NovelToon NovelToon
Sistem Kultivasi Dewa Jahat

Sistem Kultivasi Dewa Jahat

Status: sedang berlangsung
Genre:Action / Reinkarnasi / Sistem / Kelahiran kembali menjadi kuat / Budidaya dan Peningkatan / Toko Interdimensi
Popularitas:4.9k
Nilai: 5
Nama Author: SuciptaYasha

Wang Cheng, raja mafia dunia bawah, mati dikhianati rekannya sendiri. Namun jiwanya bereinkarnasi ke dalam tubuh seorang tuan muda brengsek yang dibenci semua orang.

Tapi di balik reputasi buruk itu, Wang Cheng menemukan kenyataan mengejutkan—pemilik tubuh sebelumnya sebenarnya adalah pria baik hati yang dipaksa menjadi kejam oleh Sistem Dewa Jahat, sebuah sistem misterius yang hanya berkembang lewat kebencian.

Kini, Wang Cheng mengambil alih sistem itu bukan dengan belas kasihan, tapi dengan pengalaman, strategi, dan kekejaman seorang raja mafia. Jika dunia membencinya, maka dia akan menjadi dewa yang layak untuk dibenci.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon SuciptaYasha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

8 Rumah Pelelangan Rantai Perunggu

Keesokan harinya:

Langit mulai cerah saat Wang Cheng keluar dari kediaman keluarga Wang. Gerbang utama yang dijaga dua kultivator lapis baja tak bersuara saat ia melintas.

Mereka hanya menunduk, tak berani menatap langsung kearah Tuan Muda Kelima yang tumben keluar menggunakan jubah hitam. Namun, mereka tak berani berkomentar.

Kota Wanglong—wilayah utama bagian Utara yang dikelola langsung oleh keluarga Wang—menyambutnya dengan keramaian khas pagi hari. Derap kaki kuda dan roda kereta berdentang di jalanan berbatu. Pedagang berteriak menawarkan dagangan: dari rempah, kain halus, sampai batu roh berkualitas rendah.

Bangunan kayu dan batu bata merah berdiri rapat, menandakan kehidupan yang padat namun teratur. Penduduknya mengenakan pakaian tradisional, dari tunik panjang hingga jubah sederhana. Beberapa ibu-ibu menjemur kain di atas balkon, sementara anak-anak berlarian dengan riang di tengah jalan.

Di tengah keramaian itu, Wang Cheng berjalan perlahan di jalur utama kota. Tubuhnya diselimuti jubah hitam panjang, tudung besar menutupi sebagian wajahnya.

Orang-orang tidak bisa mengenalinya, namun aura kelam yang ia bawa membuat mereka secara naluriah memberi jalan. Tatapannya fokus, tak terganggu oleh bisingnya dunia luar.

Hingga…

“BRUK!”

Seorang anak laki-laki menabraknya. Bocah itu terjatuh ke tanah dan meringis kesakitan. Wang Cheng menghentikan langkahnya, menatap lurus ke anak tersebut dari balik tudungnya.

"Maaf, paman…” ucap bocah itu. Namun saat ia menengadah dan melihat sepasang mata tajam yang telah banyak melakukan kejahatan, tubuhnya langsung menegang.

Rasa dingin menjalari punggungnya.

“Jangan lihat dia! Ayo pergi!” teriak temannya, menyeret bocah itu menjauh dari Wang Cheng. Mereka berlari sambil melirik ngeri ke belakang.

Wang Cheng berdiri mematung sejenak. Lalu ia membuka layar sistem dalam hatinya. Hasilnya:

> [Poin Kebencian: 0]

“Hmph,” ia mengerutkan kening.

Mouth, yang sejak tadi bersembunyi di bayangan kerudungnya, tertawa kecil dan bergumam, “Itu hanya ketakutan, bukan kebencian. Dua hal yang sangat berbeda, bodoh!”

Wang Cheng melirik sekilas ke arahnya.

Mouth mengambang keluar seperti biasa, menyilangkan tangan sambil bersikap seperti seorang guru. “Ketakutan adalah reaksi alami terhadap ancaman—baik nyata atau tidak. Tapi kebencian... itu lahir dari pengalaman pahit, penghinaan, kehilangan, atau trauma yang mendalam. Anak itu takut padamu karena auramu yang mengerikan. Tapi mereka belum mengenalmu cukup dalam untuk membencimu. Belum ada luka, belum ada cerita, maka belum ada kebencian.”

"Dan begitulah..." Mouth membuka matanya setelah penjelasan panjang lebar. Namun, Wang Cheng sudah tidak di sebelahnya.

Wang Cheng sudah jauh di depan sana, mengabaikan ocehan Mouth yang mulai membahas teori emosi dan psikologi jiwa seperti kultivator level tinggi yang terlalu banyak membaca buku filsafat.

Beberapa blok kemudian, ia akhirnya sampai di sebuah bangunan besar berdinding batu kelabu dengan pintu gerbang besi tebal.

Di atasnya, terpampang papan kayu bertuliskan: Rumah Pelelangan Rantai Perunggu — Cabang Wanglong

Begitu Wang Cheng membuka pintu besi berat itu, bau tajam obat luka dan kayu bakar menyambutnya.

Di dalam, ruangan utama cukup luas, dengan lantai marmer kusam dan deretan sangkar besi besar di sisi dinding.

Budak-budak duduk diam di dalam sangkar itu. Beberapa terlihat lusuh, beberapa masih muda dan sehat. Mereka mengenakan kalung besi, tanda legalitas mereka sebagai budak resmi.

Namun, tak sedikit pula yang tidak mengenakan apapun selain pakaian robek—indikasi bahwa mereka adalah budak ilegal.

Di dunia ini, perbudakan bukanlah hal yang asing. Sistem hukum mengakui dua jenis perbudakan:

Budak Legal: Biasanya adalah orang-orang yang terlilit utang. Mereka atau keluarganya menjual diri secara sukarela (dalam tanda kutip) untuk membayar hutang. Para budak legal memiliki kontrak dan terdaftar dalam sistem kota. Biasanya mereka dapat lepas dari status budak setelah pekerjaan mereka mencapai target hutang.

Budak Ilegal: Hasil dari penyerangan desa terpencil, ataupun klan khusus, juga termasuk korban pembantaian atau penculikan. Mereka tidak memiliki identitas resmi dan dijual di pasar gelap. Sayangnya, pasar resmi seperti Rantai Perunggu ini tak sepenuhnya bersih. Banyak budak ilegal yang dibersihkan dokumennya lalu disulap menjadi "resmi".

Meski begitu, Budak Ilegal cenderung tidak memiliki kesempatan untuk terlepas dari status budak hingga mereka mati.

Di ruangan lain. Bos rumah pelelangan itu sedang duduk di meja resepsionis saat pintu gerbang berat berderit terbuka. Dua penjaga di dalam ruangan langsung bersiaga melihat kedatangan Wang Cheng dengan penampilan mencurigakan, namun pria gemuk berkumis tebal itu melambaikan tangannya.

“Tenang, tenang. Mungkin pelanggan baru,” gumamnya sembari berdiri.

Namun, saat ia melihat sosok berjubah hitam masuk, napasnya langsung tercekat.

Langkah Wang Cheng tenang, berat, dan tak tergesa. Suara sepatunya menapak lantai marmer terdengar seperti genderang kematian. Begitu sampai beberapa langkah dari meja utama, ia mengangkat tangannya, lalu membuka tudung jubahnya.

Cahaya samar dari lentera di langit-langit menyinari wajahnya yang tampan namun dingin, seperti pualam yang diukir dari penderitaan dan darah.

Wajah pria gemuk itu langsung memucat. “T-T-Tuan Muda Kelima…?” gumamnya, kaku seperti patung.

Wang Cheng tidak menjawab. Ia hanya menatap pria gemuk itu dengan tatapan yang lebih tajam dari belati.

“Ahaha… saya tidak menyangka… tamu terhormat seperti Anda akan mengunjungi tempat kami yang… ehemm… sederhana ini.” Bos itu langsung menunduk, gemetar, keringat membanjiri pelipisnya meski suhu ruangan tidak panas.

Namanya adalah Kou Jin, pemilik Rumah Pelelangan Rantai Perunggu cabang Wanglong. Dalam dunia bawah, ia dikenal sebagai "Penjagal Senyum", karena caranya tertawa bahkan saat menyuruh orang dicincang hidup-hidup.

Namun hari ini, senyumnya lenyap total.

'Sialan... kenapa bajingan ini tiba-tiba mengunjungiku?' batinnya dalam hati.

Bagaimana ia bisa lupa pada Wang Cheng?

Beberapa tahun lalu, bisnisnya di wilayah barat hampir runtuh gara-gara “pahlawan” gila ini. Saat itu, anak buah Kou Jin mencoba menangkap penduduk desa kecil untuk dijadikan budak secara ilegal.

Namun sebelum mereka berhasil, Wang Cheng datang, tanpa peringatan dan menyembelih sebagian besar bawahannya dengan ekspresi dingin seperti sedang memotong ayam.

Ia membunuh setengah, dan membiarkan sisanya kabur dengan penuh ketakutan dan kebencian yang terpendam.

Tapi apakah Wang Cheng menjadi "pahlawan" yang menyelamatkan penduduk desa? Tidak juga, ia malah menagih harga kepada penduduk desa yang telah ia selamatkan.

Mereka semua membayar dengan seluruh harta benda mereka sehingga tidak mampu bertahan saat musim dingin tiba. Akibatnya, lebih dari setengah penduduk kota harus kehilangan nyawanya karena kedinginan.

Sisanya yang selamat kemudian menanam kebencian dalam hati mereka kepada Wang Cheng.

Di mata orang-orang, tidak yang namanya kebaikan dari setiap tindakan Wang Cheng.

'Pahlawan? Bajingan berdarah dingin, lebih tepatnya…' gumam Kou Jin dalam hati, namun wajahnya tetap tersenyum ramah.

[Kou Jin membencimu: +80 Poin Kebencian]

[Pengawal Kou Jin 1 membencimu: +60 Poin Kebencian]

[Pengawal Kou Jin 2 membencimu: +60 Poin Kebencian]

Saat itu juga, suara sistem bergema di dalam kesadarannya. Wang Cheng mengangguk pelan, seolah menyambut suara sistem seperti angin pagi.

Ia menatap ke dalam mata Kou Jin, lalu berkata dengan datar, “Aku butuh budak.”

Kou Jin menelan ludah. “T-Tentu… tentu saja. Kami punya banyak stok baru… muda, kuat, bahkan beberapa memiliki akar spiritual. Semuanya tersedia.”

Ia melangkah ke samping, mempersilakan Wang Cheng masuk lebih dalam ke area penawaran spesial.

Namun dalam hatinya, Kou Jin bersumpah. 'Suatu saat jika bajingan ini jatuh, maka aku sendiri yang akan menendang mayatnya ke dalam jurang…'

[Kou Jin membencimu: +80 Poin Kebencian]

Wang Cheng menatap notifikasi sistem. 'sampai memberikan dua gelombang kebencian... sepertinya dia sangat membenciku sampai ingin membunuhku.'

Dan dari balik bayangan, Mouth hanya menghela napas dan berbisik geli, “Satu langkah kecil bagi seorang kultivator... satu jurang besar bagi moralitas umat manusia.”

1
Arman Jaya
lanjjjuuuuttttt
sangtaipan
uwayoooo keren lah sangattt
sangtaipan
ditunggu chapter selanjutnya sobat🔥
sangtaipan
mantap thor, tetap semangat
sangtaipan
keren parah sih
Baby Bear
bagus
Baby Bear
lanjut ka semangat 💪💪💪💪💪
sangtaipan
bagusss bangettt
sangtaipan
keren parahhh
Andi Liu
bagus
Andi Liu
lanjutkan
sangtaipan
hahaha sadiss membunuh jiwa dan raga tanpa menyentuh
Hr⁰ⁿ
Thor mantap alur ceritanya,dan kalo bisa MC di percepat jadi kuat biar nambah seru,
sering sering update Thor
M.ARK: kalau kakaknya berkenan, mampir juga kak ke ceritaku ya kak. terima kasih kak🙏
Hr⁰ⁿ: udh gw ksih kopi Thor,smngt update
total 2 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!