Mira tiba-tiba terjebak di dalam kamar hotel bersama dengan Angga—bosnya yang dingin, arogan, dan cuek. Tak disangka, setelah kejadian malam itu, hidup Mira benar-benar terbawa oleh arus drama rumah tangga yang berkepanjangan dan melelahkan.
Mira bahkan mengandung benih dari bosnya itu. Tapi, cinta tak pernah hadir di antara mereka. Namun, Mira tetap berusaha menjadi istri yang baik meskipun cintanya bertepuk sebelah tangan. Hingga suatu waktu, Mira memilih untuk mundur dan menyudahi perjuangannya untuk mendapatkan hati Angga.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mama Rey, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BUKAN URUSAN ANDA!
Setelah melakukan hubungan badan dengan Carla, Angga kian merasa menyesal. Dia merasa sangat bodoh hingga meminta kekasihnya datang ke rumahnya di tengah malam. Dia merasa ditipu oleh wanita itu.
"Kenapa aku malah meminta Carla datang sih? Bukankah seharusnya aku mencari Mira?" Dia mendengkus.
"Ah ... kukira semuanya akan baik-baik saja saat dia pergi. Ternyata aku mulai terbiasa serumah dengannya. Ada sesuatu yang berbeda, sesuatu yang tidak kutemukan di dalam diri Carla. Entahlah apa itu," gumamnya sambil mengutak atik gawainya berulang kali.
"Haduh, lebay amat sih aku ini? Itu hanya rasa bersalah karena aku selalu bersikap dingin kepada perempuan itu. Lagi pula ... kami tidak saling mencintai. Apa susahnya sih jauh dari dia? Biarkan dia pergi kemanapaun dia mau!" Kerisauan di hati Angga kian menjadi dan dia terus merutuki dirinya sendiri.
Angga mencoba memejamkan mata, tapi ia tak mampu. Dibukanya lagi gawainya lalu ia buka aplikasi hijau. Berulang kali ia scrol-scrol riwayat chating dengan istrinya.
"Mira ... Mira ... kenapa kamu tiba-tiba ada di kamar hotel itu bersamaku? Apakah kamu sengaja menjebakku? Ah, tidak mungkin. Apakah ada yang sengaja ingin menjatuhkan diriku? Atau ... menjatuhkan Papa lewat aku? Haaaaah ...!" Pria itu segera turun dari ranjangnya dan berdiri di dekat jendela.
Malam sudah sangat larut, semua manusia sudah terlelap. Tapi Angga masih enggan menutup mata. Tiba-tiba dia mengingat bagaimana rasa bibir Mira yang sangat manis malam itu. Angga masih merasakan bagaimana rasanya saat pertama kali ia merobek selaput dara istrinya.
"KREK ..., begitulah sensasinya." Dia tersenyum miring.
Memikirkan Mira ternyata membuat Angga cukup kesal. Dan tanpa dia sadari, jari jemarinya telah mengetik sebuah pesan.
"Mir ... kamu dimana?" tulisnya, lalu ia kirim.
Sedetik kemudian, pesan itu langsung centang dua, dan beberapa detik setelahnya ..., pesan itupun dibaca oleh Mira.
Angga terbelalak.
"Oh my God ...! Dia langsung membaca," gumamnya dengan gusar.
Pria itu segera menarik lagi pesan yang sudah dibaca istrinya itu.
"Sorry salah kirim!" tulisnya lagi dengan wajah dingin tapi cukup gugup.
Pesan langsung terkirim dan terbaca. Tapi Mira tidak membalas sama sekali.
"Oh, dasar perempuan gak tau diri ...!" Angga kembali mendengkus dan merebahkan diri di samping Carla.
****
Pagi hari, sepasang kekasih itu mengerjap dan menggeliat bersama. Carla terus memeluk Angga dengan erat. Berulang kali ia mengajak untuk lanjut ke ronde kedua, tetapi Angga menolaknya dengan tegas.
"Mandi dulu, terus sarapan di bawah. Bik Wati pasti sudah membuat sarapan kesukaanku," kata Angga kepada pacarnya.
"Uhhmmm ... pengen mandi berdua." Carla mulai merajuk manja.
"Kapan-kapan saja." Angga pun kembali menampilkan sisi dingin dan juteknya.
"Ehhmmm ... baiklah." Wanita itu pun mencebik, lalu mengangguk dengan bibir mecucu.
Carla masuk ke kamar mandi, dan Angga hanya bermain HP lagi. Dia melihat kelanjutan pesannya semalam. Benar-benar tak ada balasan dari istrinya.
Tak lama kemudian, Carla keluar lagi dari kamar mandi, dia sudah memakai baju dengan rapi, sudah memasang makeup tipis di wajahnya juga.
"Gak mandi?" Angga mendongak.
"Mandi di rumah saja lah. Yang penting udah cebok, hehehe, cebok bekas ML semalam." Wanita itu terkekeh.
"Meki-ku masih bau sp*rma, aku sukaaa bau sp*rma," tandasnya dengan wajah gembira.
Angga hanya terdiam, entah kenapa dia merasa mual melihat tingkah Carla, padahal mereka telah menjalin asmara selama dua tahun.
"Ayo turun," kata Angga.
"Kamu gak mandi?" Clara mencebik.
"Nanti saja, aku ke kantor siang, kok." Pria itu menyahuti dengan wajah datar.
Mereka pun meninggalkan kamar dan menuruni tangga dengan bergandengan tangan. Keduanya merasa lapar setelah semalam bergumul dengan begitu hot. Clara terus bergelayut manja di lengan Angga dengan lenggak lenggok syantiik ala-ala wanita manjaah.
"Sudah selesai main-mainnya?" Suara Pak Bambang membuat mereka terkejut hingga keduanya berjingkat bersamaan.
Angga sontak melepas lengan Clara dan menoleh ke ruangan tengah yang terhalang oleh beberapa hiasan di tangga.
"Papa ...? Mama ...?" Matanya terbelalak dan jantungnya berdegup kian kencang.
"Setelah memecat istri sah dari kantor, lalu mengundang wanita lain masuk ke dalam kamar?" Bu Ice menimpali.
"Ma ma ma Mama tau dari mana?" Angga masih terbelalak lebar, bahkan bibirnya bergetar saat berucap.
"Itu hanyalah soal profesionalisme dalam bekerja," tandasnya.
"Itu tidak penting, yang terpenting sekarang adalah ... kamu harus membawa Mira kembali ke rumah ini. Atau ... saham yang kau miliki, akan Papa tarik kembali." Pak Bambang terdengar begitu tegas kepada putranya.
Angga terbelalak.
"Dan wanita ini ... lebih baik kalian nikah siri saja agar tidak zina terus menerus! Papa tidak suka perzinahan, itu dosa besar! Tapi ... Papa lebih pro kalau soal poligami." Pria paruh baya itu melanjutkan dengan serius.
"Papa ...! Apa-apaan ini? Jangan mengajari anakmu berpoligami!" Bu Ice memekik geram.
"Dari pada zina? Ya mending poligami laah ...!" Pak Bambang mendengkus kesal.
"No, no, no, no! Tak ada ijin bagi Angga untuk berpoligami! Titik!" Bu Ice menatap suami dan anaknya dengan tajam.
"Dan kau ...! Pulanglah sebelum aku mengusirmu dengan paksa!" Wanita paruh baya itu menyorot Carla dengan begitu garang, seakan hendak menikamnya.
Carla pun mendengkus.
"Tante ... Om ... kalian ini terlalu overthinking, deh. Aku itu cuma menemani Angga di kamar, kami tidak ngapa-ngapain, kami tidak berzina seperti yang kalian tuduhkan. Huuh ... ini sama saja kayak pelecehan harga diri dan pencemaran nama baik, lhoh," rutuknya sambil mengibaskan rambutnya yang silky dan wangi.
"Carla benar, Ma. Angga dan dia hanya berduaan di kamar karena Angga kesepian." Pria itu pun menimpali.
"Jangan membohongi Mama dan Papa. Kami sudah tahu semuanya, kalian melakuan hubungan suami istri. Kami tahu itu! Apa perlu Papa puter rekamannya?" sahut Pak Bambang dengan tatapan tajam.
"Rekaman? Apakah Mama memasang CCTV rahasia di kamar Angga?" Pria itu terbelalak.
"Hanya untuk berjaga-jaga saja, agar kau tidak gegabah di dalam rumah! Mama memasangnya sejak Mira sakit. Mama ingin tahu seberapa besar perhatianmu kepada istrimu. Namun ternyata ... Mira tidak pernah tidur di kamarmu. Kau hanya memasukkan kawan-kawanmu untuk sekedar bermain gaming, dan semalam ... kamu bercinta dengan wanita ini ke dalam kamar itu," sahut Bu Ice dengan santai.
Angga menarik nafas dengan gusar. Dia terlihat sangat marah.
"Mama ... itu adalah ranah privasi Angga!" teriaknya.
"Angga! Turunkan suaramu di depan mamamu!" Pak Bambang menyahuti dengan tatapan nyalang juga.
"Mama yang memulai!" Angga pun kian meradang.
"Assalamualaikum." Terdengar seseorang berucap salam dan ada suara kaki melangkah masuk. Pintu depan memanglah tidak ditutup, karena Bik Wati sedang menyapu halaman depan.
"Mira ...?" Bu Ice segera meninggalkan Angga dan Carla, lalu menghampiri menantunya yang baru masuk ke dalam rumah.
"Kamu dari mana saja, Nak? Setelah mengirimkan surat resign ke email Mama dan Papa, kamu tiba-tiba tidak membalas pesan kami," ucapnya dengan tatapan haru.
"Mira ke rumah sakit, Ma. Ibu opname, dia mendadak drop," sahut Mira dengan senyum tipis.
"Jadi, semalam kamu tidur di rumah sakit?" Pak Bambang menimpali.
"Iya, Pa. Maaf tidak mengabari. Mira sedang banyak pikiran. Lagi pula ... ada atau tidak ada Mira di rumah ini, pastinya juga tidak ada bedanya," kata wanita itu.
"Jangan berkata begitu. Kabar itu adalah hal penting. Ada pepatah mengatakan ... lebih baik menerima kabar buruk dari pada tak ada kabar sama sekali," sahut Bu Ice.
"Iya, Ma ..., Pa ..., Mira mohon maaf." Istri Angga itu pun mengangguk, lalu tersenyum.
"Baiklah, Mira mau bersiap dulu, Ma. Sudah jam tujuh, nanti keburu terlambat ke kantor. Mira pulang untuk mengambil baju kerja," sambung si Mira seraya berjalan ke kamarnya.
"Dasar tak tahu malu! Sudah dipecat masih saja mau ke kantor? Cih ...!" Carla meneriaki Mira dengan bibir mencebik.
Mira segera berbalik bada,, lalu menoleh kepada sepasang kekasih di bawah tangga itu.
"Jangan GR dulu ... aku tidak akan kembali ke perusahaan milik pacarmu itu, kok, Sist ...! Mulai hari ini, aku akan bekerja di kantor lain!" Mira mencebik, lalu tersenyum getir dengan tatapan meledek ke arah Carla.
Semua orang di ruangan itu terbelalak. Tak terkecuali Pak Bambang dan Bu Ice.
"Kamu bekerja dimana?" Angga akhirnya angkat bicara, wajahnya memerah seketika saat mendengar penuturan Mira.
"Bukan urusan Anda, Pak!" Mira menoleh sekilas lalu masuk ke dalam kamarnya.