknya, menghiraukan kebahagiaannya sendiri demi kebahagiaan orang lain.
Kimy seperti sebuah mimpi indah yang membuatnya ingin terus terlelap. Hingga sekarang Satria telah menyadari sepenuhnya jika gadis itu adalah wanita yang akan menjadi kebahagiaan di hidupnya.
"Baby, I'm dancing in the dark, with you between my arms
Barefoot on the grass, we're listenin' to our favorite song
I have faith in what I see
Now I know I have met an angel in person
And she looks perfect
No, I don't deserve this
You look perfect tonight."
Satu bait di lirik terakhir ini, seperti telah mencerminkan perasaannya saat ini.
...Yang pengen dapet feelnya, dengerin lagu Perfect-nya Edd Shireen ini sambil baca deh, dijamin bikin melting you softly....
...****Eaaaaaaaaa****......