NovelToon NovelToon
Cinta Kecil Mafia Berdarah

Cinta Kecil Mafia Berdarah

Status: sedang berlangsung
Genre:Mafia / Beda Usia / Fantasi Wanita / Cintapertama / Roman-Angst Mafia / Persaingan Mafia
Popularitas:1.4k
Nilai: 5
Nama Author: Zawara

Zoya tak sengaja menyelamatkan seorang pria yang kemudian ia kenal bernama Bram, sosok misterius yang membawa bahaya ke dalam hidupnya. Ia tak tahu, pria itu bukan korban biasa, melainkan seseorang yang tengah diburu oleh dunia bawah.

Di balik kepolosan Zoya yang tanpa sengaja menolong musuh para penjahat, perlahan tumbuh ikatan tak terduga antara dua jiwa dari dunia yang sama sekali berbeda — gadis SMA penuh kehidupan dan pria berdarah dingin yang terbiasa menatap kematian.

Namun kebaikan yang lahir dari ketidaktahuan bisa jadi awal dari segalanya. Karena siapa sangka… satu keputusan kecil menolong orang asing dapat menyeret Zoya ke dalam malam tanpa akhir.

Seperti apa akhir kisah dua dunia yang berbeda ini? Akankah takdir akan mempermainkan mereka lebih jauh? Antara akhir menyakitkan atau akhir yang bahagia?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Zawara, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Menyadari Kebohongan

Momen menangkap popcorn itu adalah gencatan senjata pertama yang tidak terucap. Bram, untuk pertama kalinya dalam empat hari, tidak melihat Zoya sebagai ancaman yang harus disingkirkan atau gangguan yang harus dibungkam. Dia... hanya seorang bocah. Bocah aneh yang berisik, tapi tidak berbahaya baginya.

Tawa kecil Zoya yang tertahan melihat Bram berhasil menangkap popcorn kelimanya berturut-turut, terhenti oleh suara pintu kamar yang berderit pelan.

Sosok wanita paruh baya dengan daster batik dan kerudung sederhana masuk, membawa nampan berisi mangkuk keramik. Itu Bi Inem.

Jika Zoya adalah badai warna-warni, Bi Inem adalah bumi yang tenang. Wajahnya teduh, namun matanya tajam dan penuh pengalaman. Zoya langsung melompat berdiri.

"Eh, Bibi! Kok Bibi yang bawa? Biar Zoya aja tadi."

"Bibi sekalian mau ngecek," kata Bi Inem lembut. Tatapannya beralih dari Zoya ke pria asing di ranjang cucunya.

Bram, yang refleksnya langsung waspada, menegang. Auranya yang tadi sedikit melembut, kembali dingin membekas. Ia menganalisis wanita itu. Terlihat lemah, tapi sorot matanya tidak menunjukkan rasa takut. Hanya... kehati-hatian.

Bi Inem meletakkan mangkuk berisi bubur ayam hangat di meja nakas. "Ini Bibi buatkan bubur ayam. Kata orang tua dulu, bagus buat memulihkan tenaga yang habis sakit," ucapnya, nadanya datar, ditujukan pada Bram.

"Terimakasih," jawab Bram singkat. Suaranya masih serak, tapi ada nada hormat yang tidak pernah ia berikan pada Zoya. Wanita ini, ia rasa, jauh lebih berbahaya daripada Zoya jika dibuat marah.

"Neng Zoya," Bi Inem beralih ke cucunya. "Kamu ini sudah empat hari nggak sekolah. Besok kamu harus masuk. Urusan absen kamu, biar Bibi yang telepon wali kelas."

Zoya cemberut. "Tapi, Bi... Nanti Pak Genderuwo siapa yang jagain?"

"Bibi yang jagain," potong Bi Inem cepat. "Aden ini butuh istirahat yang benar, bukan diajak main lempar popcorn."

Zoya dan Bram sama-sama tersentak. Bram kaget karena wanita itu tahu. Zoya kaget karena dimarahi.

Bi Inem menatap Bram lurus-lurus. "Aden... Saya tidak tahu Aden ini siapa, dan urusannya apa. Tapi Neng Zoya sudah bawa Aden ke sini. Selama di bawah atap rumah ini, Aden aman."

Bram hanya mengangguk kaku.

"Tapi," lanjut Bi Inem, suaranya sedikit menajam, "Neng Zoya ini satu-satunya harta Bibi. Dia masih kecil, dunianya masih lurus-lurus aja. Jangan sampai Aden bawa dunia Aden yang 'belok' itu ke dalam hidupnya."

Itu bukan permintaan. Itu adalah peringatan.

Bram, pria yang terbiasa diancam oleh bos kartel dan jenderal korup, merasakan hawa yang lebih mengintimidasi dari wanita berdaster ini. "Saya... tidak akan menyakitinya," janji Bram. Dan untuk pertama kalinya, ia berjanji pada seseorang yang tidak berhubungan dengan pekerjaan gelapnya. 

Bi Inem mengangguk sekali, puas dengan jawaban itu. "Syukurlah. Sekarang, habiskan buburnya. Neng, ayo keluar. Biar Aden istirahat. Kamu bantuin Bibi masak di dapur."

Zoya, yang biasanya membantah, kali ini menurut. Ia melirik Bram sekilas, memberi isyarat "Nurut-aja-sama-Nenek-Sihir-Baik-Hati", lalu mengekori Bi Inem keluar kamar.

Bram ditinggal sendirian dalam keheningan. Ia menatap bubur ayam di hadapannya. Untuk sesaat, ia merasa aman. Bukan aman karena tidak ada musuh, tapi aman karena... ada yang menjaganya. Perasaan yang sudah puluhan tahun tidak ia rasakan.

Di Tempat Lain…

Ratusan kilometer jauhnya, di dalam sebuah ruangan steril yang hanya diterangi cahaya biru dari belasan monitor, Viktor memijat pelipisnya. Ruangan itu sunyi senyap, kontras dengan kekacauan di kepalanya. Sudah lima hari ia menatap data yang buntu. Viktor adalah orang yang terobsesi pada keteraturan dan 'hilangnya' Bram adalah anomali terbesar dalam sistemnya.

PING.

Sebuah notifikasi masuk muncul di monitor utamanya. Ikon terenkripsi dari tim Rian. Jantung Viktor berdebar. Ia segera membukanya.

Hanya satu baris kalimat.

SUBJEK: ASET 'BLOODY MAN'

LAPORAN: Jejak terakhir di Pelabuhan buntu total. Aset dinyatakan hilang. Misi pencarian dihentikan, menunggu perintah lebih lanjut.

Viktor membacanya sekali. Dua kali. Tiga kali.

"Hilang?" desisnya pada ruangan kosong itu. Rahangnya mengeras. "Bagaimana mungkin 'Bloody Man' hilang begitu saja?"

Ia tahu Rian adalah prajurit lapangan terbaik yang mereka miliki. Jika Rian berkata buntu, itu artinya memang buntu. Rasa frustrasi menjalari dirinya. Ia menarik napas dalam, menekan tombol interkom di mejanya.

"Siapkan saluran aman ke Tuan David. Segera."

Beberapa detik kemudian, layar terbesar di depannya menyala. Tidak ada wajah yang muncul. Hanya visualizer audio bergelombang yang menandakan saluran itu aktif dan sangat aman. Suara yang keluar dalam, tenang, dan tanpa emosi.

"Viktor."

"Tuan David," Viktor berusaha menjaga suaranya tetap profesional, meski tangannya terkepal. "Laporan baru saja masuk dari Rian."

"Dan?"

"Dia... menyatakan misi pencarian gagal. Jejak di Pelabuhan buntu. Rian menyatakan Tuan Bram... hilang."

Keheningan.

Keheningan yang berlangsung selama sepuluh detik penuh, terasa seperti satu jam bagi Viktor. Visualizer audio itu datar. David bahkan tidak bernapas dengan cukup keras untuk menggerakkannya.

Lalu, suara itu kembali, sedingin es.

"Viktor."

"Ya, Tuan."

"Sejak kapan Rian, prajurit yang dilatih Bram sendiri, prajurit yang bisa melacak tetesan air di tengah badai, gagal menemukan target sebesar 'Bloody Man'?"

Viktor tertegun. "Tuan, saya... saya yakin Rian sudah melakukan segalanya."

"Justru itu masalahnya," suara David terdengar sedikit lebih tajam. "Laporan ini terlalu bersih. 'Buntu total'. 'Dinyatakan hilang'. Ini bukan bahasa Rian saat dia gagal. Ini bahasa Rian... saat dia menutup-nutupi sesuatu."

Napas Viktor tercekat. "Tuan... maksud Anda Rian berbohong?"

"Aku tidak membayar Rian untuk 'maksud'. Aku membayarnya untuk hasil," balas David. "Dan laporan ini adalah sebuah kebohongan."

Keheningan lagi, kali ini David yang membiarkan Viktor mencerna implikasinya.

"Viktor," lanjut David, nadanya kini berubah menjadi perintah yang tak terbantahkan.

"Lupakan Pelabuhan. Lupakan pencarian Bram untuk sementara waktu. Prioritas utama Anda berubah."

"Apa perintah Anda, Tuan?"

"Aku tidak peduli dimana Bram. Bram bisa menjaga dirinya sendiri. Yang ku pedulikan adalah, mengapa komandan tim pencarian ku berbohong kepada ku."

Mata Viktor melebar.

"Alihkan semua sumber daya pelacakan," perintah David. "Lacak Rian. Lacak timnya. Temukan van pengintainya. Aku ingin tahu di mana dia berada, detik ini juga."

David berhenti sejenak, membiarkan perintah itu meresap.

"Temukan Rian. Dan cari tahu... kebenaran apa yang dia sembunyikan."

Saluran terputus, meninggalkan Viktor sendirian dalam cahaya biru yang kini terasa membekukan. Misi penyelamatan aset baru saja berubah menjadi perburuan internal. Dan Viktor tahu, murka David jauh lebih berbahaya daripada musuh mana pun di luar sana.

1
knovitriana
iklan buatmu
knovitriana
update Thor saling support
partini
🙄🙄🙄🙄 ko intens ma Radit di sinopsis kan bram malah dia ngilang
partini
ini cerita mafia apa cerita cinta di sekolah sih Thor
partini
yah ketauan
partini
Radit
partini
😂😂😂😂😂 makin seru ini cerita mereka berdua
partini
ehhh dah ketauan aja
partini
g👍👍👍 Rian
partini
seh adik durjanahhhhhh
partini
awal yg lucu
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!