Sebelum baca sebaiknya baca novel aku yang berjudul, Love You Kak Kenan. soalnya cerita ini ada kaitannya dengan cerita tersebut.
🕊️🕊️🕊️
Kevano Aiden Alaska, adalah seorang pemuda yang kejam dan apa yang ia inginkan harus di turuti. Ia mencintai seorang gadis yang bernama Vania Keyla Clarissta.
Vania adalah seorang gadis yang sangat baik, akibat kebaikannya orang di sekitanya memanfaatkannya dan selalu menjadi bahan bullying di sekolahnya. Ia sangat takut kepada Aiden dan membenci sosok Aiden.
Raiden Azra Alaska, Raiden merupakan adik dari Aiden dan sifatnya berbanding terbalik dengan Aiden, Raiden sangat ceria dan ramah, ia juga mencintai Vania tetapi dalam diam dan tidak berani mengungkapkan perasaannya.
kalau kalian suka, baca langsung ajalah.
ig: fj_kk17
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Fitriishn, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 8. Ireng
HAPPY HAPPY AJAAA ~~~~
Raiden dan juga Vania pergi menuju toko alat musik terlebih dahulu, saat diparkir Vania melihat semua siswa yang sangat ramai disana. "Kak boleh gak kita tunggu sampai parkiran sepi?" Tanya Vania sangat takut melihat orang-orang yang menatapnya dengan tatapan aneh, apalagi tatapan para perempuan.
"Emangnya kenapa?" Tanya Raiden
"Aku malu kak!"
"Ngapain malu? Kan Lo pakai baju?!" Ucap Raiden menarik tangan Vania berjalan menuju mobilnya.
Setelah masuk ke dalam mobil barulah Vania bisa aman dan tenang.
Raiden menancap gas menuju toko alat musik, setalah sampai di toko tersebut keduanya segera masuk dan Raiden berbicara dengan pemilik toko, sedangkan Vania hanya duduk sembari menunggu Raiden selesai berbicara dengan pemilik toko alat musik tersebut.
Vania memperhatikan pahatan wajah Raiden yang sangat sempurna, saat asik melamun memperhatikan wajah Raiden, tiba-tiba Raiden menoleh menatap Vania. Dengan cepat Vania mengalihkan pandangannya malu.
Raiden tertawa kecil melihat tingkah Vania dan kembali melanjutkan perbincangannya dengan pemilik toko tersebut.
Tiga puluh menit kemudian Raiden selesai, ia menghampiri Vania yang asik bermain handphonenya. "Yuk cari makan." Ajak Raiden mengambil tasnya yang berada di pangkuan Vania.
"Aku langsung pulang aja ya kak! Ibu aku hari ini cepat pulang." Ujar Vania.
"Gak! Kan tadi gue udah bilang kalau gue akan ajak Lo makan siang habis itu baru pulang Van."
"Tapi kak..."
"Gak ada tapi tapi Van! Kan Lo udah izin ngapain takut sih?" Tanya Raiden dan hanya bisa dianggukki oleh Vania.
Saat mereka keluar tak sengaja Vania berpapasan dengan Diva. "Ehhh hai Vaniii!" Sapa Diva dengan ceria menatap keduanya, bukan keduanya hanya Raiden saja.
"Hai Div? Kamu ngapain disini?" Tanya Vania sedikit kesal.
"Ini nih aku mau perbaiki biola aku." Ujar Diva menunjuk tas biolanya.
"Ohh!" Ujar Vania mengangguk singkat.
"Ini... Yang semalam kan?" Tanya Vania menunjuk Raiden.
"Jangan tunjuk-tunjuk Lo Ireng!" Ujar Raiden menarik tangan Vania ia tidak suka melihat Diva yang ada di sana.
Vania tersenyum senang karena Raiden segera menariknya dan mengakhiri komunikasinya dengan Diva, ia kesal padanya karena Diva, ia harus berurusan dengan Raiden.
"Huhh! Makasih ya kak." Ujar Vania tersenyum mendengar ucapan Raiden.
"Raiden masuk ke dalam mobil begitu juga dengan Vania. "Ngapain berterimakasih?" Tanya Raiden binggung.
"Karena udah mau tarik aku dari Diva."
"Emangnya dia kenapa? Dan si Ireng itu siapa Lo?" Tanya Raiden lagi dan lagi.
"Dia sepupu aku dan dia sangat suka ngambil hak yang aku punya." Cerita Vania.
"Ohh gitu... Kenapa beda banget?"
"Beda gimana kak?" Tanya Vania balik bertanya.
"Kenapa dia Ireng?"
Vania tertawa lepas mendengar lelucon Raiden. "Hahaha kakak bisa aja bercanda, padahal Diva secantik itu kakak malah bilang Ireng."
"Gue gak bercanda Van, lihat deh leher sama wajahnya beda banget gak sih? Dia cocoknya di panggil dempul." Ujar Raiden membuat tawa Vania makin pecah.
"Hahah kakak lucu banget kalau gini." Ujar Vania membuat senyum di wajah Raiden terbit.
"Lo cantik Van!" Ujar Raiden tiba-tiba.
Vania menyudahi tawanya dan tercengang mendengar ucapan Raiden. "Kakak bilang apa tadi?" Tanya Vania kurang jelas mendengar ucapannya.
"Gak ada! Kita makan di sana aja." Ujar Raiden menuju salah satu restoran ternama di kota itu.
Memesan menu makan dan memakannya dengan penuh nikmat. "Kak Rai beneran gak suka sama Diva?" Tanya Vania masih kepikiran dengan surat cinta itu.
"Gue? Suka sama dempul? Sorry gue cowok mahal."
"Tapi kenapa mau jadi pacar aku?" Tanya Vania membuat Raiden terdiam.
"I-tu... Karena ada sebab dan Lo gak perlu tau." Ujar Raiden dianggukki oleh Vania.
Setalah makan siang Raiden mengantar Vania dengan kecepatan yang lambat, bahkan Vania hampir tertidur akibat Raiden menyetir sangat lama. "Kak boleh di cepatin gak?"
"Ini udah cepat Van!" Ujar Raiden melaju sedikit cepat dari sebelumnya.
Setalah sampai di rumahnya, Raiden berpamitan dan dibalas anggukan oleh Vania.
Vania memasuki rumahnya dengan langkah riang, sebab ibunya sudah ada di dalam rumah. Saat kebahagiaannya selalu ada Diva yang menjadi penghambat. Ia sudah ada di dapur membantu ibunya menyajikan makan malam.
"Ya ampun Vani, kamu dari mana aja sih nak? Baru jam segini pulang? Ibu gak enak sama Diva yang bantu ibu bukan kamu." Omel Emma pada Vania.
"Gakpapa kok Tante Diva rela bantuin Tante."
"Tuh Van, kamu harus contoh Diva yah nak?"
"Iya mah." Ujar Vania kesal.
"Yah sudah kamu ganti baju sana." Suruh Emma dianggukki oleh Vania.
Vania Menaiki tangga dengan sedih, niat awalnya ingin menghabiskan waktu yang singkat ini bersama dengan ibunya.
Setelah selesai ganti baju, Vania turun dan ikut membantu kedua wanita beda usia itu untuk memasak.
Setelah selesai mereka makan malam bertiga. Saat di sela-sela makan mereka Emma bertanya kepada Vania. "Gimana sekolah baru kamu sayang?"
"Biasa aja Bu, gak ada yang menarik." Ujar Vania fokus pada makanannya.
"Kalau kamu Diva?"
"Sibuk banget Tante, Diva harus mengikuti banyak olimpiade dan paling anehnya lagi kan Tan diva masih murid baru tapi udah dipilih."
"Wahh hebat ya kamu, andai Vania punya sedikit keahlian seperti kamu! Pasti Tante sangat senang."
Vania tersenyum miris mendengar ucapan ibunya, ia tau dia tidak sehebat Diva. Tapi apa perkataan ibunya wajar?
Usai makan malam Vania berpamitan ke kamarnya dengan alasan banyak tugas, padahal dia hanya ingin menghindari Diva.
Didalam kamarnya Vania hanya rebahan dan tidak sama sekali membuka bukunya.
Saat asik menatap plafon kamarnya, tiba tiba ponselnya berbunyi. Itu adalah pesan dari Raiden yang mengirimkan sebuah foto.
...Kak Raiden....
...Online....
Pacar, gue ganteng kan?
^^^Iya kamu ganteng kak.^^^
Vania menzoom gambar itu dan memang sangat sangat ganteng dia pun tidak bohong bahwa seorag Raiden sangat ganteng dan baik.
Gue tau itu...
Sibuk gak? Telponan yuk?
Belum sempat menjawab Raiden sudah memulai panggilan. Vania menerima panggilan Raiden yang menunjukkan gambar Raiden disana.
"Gue bosan banget suer, Lo juga bosan gak?" Tanya Raiden dari sebrang sana.
"Ehmm lumayan sih kak."
"Untuk mengurangi rasa bosan gimana kalau kita main tebak tebakan? Yang menang, turutin semua perintah yang kalah?" Tanya Raiden memberi tawaran.
Vania tampak berpikir sejenak ini kesempatan untuknya jika ia memang, tapi jika ia kalah... Tak mengapa ia akan mencoba.
"Oke kak." Ujar Vania.
"Oke gue yang kasih pertanyaan Lo yang jawab ya?"
Vania kembali mengangguk dan Raiden memulai pertanyaannya.
"Ada sebuah pohon kelapa dan tiga hewan yaitu monyet, kura-kura, dan elang. Yang menjadi pertanyaan siapa yang lebih dahulu dapat pisang?"
"Monyet dong kak, kan elang sama kura-kura gak suka makan pisang?" Ucap Vania dengan percaya diri.
"Hahaha salah besar!" Tawa Raiden sangat puas dari sebrang sana.
"Kenapa salah?" Tanya Vania binggung.
"Ulang lagi ya, Ada sebuah pohon kelapa dan tiga hewan yaitu monyet, kura-kura, dan elang. Yang menjadi pertanyaan siapa yang lebih dahulu dapat pisang?"
Vania mencerna dengan baik pertanyaan itu barulah ia tersadar, "ohhh iya, gak ada kak kan mereka manjat pohon kelapa bukan pohon pisang." Ujar Vania
"Ya betull Lo menang."
"Yes, berarti semua permintaan aku di iyain kan kak?" Tanya Vania dianggukki oleh Raiden.
"Udah malam nih selamat tidur." Ucap Raiden dan segera memutuskan sambungan teleponnya tanpa mendengar jawaban dari Vania.
"Aneh! Tapi kak Rai lucu." Ucapnya tersenyum, moodnya jadi naik setalah perlakuan Raiden.
🕊️🕊️🕊️
Selamat malam dan selamat tidur semuanya...