NovelToon NovelToon
SAYAP PATAH MARIPOSA

SAYAP PATAH MARIPOSA

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Lari Saat Hamil
Popularitas:261
Nilai: 5
Nama Author: Essa Amalia Khairina

Seharusnya di bulan Juni, Arum tidak menampakkan dirinya demi mendapatkan kebahagiaan bersama seseorang yang di yakini bisa mengubah segala hidupnya menjadi lebih baik lagi. Nyatanya, sebelah sayapnya patah. Bukan lagi karena hujan yang terus mengguyurnya.

Sungguh, ia begitu tinggi untuk terbang, begitu jauh untuk menyentuhnya. Dan, begitu rapuh untuk memilikinya...

Langit.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Essa Amalia Khairina, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

MAKAN MALAM

Dunia seolah berhenti sejenak untuk memberi ruang bagi mereka. Langit malam ini bersih, tanpa setitik hujan yang menetes seperti kemarin, seolah menahan dirinya hanya untuk satu momen malam ini.

Angin berhembus pelan, mengusap dedaunan dan rambut mereka dengan lembut, seakan ikut menuntun langkah-langkah mereka menuju pertemuan itu.

Begitu tiba di sebuah resto yang tak jauh dari pusat kota, Langit turun, ia berjalan cepat melewati kap mobilnya, lalu membukakan pintu untuk Arum.

Mata Arum mulai membaur ke segala penjuru. Lampu jalan yang tadi ia lihat memantul di sesepanjang jalan, kini tergantikan oleh cahaya lampu temaram pada sebuah taman kecil di depan pintu masuk Restoran, seakan menambah kilau keemasan yang membuat seluruh suasana malam ini terasa hangat. Hangat yang kali pertama Arum rasakan bersama seorang pria.

"Restoran ini... rekomendasi banget buat perut keroncongan." Kata Langit, menatap Arum dari samping. "Serius, deh. Makanan di sini semua, rasanya enak-enak. Yuk, Masuk!"

"Iya." Angguk Arum.

Mereka berjalan memasuki restoran, langkah kaki mereka disambut lantai kayu yang hangat dan aroma masakan yang menggoda.

Kemudian, seorang pramusaji menyambut mereka dengan senyum ramah. “Selamat datang, di resto kami." Ucapnya sambil memberikan buku menu.

Langit menerima buku menu itu dengan tangan ringan, matanya menatap Arum sebentar sebelum akhirnya mengajak wanita itu menuju meja yang terletak di sudut ruangan menghadap salah satu jendela besar yang kontras dengan hiruk-pikuk keramaian hangat malam di luar sana.

Langit menarik kursi untuk Arum, kemudian duduk di depannya. Keduanya sama-sama terduduk, dengan suasana yang kian terasa hangat dan nyaman. Begitu juga dengan alunan musik romantis, semakin membuat dada mereka merasakan hal yang sama, berdebar ringan. Setiap nada seolah menyentuh ruang di antara keduanya yang membuat suasana menjadi lebih intim.

"Kamu mau makan apa?" Tawar Langit sambil membuka buku menu dan memperlihatkannya pada Arum. "Mau coba ini, ga?" Tanyanya sambil menunjuk ke arah gambar makanan yang membuat mata gadis itu nampak sedikit membulat.

Langit tertawa kecil, "Kenapa, Arum?"

“Uh… uhm… enggak apa-apa, kok,” Balas Arum menoleh sambil menggeleng, senyum tipis menghiasi wajahnya. Sesaat, matanya menatap gambar makanan di menu sebelum kembali menatap Langit.

“Katanya steak ini enak. Kamu suka?” Tanya Langit, suaranya ringan tapi penuh perhatian.

“I-iya… aku suka,” Jawab Arum pelan, nyaris kepada ragu yang berusaha ia sembunyikan.

“Ya udah, aku pesenin ya,” Kata Langit sambil tersenyum, dan Arum mengangguk, merasa hangat oleh gestur sederhana itu.

Tanpa menunggu lama, Langit melambaikan tangannya ke arah salah satu pramusaji yang sedang lewat. Pramusaji itu segera datang mendekat ke meja mereka.

“Saya mau pesan satu steak dengan saus barbeque dan…” Matanya menatap Arum sekejap. “Kamu mau minum apa?”

“Apa aja,” Jawab Arum singkat, dengan masih tersenyum.

“Oke, jus alpukat dua ya,” Tambah Langit.

“Di tunggu ya, sebentar,” ucap pramusaji itu, lalu berlalu meninggalkan mereka.

Langit kembali menoleh menatap Arum. Sorot matanya mulai menelusuri bingkai wajah wanita itu, dari alisnya yang lembut hingga senyum tipis yang menenangkan. Ada kecantikan sederhana pada Arum, bukan yang mencolok, tapi hangat dan tulus, membuat siapa pun merasa nyaman berada di dekatnya. Rambut panjangnya kini dibiarkan tergerai, jatuh hingga menutupi sebagian bahu, matanya yang lembut, dan gerak tubuhnya yang ringan, semuanya berpadu menjadi aura yang menenangkan.

Langit kemudian teringat cerita wanita itu tadi pagi—tentang bagaimana ia hidup sebatang kara, menghadapi dunia dengan sendirinya, tapi tetap menatap hidup dengan ringan dan penuh semangat. Sungguh, kisah itu membuat sosoknya semakin berharga di mata Langit. Kecantikan Arum bukan sekadar fisik, ia terpancar dari keberanian, ketulusan, dan kehangatan yang ia simpan di balik senyum sederhana itu.

Lima belas menit menunggu, akhirnya pesanan mereka tiba. Aroma daging panggang yang hangat dan saus barbeque yang kaya mulai menyelimuti meja, menggoda indera mereka.

Mula-mula, Langit mengambil sepotong steaknya, sementara matanya tak lepas dari Arum yang tampak tersenyum saat melihat hidangan itu.

“Wah, baunya enak banget,” Gumam Langit, menyeruput sedikit jus alpukatnya. Arum hanya mengangguk, hidungnya terangkat sedikit menikmati aroma makanan, kemudian tangannya bergerak. Tak berniat mengambil garpu untuk mencicipi steaknya langsung, Arum malah meraih ujung sedotan dari gelas jus alpukat di depannya. Ia menyesap perlahan, menutup matanya sebentar menikmati manis dan segarnya minuman itu.

Langit menatapnya sebentar, senyum tipis tergambar di wajahnya. Ada sesuatu yang membuat hatinya hangat—cara Arum menikmati hal sederhana dengan penuh perhatian, tanpa terburu-buru. Sesekali mata mereka bertemu, dan Arum tersipu kecil, menunduk sambil menahan senyum.

"Cobain deh, dagingnya. Enak banget!" Sahut Langit sambil memotong daging dengan pisau dan garpu, lalu melahapnya dengan kunyahan perlahan.

"Iya," Angguk Arum. "Ta-tapi..." Matanya menatap steak di depannya, kemudian menoleh ke Langit, sedikit cemas.

Tangan kecilnya kemudian menggenggam garpu dan pisau, tapi rasa ragu membuatnya tak bisa memotong daging itu. Steak yang terlihat lezat itu tiba-tiba terasa besar dan menakutkan baginya untuk dicicipi sendiri.

Langit kemudian menoleh, matanya mengikuti gerak Arum, dan seketika hatinya tersentuh. Ada sesuatu yang manis sekaligus lucu dalam cara Arum menghadapi hal kecil ini dengan hati-hati, hampir seperti seorang yang mencoba sesuatu untuk pertama kali. Ia tersenyum tipis, menahan tawa ringan yang hangat, "Arum..." Panggilnya, lembut. "Kenapa kamu gak bilang... kalau kamu gak bisa potong steak?"

Arum hanya tertunduk malu.

Langit tersenyum bijak, "Ya udah, gak apa-apa. Sini, aku potongan dagingnya."

"Tap—"

Tanpa menunggu jawaban, dengan hati-hati, Langit menarik piring Arum sedikit mendekat ke arahnya. “Caranya gini,” Ujarnya sambil memegang pisau dan garpu Arum secara bersamaan. Ia menempatkan garpu di satu sisi steak untuk menahan, kemudian memotong potongan kecil dengan pisau, perlahan dan teratur. “Lihat, jangan terlalu keras, biar dagingnya tetap rapi dan gampang dimakan.” Gumamnya.

"Ma-Maaf." Lirih Arum. "So-soalnya... ini kali pertama aku makan makanan seperti ini... dan... datang ke restoran seperti ini."

Gerak Langit seketika terhenti. Kata-kata jujur itu menghantam hatinya lebih dari yang ia sangka. Ada kejujuran polos dalam nada bicara Arum, campuran rasa malu dan rasa ingin menikmati momen itu sekaligus, yang membuat Langit tersentuh.

Matanya menatap Arum, membaca setiap ekspresi—ragu, cemas, tapi juga terselip antusiasme kecil. Senyum tipis muncul di wajah Langit, hangat dan lembut. “Ah… nggak apa-apa, Arum. Aku senang kamu di sini, sama aku. Santai aja, kita nikmati," Ucapnya dengan nada menenangkan.

"La-Langit?"

"Ya?"

"Kenapa kamu... selalu ingin dekat denganku?"

Sebelah alis Langit memicing ke atas.

"Ma-makasudku... menemuiku? Bukan!" Geleng Arum. "Ma-maksudku... menolongku eh..."

Langit tertawa kecil, suaranya hangat dan ringan, menebarkan rasa nyaman di antara mereka. Ia kemudian mendorong piring berisi daging yang telah ia potong kecil-kecil itu perlahan ke arah Arum. "Di makan yuk, dagingnya..." Katanya lembut dan penuh perhatian. "Kalau dagingnya sampai dingin, jadi gak enak nantinya."

Arum menatap piringnya sebentar, lalu menoleh ke Langit, merasa sedikit tersipu karena perhatian kecil itu. Ia kemudian menggenggam garpu dan pisau dengan sedikit gugup.

Dengan masih menunggu oleh rasa sabar, mata Langit sesekali menatap Arum sambil tersenyum, seakan memberi semangat tanpa harus berkata apa-apa. Dan, kehangatan itu membuat Arum mulai kembali merasa nyaman dan perlahan ia mulai melahap steak pertamanya.

"Enak, Arum?" Tanya Langit kemudian, senyum tipis masih terukir di wajahnya.

"Enak." Angguk Arum melahap suapan keduanya.

Langit tersenyum lebih lebar, nyaris tertawa kecil, seolah puas melihat reaksi Arum yang mulai menikmati makan malamnya. Matanya menatap Arum dengan hangat, membaca setiap gerak dan ekspresi kecilnya.

Seakan ada sesuatu yang membuat wanita itu terjaga olehnya—cara Langit memperhatikan, cara ia menunggu sabar tanpa ada tekanan, dan senyum yang selalu berhasil mencairkan rasa gugup Arum. Hatinya perlahan berdetak sedikit lebih cepat. Terasa hangat dan ringan sekaligus gugup saat pandangannya kembali bertemu dengan Arum.

Ya. Arum. Seseorang yang telah berhasil mencuri perhatiannya tanpa sengaja, membawanya kembali bangkit dari masa lalu yang penuh luka. Ia merasakan sesuatu yang belum pernah ia rasakan sebelumnya—sebuah kekuatan lembut yang membuatnya merasa sembuh, kuat, dan mampu menatap hari-hari mendatang akan terasa berjalan dengan ringan.

Di hadapan Arum, tidak hanya hadir kehangatan dan ketulusan. Tapi juga harapan baru yang perlahan menyalakan kembali bagian hatinya yang sempat padam, entah darimana datangnya... dan entah dengan alasan apa. Rasanya seperti cahaya kecil yang tiba-tiba menembus kegelapan, menghangatkan setiap sudut hatinya yang dulu beku.

"Kamu sendiri... gak makan lagi?" Tanya Arum mengejutkan, memecah setengah isi lamunan pria di hadapannya.

"Oh... i-iya." Tergagap Langit sambil melahap dagingnya lagi. "Tadinya aku ingin memastikan kamu benar-benar menikmati makan malam ini."

Arum tersenyum. "Aku menikmatinya, kok. Makasih ya Langit... untuk malam ini."

****

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!