Dominic, sang maestro kejahatan, telah menawarinya surga dunia untuk menutup mata atas bukti-bukti yang akan menghancurkan kerajaannya.
Yumi, jaksa muda bercadar itu, telah menolak. Keputusan yang kini berbuah petaka. Rumahnya, hancur lebur. Keluarga kecilnya—ibu, Kenzi, dan Kenzo, anak kembarnya—telah menjadi korban dalam kebakaran yang disengaja, sebuah rencana jahat Dominic.
Yumi menatap foto keluarga kecilnya yang hangus terbakar, air mata membasahi cadarnya. Keadilan? Apakah keadilan masih ada artinya ketika nyawa ibu dan anak-anaknya telah direnggut paksa? Dominic telah meremehkan Yumi. Dia mengira uang dapat membeli segalanya. Dia salah.
Yumi bukan sekadar jaksa; dia seorang ibu, seorang putri, seorang pejuang keadilan yang tak kenal takut, yang kini didorong oleh api dendam yang membara.
Apakah Yumi akan memenjarakan Dominic hingga membusuk di penjara? Atau, nyawa dibayar nyawa?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Salsabilah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kepulangan Yumi
Selang beberapa menit kemudian, mobil yang dikendarai Axel berhenti di depan rumah paman dan tante Yumi. Yumi bergegas turun dari mobil, merasa lega karena akhirnya sampai di tempat tujuan.
"Terima kasih, Tuan," kata Yumi, suaranya terdengar formal dan sedikit terpaksa. Ia mengucapkan terima kasih meskipun sebenarnya ia enggan melakukannya dan sama sekali tidak berharap diantar pulang oleh Dominic.
Dominic sama sekali tidak membalas ucapan terima kasih Yumi. Bahkan, ia tidak menatap Yumi sama sekali. Pria itu terus fokus ke depan, seolah Yumi tidak ada di sampingnya.
"Sombong!" gumam Yumi dalam hati, merasakan sedikit kekesalan. Sikap Dominic yang acuh membuat Yumi semakin kesal.
Mobil melaju pergi, meninggalkan pekarangan rumah Paman Rinto. Yumi menarik napas dalam-dalam, mencoba menenangkan dirinya. Ia berjalan mendekati rumah pamannya, merasakan kelegaan karena akhirnya sampai di tempat yang aman.
"Assalamualaikum." Yumi mengucapkan salam, suaranya terdengar lembut.
Di dalam rumah, Paman Rinto yang mendengar salam itu langsung menjawab. Ia terkejut dan gembira saat melihat Yumi sudah kembali.
"Waalaikumsalam! Yumi? Kamu sudah pulang? Alhamdulillah, kami sudah khawatir sekali!" Paman Rinto membuka pintu, wajahnya menunjukkan kelegaan dan kebahagiaan. Tante Yumi, istri Paman Rinto, segera muncul dari dapur.
Yumi mencium punggung tangan Paman dan Tantenya.
"Ya, Paman, Tante," jawab Yumi, senyumnya merekah di balik cadar. Ia merasa sangat lega melihat wajah-wajah yang penuh kasih sayang itu.
"Aduh, Yum, kamu dari mana saja? Kok kamu baru pulang sih?" Tante Riya menghampiri Yumi, memegang kedua tangannya dengan penuh perhatian. Wajahnya terlihat khawatir.
"Panjang ceritanya, Tan. Nanti saya ceritakan semuanya," jawab Yumi, mencoba menahan air matanya. Ia merasa sangat lelah, baik fisik maupun mental.
"Ya sudah, kamu mandi dulu sana. Nanti kita makan malam bersama. Tante sudah masak banyak makanan kesukaan kamu," kata Tante Yumi, suaranya lembut dan penuh perhatian. Ia menggandeng tangan Yumi, membawanya masuk ke dalam rumah.
Paman Rinto ikut masuk, menawarkan minuman kepada Yumi. Suasana di rumah itu terasa hangat dan penuh kasih sayang. Yumi merasa sangat bersyukur memiliki keluarga yang selalu mendukungnya.
Setelah selesai membersihkan diri, Paman Rinto dan Tante Riya mengajak Yumi makan malam bersama. Yumi sebenarnya sudah merasa kenyang karena sebelum turun dari kapal, anak buah Dominic sudah memberikannya makan atas perintah Dominic sendiri.
Namun, Yumi tidak ingin mengecewakan paman dan tantenya yang sudah menyiapkan makanan dengan penuh kasih sayang. Ia pun ikut serta bergabung di meja makan.
"Kamu tahu, semenjak kamu tidak ada di sini, rekan kerja kamu, bahkan atasan kamu, semua datang kemari mencari kamu. Mereka semua sangat mengkhawatirkan kamu, Yum," jelas Tante Riya sambil menyuapi makanan ke mulutnya. Wajahnya menunjukkan rasa sayang dan perhatian yang besar kepada Yumi.
Yumi tersenyum di balik cadarnya. Ia sudah menduga hal itu akan terjadi. Ia merasa senang karena meskipun kedua orang tua dan anak-anaknya sudah tiada, masih banyak orang yang peduli dan menyayanginya.
"Sebenarnya kamu dari mana, Yumi? Bahkan ponsel kamu saja tidak aktif," tanya Paman Rinto, menyela lamunan Yumi. Wajahnya menunjukkan rasa penasaran dan khawatir.
Ponsel? Andai bukan pertanyaan Pamannya, Yumi bahkan tak ingat telah meninggalkan ponselnya di kapal pesiar. Semua bukti rekaman ada di sana.
Tidak! Bagaimana ia bisa melupakan benda sepenting itu?
DUG! DUG! DUG!
Suara ketukan pintu menggema, keras dan penuh tekanan, seperti palu yang membentur kayu tua.
Dan salam kenal para reader ☺️☺️😘😘