Lala mengalami kecelakaan yang membuat jiwanya terjebak di dalam raga seorang antagonis di dalam novel dark romance, ia menjadi Clara Shamora yang akan mati di tangan seorang mafia kejam yang mencintai protagonis wanita secara diam-diam.
Untuk menghindari nasib yang sama dengan Clara di dalam novel, Lala bertekad untuk tidak mengganggu sang protagonis wanita. Namun, ternyata ia salah langkah dan membuatnya diincar oleh malaikat mautnya sendiri—Sean Verren Dominic.
“Sekalinya milik Grey, maka hanya Grey yang bisa memilikinya.”
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon MTMH18, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bagian sebelas
“Hah?” Clara tidak bisa menyembunyikan keterkejutan.
Gadis itu tidak salah mendengar ‘kan? Pasti telinganya sedikit bermasalah, jadi pendengarannya menjadi buruk.
Tidak mungkin Sean menyuruhnya untuk tidur di sebelah pria itu, Clara sangat yakin kalau dirinya salah mendengar.
“Aku tidak terlalu mendengarnya, apa Kakak bisa mengulanginya?” Pinta gadis itu dengan ekspresi lucunya.
Sean menahan geramannya, lagi-lagi ekspresi lain Clara membuat kepalanya berdenyut sakit. Tapi Sean menyukai, pria itu menyukai rasa pusing yang membuatnya nyaris gila.
“Kak Sean?” Panggilan itu membuat Sean tersadar.
“Aku paling tidak suka mengulang kalimat yang sama,” ucap pria itu sambil menggendong Clara yang memekik kaget.
Jantung gadis itu berdetak semakin cepat, saat tubuhnya berada dalam gendongan Sean. Clara membuka matanya, saat merasakan punggungnya menyentuh sesuatu yang empuk.
Mata hijaunya terpaku pada wajah tampan Sean yang saat ini berada di atasnya, tatapan mereka saling terkunci dan jantung mereka sama-sama berdebar dengan kencang.
“I-ini terlalu dekat!” Clara tersadar lebih dulu, ia mendorong pelan dada bidang pria itu agar menjauh darinya.
Gadis itu menegang, saat Sean tidur di sebelahnya dengan kedua tangan yang masih memeluknya. Tubuhnya ditarik semakin mendekat, sehingga tidak ada jarak lagi di antara mereka.
“Bukannya aku hanya menemani Kak Sean sampai tertidur?” Clara mendongak untuk bisa menatap wajah Sean.
“Benar. Tapi dengan cara kau berada di pelukanku,” bisik pria itu dengan suara seraknya.
Clara hanya terdiam, bagaikan sebuah patung. Gadis itu benar-benar tidak paham dengan maksud Sean, ia mengira kalau hanya menemani pria itu sampai tertidur… bukan tidur bersama.
“Kau tidak boleh pergi! Saat bangun besok pagi, kau harus tetap berada di pelukanku.”
Kalimat itu terdengar seperti ancaman, jadi Clara benar-benar tidak bisa keluar dari dekapan Sean sampai besok pagi.
Gadis itu mencoba untuk tidur, meskipun perasaannya tidak bisa tenang. Clara berada di dekapan orang yang akan membunuhnya, rasanya sangat mengerikan.
Entah hanya perasaannya, karena Clara sudah mengantuk. Ia meraskan usapan lembut di punggungnya dan disusul oleh kecupan hangat di keningnya.
“Pasti kau lelah memasak untukku,” bisik Sean sambil menurunkan bibirnya ke pipi gadis kecilnya.
Pria itu masih belum mengantuk, jadi ia akan menatap wajah Clara sepuasnya.
“Kau sangat polos, Clara. Tidak memiliki kewaspadaan yang tinggi,” Sean menurunkan pandangannya ke bibir tipis yang berwarna merah muda itu.
Ia mendekatkan wajahnya, lalu mengecupnya sekali.
“Manis,” seraknya sambil kembali mengecupnya.
Awalnya hanya kecupan ringan, tetapi lama-kelamaan Sean tidak bisa menahan diri untuk menggerakkan bibirnya. Pria itu menyesap bibir manis Clara dengan pelan, karena tidak ingin membangunkan gadis kecilnya.
Setelah puas, Sean menarik wajahnya. Mata birunya terlihat berkilat senang, jempolnya mengusap bibir bawah Clara yang basah karenanya.
“Tunanganmu sangat bodoh, karena menyia-nyiakanmu yang sempurna. Dan beruntungnya aku, karena mendapatkan ciuman pertamamu,” seringai pria itu.
Sean sudah tahu kalau Clara masih belum memberikan ciuman pertamanya kepada Aaron, jadi Sean sangat merasa senang, karena menjadi yang pertama mencium Clara.
“Dan aku tidak akan membiarkannya untuk merebutmu kembali, kau hanya milikku!” Nada suara pria itu terdengar berbeda, tersirat akan keposesifan.
Sean terkekeh kecil, saat Clara bergerak untuk mencari posisi yang nyaman. Gadis itu memeluknya dengan erat, membuat Sean membalasnya tak kalah erat.
“Mimpi indah, Baby,” bisik pria itu, sebelum ikut memejamkan mata.
Sean mulai mengantuk, karena ada Clara yang memberikan pelukan yang sangat nyaman. Tidak biasanya pria itu tidur lebih awal, Clara benar-benar obat yang sangat ampuh untuk menenangkannya.
...***...
Clara sedang bersiap-siap untuk berangkat ke kampus, gadis itu kembali mengingat kejadian tadi… di mana ia terbangun di dekapan Sean.
“Aku sama sekali tidak mendapatkan luka,” gumam Clara yang merasa lega, karena tubuhnya tidak ada luka sama sekali.
Gadis itu mengembangkan senyumannya, itu artinya Sean sudah percaya kepadanya. Semoga pria itu akan terus mempercayainya, jadi nyawa Clara akan aman.
“Apa yang membuatmu tersenyum?” Suara itu mengejutkannya.
“Kenapa Kak Sean bisa masuk ke sini?” Gadis itu balik bertanya.
Sean menaikkan sebelah alisnya, “Pertanyaan macam apa itu? Apa kau lupa siapa pemilik tempat ini?”
Clara meringis pelan, saat menyadari kebodohannya. Ia lupa kalau Mansion ini adalah milik Sean, jadi pria itu akan bebas masuk ke ruangan mana saja.
“Maaf,” ucap gadis itu yang takut Sean marah.
“Sekarang turun! Kita sarapan bersama!” Pria itu menarik tangan Clara untuk segera keluar.
Beruntungnya gadis itu sudah selesai bersiap-siap, jadi ia langsung meraih tasnya… sebelum mengikuti langkah lebar Sean.
“Kakimu sangat pendek, jadi lama jalannya!” Pria itu kembali menggendong Clara, membuat gadis itu langsung memeluk lehernya.
“Kak Sean aja yang kakinya terlalu panjang,” lagi-lagi Clara tidak bisa menahan mulutnya.
Gadis itu menyengir saat Sean menatapnya dengan tajam, ia mengira kalau pria itu akan marah, tetapi…
“Aku akan menggendongmu, jika kau kesulitan berjalan,” balas Sean sambil melabuhkan kecupan ringan di pipi gadis kecilnya.
“Kenapa Kakak cium aku?” Tanya Clara yang terkejut, karena sudah dua kali pria itu mencium pipinya.
Padahal tadi malam, bukan hanya pipinya yang menjadi sasaran dari bibir Sean. Tetapi Clara tidak mengetahuinya, jadi gadis itu mengira kalau Sean hanya mencium pipinya sebanyak dua kali.
“Karena aku menyukainya,” jawab pria itu.
“Menyukai…” Clara mencoba mencerna kalimat yang baru saja diucapkan Sean.
Beberapa saat kemudian, gadis itu mulai menyadari sesuatu. Ia menatap mata tajam Sean yang ternyata masih menatapnya.
“Kak Sean menyukaiku?” Entah apa yang baru saja Clara katakan, tetapi di kepalanya muncul jawaban seperti itu.
Sean menarik sudut bibirnya, ia mendekatkan wajahnya dan seketika mata hijau Clara membulat sempurna.
“Ya, aku menyukaimu,” bisik pria itu di depan bibir gadis kecilnya.
Clara masih terlihat syok, mata hijaunya terlihat bergetar.
“Bagaimana bisa?” Pertanyaan itu keluar begitu saja.
“Karena kau sangat menarik.”
Sean kembali menjawabnya, membuat Clara melemas. Gadis itu tidak tahu apa yang membuat Sean tertarik kepadanya, tetapi ada perasaan lega saat tahu kalau pria itu tertarik kepadanya.
“Bukannya Kak Sean suka sama Bella?” Clara merutuki bibirnya yang tidak bisa direm.
“Bella? Saudara angkatmu?”
Clara menganggukkan kepalanya. “Semua orang menyukai Bella, dan membenciku.”
Mata hijaunya menyorot sedih, saatnya Clara memainkan perannya sebagai seorang antagonis. Gadis itu tidak akan menyia-nyiakan kesempatan ini untuk memanfaatkan Sean agar berada dipihaknya, bonusnya Clara tidak akan mati di tangan pria itu.
“Bahkan keluargaku sendiri, mereka lebih mencintai Bella daripada… mmh?” Gadis itu terkejut saat Sean mengecup bibirnya.
“Aku tidak pernah menyukainya! Dan orang yang aku sukai adalah dirimu, Clara.”
“Apa omongan Kak Sean bisa aku percaya? Aku sudah sering dikecewakan,” Clara menatap pria itu dengan tatapan ragu.
“Kau bisa mempercayaiku, karena aku tidak pernah menarik kata-kataku!”
Bersambung.
up..up..up..
/Determined//Determined//Determined/