Di dunia kultivasi yang kejam bernama Benua Azure Langit, seorang pemuda desa bernama Lin Feng seumur hidup dianggap “sampah” karena dantian rusak yang membuatnya tak mampu menyerap Qi. Diejek, dikhianati, bahkan tunangannya membatalkan perjodohan demi masa depan yang lebih cerah.
Dari seorang anak desa yang terbuang hingga menjadi legenda yang ditakuti sekaligus dikagumi, Lin Feng berjuang membuktikan bahwa bahkan “daun kering” bisa menjadi pedang abadi yang membelah langit. Bersama Su Ling’er, ia menapaki jalan panjang menuju keabadian—jalan yang dipenuhi darah, air mata, tawa, dan cinta abadi yang tak pernah layu seperti bunga sakura es di puncak gunung suci.
Sebuah kisah epik xianxia klasik penuh aksi kultivasi, balas dendam yang memuaskan, romansa manis yang berkembang perlahan, serta perjalanan menjadi tak terkalahkan sambil melindungi orang yang dicintai.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Michael Nero, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 3: Gerbang Ujian dan Bayang-Bayang Masa Lalu
Pagi ujian tiba dengan langit kelabu dan kabut tipis yang menyelimuti Kota Qingyun. Ribuan pemuda dari berbagai penjuru provinsi sudah berkumpul di depan gerbang gunung Sekte Pedang Langit, sebuah gapura raksasa berukir pedang melengkung yang menjulang setinggi empat puluh meter.
Di atas gapura, empat karakter besar terpaha 天剑宗 (Sekte Pedang Langit).
Udara pagi terasa berat karena tekanan formasi pelindung sekte yang memencar ke bawah. Bagi yang kultivasinya rendah, lutut mereka langsung gemetar hanya berdiri di sini.
Lin Feng tiba lebih awal, mengenakan jubah abu-abu sederhana yang ia beli semalam. Rambutnya diikat rapi ke belakang. Wajahnya terlihat tenang meski jantungnya berdegup lebih cepat dari biasanya. Ia sedang berdiri di barisan paling belakang, mengamati kerumunan.
Ada yang datang dengan iring-iringan pelayan dan kereta mewah, ada pula yang seperti dirinya—sendirian sambil membawa harapan besar di punggung.
Di antara mereka, ia melihat Su Ling’er lagi. Gadis itu berdiri agak terpisah, dikelilingi oleh tiga elder dari Keluarga Su yang mana aura mereka saja sudah membuat orang-orang di sekitar menundukkan kepala penuh hormat..
Tiba-tiba, suara tawa kasar terdengar dari arah barisan depan.
“Eh, lihat itu! Bukankah itu Lin Feng, si sampah dari Desa Liujia?”
Lin Feng menoleh perlahan. Suara itu familiar, terlalu familiar. Pemuda yang mengeluarkan suara tawa kasar itu memiliki tubuh tegap dengan mengenakan jubah biru bermotif naga dan sambil menunjuk ke arahnya ia tertawa lebih lantang lagi. Di sampingnya berdiri seorang gadis cantik dengan riasan tebal—Zhao Mei, mantan tunangannya.
Zhao Mei langsung memalingkan wajah saat tatapan Lin Feng menyentuhnya, tapi Zhao Long— Orang yang mencibir Lin Feng, yang merupakan kakaknya yang baru saja masuk ke sekte tingkat menengah tahun lalu, tak berhenti mengolok-olok.
“Masih nekat ikut ujian sekte besar? Dengan dantian rusakmu itu? Pulang saja, jangan bikin malu provinsi kita,” ejek Zhao Long dengan suaranya yang besar, supaya semua orang mendengar. Beberapa pemuda di sekitar ikut terkekeh dan bisik-bisik mulai menyebar seperti api.
Lin Feng hanya diam, napasnya dijaga agar tetap teratur namun, di dalam hatinya sebuah api kecil kembali menyala dan terus membesar, tapi ia tahu ini bukan tempat yang tepat untuk membalas cemoohan ini.
Belum saatnya.
Tidak lama berselang sebuah lonceng besar bergema tiga kali dari puncak gunung. Kerumunan yang tadinya begitu riuh langsung hening seketika. Dari atas gunung terlihat tiga sosok melayang turun—dua pria tua berjubah putih dan seorang wanita paruh baya berwajah tegas. Mereka adalah para elder penerima murid tahun ini.
Elder utama, seorang pria berjanggut panjang bernama Elder Han, melangkah maju. Suaranya menggema tanpa perlu alat bantu, diperkuat pula dengan Qi Foundation Establishment puncak.
“Selamat datang di ujian masuk Sekte Pedang Langit. Tahun ini kami hanya akan menerima tiga ratus murid luar, dan lima puluh murid inti."
Semua yang mendengar itu begitu terkesima dengan wibawa serta aura yang dipancarkan olehnya.
"Ujian akan dibagi menjadi tiga tahap: Tes Bakat Roh, Tes Ketahanan Jiwa, dan Pertarungan Sparring. Yang gagal di tahap mana pun, langsung pulang.”
Elder Han melirik kerumunan sekilas. “Kita mulai dari Tes Bakat Roh. Silahkan kalian mengantre sesuai nomor urut yang sudah kalian ambil kemarin.”
Barisan mulai bergerak maju. Di depan gapura sekte, sebuah batu kristal biru setinggi manusia sudah disiapkan. Peserta cukup meletakkan tangan di atasnya, maka batu akan menunjukkan tingkat kultivasi, kemurnian Qi, dan jenis akar roh.Satu per satu dari mereka maju. Ada yang membuat batu bersinar terang, ada yang redup.
Kemudian giliran Zhao Long maju. Dengan wajah sombongnya ia meletakkan tangannya diatas batu. Lalu sebuah cahaya biru pekat meledak, menunjukkan Qi Condensation tahap 9 dan akar roh api kelas menengah. Sorak sorai kecil terdengar dari arah kelompoknya.
Zhao Mei maju setelahnya. Cahaya merah muda lembut muncul dipermukaan batu—tahap 8, dan ia miliki akar roh air kelas atas. Ia melirik kepada Lin Feng sekilas, wajahnya campur aduk antara bangga dan canggung.
Giliran Lin Feng tiba lebih lambat dari semua peserta, karena nomor urutnya ada di antrean belakang. Saat ia melangkah maju, Zhao Long menyindir cukup keras, “Lihat baik-baik, batu itu pasti mati total.”
Lin Feng menghela napas pelan, lalu meletakkan telapak tangannya di atas batu kristal.
Detik itu juga, batu yang tadinya tenang mendadak bergetar. Cahaya biru tua yang pekat, hampir hitam, memancar ke atas seperti pilar kahyangan setinggi tiga meter. Getarannya membuat beberapa peserta lain di dekatnya mundur beberapa langkah.
Sementara Elder Han yang tadinya acuh langsung membelalakkan mata. “Qi Condensation tahap 8 akhir, kemurnian Qi hampir sempurna dan ini intent pedang bawaan?!”
Wanita elder di sampingnya berbisik, “Anak ini, akar rohnya tersembunyi sangat dalam. Mungkin ada di kelas langit!”
Kerumunan langsung berubah gaduh. Zhao Long dan Zhao Mei memucat. Lin Feng hanya menarik tangan pelan, ekspresinya datar seolah tak terjadi apa-apa.
Di dalam hatinya, ia tersenyum kecil puas—warisan Xuan Qing memang menyembunyikan akar roh sejatinya agar tak menarik perhatian terlalu dini.
Babak kedua pun dimulai, Tes Ketahanan Jiwa, diadakan di dalam formasi ilusi besar yang menyerupai danau kabut. Peserta masuk satu per satu dan harus bertahan minimal setengah jam melawan ilusi hati nurani mereka sendiri—ketakutan terdalam, godaan terbesar, atau penyesalan terberat.
Banyak yang keluar dalam hitungan menit dengan wajah pucat dan beberapa bahkan menangis histeris. Zhao Long mampu bertahan selama tiga puluh lima menit, cukup untuk masuk peringkat atas sedangkan adiknya Zhao Mei tiga puluh dua menit.
Saat giliran Su Ling’er, semua orang menahan napas. Gadis itu melangkah masuk dengan begitu anggun tanpa membuat ekspresi. Kabut segera menelannya. Kemudian waktu berlalu, tiga puluh menit, empat puluh, lima puluh menit.
Akhirnya ia keluar dengan langkah tetap tenang setelah enam puluh dua menit. Elder Han yang menjadi juri langsung mencatat nama gadis itu di daftar murid inti potensial.
Sekarang giliran Lin Feng masuk.
Begitu ia masuk ke dalam formasi, dunia berubah. Ia berdiri di tengah Desa Liujia yang terbakar. Mayat orang tuanya tergeletak di depan gubuk bersimba darah. Dan ia melihat nenek Liu merintih sekarat. Zhao Mei tertawa di kejauhan bersama pria lain. Semua menudingnya sambil berteriak, “Sampah! Kau tak pantas hidup!”
Ilusi itu begitu nyata hingga aroma tetes darah dan asap yang naik menusuk hidung. Jantung Lin Feng berdegup kencang sesaat.
Tapi kemudian ia menutup mata. Di dalam pikirannya, suara Xuan Qing yang sudah lama tak terdengar bergema pelan,
“Hati pedang tak akan tergoyahkan oleh bayangan masa lalu.”
Seperti besi yang dipanaskan lalu ditempa Lin Feng langsung membuka matanya kembali. Ia mengangkat bahunya lalu mengayunkan tangannya dengan posisi seolah memegang sebuah pedang. Satu tebasan tak kasat mata memecah ilusi di depannya. Api padam, mayat menghilang, tawa berubah menjadi jeritan yang lenyap.
Ia berjalan lurus melewati semua godaan—tahta kekuasaan, wanita-wanita cantik yang merayu, serta harta kekayaan yang menumpuk.
Semuanya ia abaikan.
Satu jam lima menit kemudian, ia melangkah keluar dari kabut. Rambutnya sedikit acak-acakan, tapi matanya lebih tajam dari sebelumnya.
Elder Han bangkit berdiri. “Luar biasa! Rekor baru dalam seratus tahun terakhir telah lahir kembali!”
Su Ling’er, yang selama ini tak memperhatikan siapa pun, untuk pertama kalinya melirik Lin Feng lama. Ada kilatan penasaran di mata birunya yang dingin.
Lin Feng beserta dengan para peserta lainnya yang lolos akhirnya sampai di tahap ketiga dimana tahap ini akan dimulai sore hari— pertarungan sparring di sepuluh arena sekaligus. Peserta akan dipasangkan secara acak, dan yang menang akan terus melangkah maju hingga yang tersisa hanya tiga ratus lima puluh murid terbaik.
Lin Feng duduk di bangku batu sambil memejamkan mata, memulihkan Qi dan stamina. Tiba-tiba, bayangan seseorang jatuh di depannya.
“Lin Feng.”
Ia membuka mata. Zhao Mei berdiri di sana sendirian, wajahnya penuh keraguan. “Aku… aku tak menyangka kau bisa sejauh ini. Dulu aku—”
Sebelum ia selesai, Zhao Long muncul dengan ekspresi penuh rasa benci dan menarik tangan adiknya dengan kasar. “Buat apa kau bicara dengan sampah itu? Dia pasti menggunakan trik curang tadi!”
Lin Feng bangkit perlahan, tatapannya dingin untuk pertama kalinya di hari itu.
“Curang? Kita lihat saja di arena nanti, apabila takdir mempertemukan kita.”
Lonceng kembali bergema. Pengumuman pasangan babak pertama dipasang di papan besar.
Lin Feng melirik nama lawannya.
Zhao Long – Arena 7.
Ia menarik napas lalu menghembuskannya secara perlahan, senyum tipis akhirnya muncul di bibirnya.
Sore itu, darah pertama akan tumpah di atas arena Sekte Pedang Langit.
jika berkenan mampir juga keceritaku PENJELAJAH WAKTU HIDUP DIZAMAN AJAIB
saya suka...saya suka.../Drool//Drool/
Terima kasih banyak atas dukungan dan kesetiaan kalian dalam mengikuti novel ini.
Saat ini, novel sedang dalam proses revisi, khususnya pada segi kepenulisan dan ejaan, agar alur cerita menjadi lebih rapi, nyaman dibaca, dan sesuai dengan kualitas yang diharapkan. Selain itu, terdapat beberapa adegan yang perlu dipotong, diperbaiki, atau diganti, demi memperkuat cerita serta menjaga konsistensi plot.
Proses ini dilakukan agar pengalaman membaca kalian menjadi jauh lebih baik ke depannya. Mohon pengertiannya apabila ada perubahan pada beberapa bagian cerita.
Sekali lagi, terima kasih atas kesabaran dan dukungan kalian. Semoga versi revisi nanti bisa memberikan kesan yang lebih mendalam dan memuaskan. 🙏✨