NovelToon NovelToon
Tetaplah Di Sisiku (After 10 Years)

Tetaplah Di Sisiku (After 10 Years)

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintamanis / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / Kehidupan Tentara / Romansa / Dokter / Gadis Amnesia
Popularitas:2.7k
Nilai: 5
Nama Author: Pena Fantasi

Seorang pemuda lulusan kedokteran Harvard university berjuang untuk menjadi seorang tentara medis. Tujuan dari ia menjadi tentara adalah untuk menebus kesalahannya pada kekasihnya karena lalai dalam menyelamatkannya. Ia adalah Haris Khrisna Ayman. Pemuda yang sangat tampan, terampil dan cerdik. Dan setelah menempuh pendidikan militer hampir 2-3 tahun, akhirnya ia berhasil menjawab sebagai komandan pasukan terdepan di Kopaska. Suatu hari, ia bertugas di salah satu daerah terpencil. Ia melihat sosok yang sangat mirip dengan pujaan hatinya. Dan dari sanalah Haris bertekad untuk bersamanya kembali.

Baca selengkapnya di sini No plagiat‼️

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Pena Fantasi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Marah besar

Suasana ruangan ICU begitu dingin, dan menegangkan. selama berjam-jam para dokter dan perawat berusaha menyelamatkan pasien yang tengah terluka parah. salah satu dari mereka, terdapat Haris yang sedang fokus mengobati pasien. raut wajah tegang serta keringat yang mulai membasahi dahinya menambah ketakutannya. namun ia berusaha bekerja semaksimal mungkin. tak lama kemudian, lampu hijau mulai menyala menandakan operasi berjalan dengan lancar. tenaga medis yang bekerja mulai merasa lega sebab pasien sudah terselamatkan. Setelah berhasil melakukan operasi, Haris dengan lemas menuju ruangan temannya Agung untuk sekedar beristirahat.

"Haduhhh..." helanya sembari menjatuhkan diri ke sofa.

Agung yang melihat Haris tertekan mulai mendekatinya, "kenapa lu bro? kaya lemes gitu."

Saat tengah bersandar pada bantalan kursi, seketika ia duduk tegap sembari memandang wajah Agung dengan raut yang letih. "Gue tadi abis mimpin operasi ..." lirihnya lelah.

Mendengar itu, Agung sedikit terkejut sebab baru kali ini Haris memimpin operasi bedah. padahal dulu ia selalu menolaknya. "Wow ... bagus dong, berhasil gak?"

Haris mengangguk lemas serta mengelap wajahnya yang berkeringat.

"Terus lu kenapa kaya gini?" tanya Agung kembali penasaran sebab Haris seperti menyembunyikan sesuatu.

Haris menghela nafas panjang, "gue cuma takut aja kalo sampai pasien itu meninggal gara-gara gue ... kan lu tahu, gue trauma sama kejadian itu." ujar Haris dengan nada pelan. terlihat wajahnya pun menampakkan raut wajah sedih. Mendengar itu, Agung sedikit merasa iba pada temannya ini, lalu ia tersenyum sembari menepuk pelan bahu temannya ini.

"Semangat bro ... gue yakin lu bisa ngelewatin ini, buktinya hari ini lu berhasil mimpin Operasi."

Haris pun ikut tersenyum, hatinya cukup lega sebab Agung menenangkan hatinya. suasana hati yang penuh ketegangan serta badannya sedikit gemetar seketika menghilang. di saat keduanya tengah terdiam sejenak, lalu senyumnya menghilang saat menoleh jam sudah menunjukkan pukul 11 malam.

"Gue balik dulu ya, udah jam segini ya ampun."

Agung pun reflek menoleh jam dinding, "Eh iya ... makasih ya, lu udah nolongin gue."

"Gapapa ... lain kali kalo butuh bantuan lagi, hubungi gue. kalo gue ada waktu hahaha...."

Mereka berdua berjabat tangan, "siap hahaha ... salam buat nyokap bokap lu ya,"

Haris mengangguk sembari mengambil tas kedokterannya, "gue balik ya,"

"Iya, hati-hati."

***

Pukul setengah 12 malam Haris baru sampai di rumahnya. Ia memasuki rumah mewah tersebut dengan perlahan. Rumah terasa sangat sunyi sekali. tidak ada seorang pun di ruangan tengahnya. "Mungkin udah pada tidur kali ya," gumamnya. Karena merasa haus, akhirnya sebelum ke kamar Haris menuju ke dapur untuk mengambil segelas air. Saat ia mulai mendekati dapur, Haris mendengar suara obrolan ayah dan bundanya. Sepertinya mereka sedang mengobrol dengan serius. Haris hanya mendengar ketika ayahnya berbicara soal "memecahkan"

"Kalian memecahkan apa?" tanya Haris secara tiba-tiba.

***

Bunda dan ayah sangat terkejut saat Haris sudah berada di belakang mereka. terlihat mereka berdua terdiam sembari saling memandang seolah sedang menyembunyikan sesuatu. Haris yang mengetahui gelagat aneh kedua orang tuanya, memasang raut wajah penuh curiga."Kalian kenapa?"

Bunda dan ayah seperti kebingungan mencari alasan agar tidak membuat Haris marah karena kejadian saat Hendra kakek Haris memecahkan semua foto album kekasihnya. "Gimana nih, Yah?" Bisik bunda cemas.

"Kita bicara jujur saja, Bun." jawab Ayah pelan.

Lalu mereka kembali fokus pada Haris yang baru tiba tersebut. Bunda dan ayah seperti biasa tersenyum manis. "Kamu udah pulang, Sayang ... pasti capek ya?"

Haris menghela nafasnya "iya, Bun ... capek banget tadi habis operasi orang. oh iya, tadi bunda sama ayah bicarakan soal apa?"

Seketika mereka langsung terdiam terdiam kembali. terlihat Ayah mulai melangkah maju dan menggenggam bahu putra sulungnya itu. ia mengumpulkan keberanian untuk bicara mengenai apa yang terjadi pada putranya. "Eumm ... Abang mending istirahat dulu. duduk dulu, nanti ayah cerita."

Mendengar itu, Haris mengangguk patuh. "Oke, tapi aku mau ambil minum dulu." Ia pun mengambil segelas air dan meneguknya hingga habis. Lalu mereka bertiga saling duduk berhadapan dimana ayah bunda berdampingan dan Haris di depannya.

"Jadi ... apa, Yah?"

Sebelum bicara, Ayah menghela nafasnya terlebih dahulu. "Tadi kakekmu dateng ke sini."

Haris mengangkat sebelah alisnya, "Kakek?"

"Iya ... kakekmu masih mau menjodohkan kamu dengan orang pilihannya, walaupun ayah udah larang, tapi kamu tahu kan gimana kakekmu?"

Haris hanya mengangguk paham. Memang benar kakeknya itu sangatlah keras kepala. Ayah kembali menghela nafas beratnya, "ayah mau minta maaf sama kamu..." lirih ayah. terlihat Bunda menampilkan raut wajah tegang saat Ayah tengah membicarakan soal perbuatan Papa mertuanya.

"Minta maaf soal apa?"

"Setelah kakek bicara soal perjodohan ... tanpa sepengetahuan ayah, kakekmu langsung masuk ke kamarmu. dan.. dia melihat foto-foto album Nahda yang kamu pajang."

Haris mulai menegang setelah mendengar perkataan ayahnya soal kakek yang sudah melihat banyaknya foto Nahda di kamarnya. namun ia masih mendengarkan pnjelasan ayah dengan seksama. terlihat, Ayah mulai melanjutkan obrolannya. "Saat itu kakek marah, dan ... memecahkan semua foto Nahda yang terpajang di kamarmu."

Bola mata Haris reflek membuka lebih lebar menandakan ia syok, "Apaaaa?!!!" Haris terkejut dengan apa yang diucapkan ayahnya tersebut. lalu ia mulai mundur beberapa langkah ke belakang karena tidak percaya dengan apa yang ia dengar.

"Kakek menghancurkan semua foto Nahda dikamarku?!!" tegas Haris yang tiba-tiba marah.

"Iya." jawab Ayah pasrah.

Tanpa pikir panjang, Haris berlari kencang menuju ke kamarnya. Ayah bundanya pun ikut mengejar putra sulungnya itu.

Braakkk...

Haris membuka pintunya dengan kasar. Wajah Haris yang memang lelah, ditambah terkejut saat melihat album foto yang berserakan di lantai kamarnya. Bahkan tak hanya itu, foto kekasihnya pun ikut tersobek hingga menjadi potongan-potongan. Nafas Haris mulai memburu, tangannya mengepal keras, dan matanya yang memerah menandakan jika Haris sangat marah akan apa yang dilakukan oleh kakeknya tersebut.

"Bang..." lirih bunda begitu mencemaskan putranya yang akan lepas kendali.

Haris menatap marah pada kedua orang tua, "kenapa kalian membiarkan kakek menghancurkan semuanya?! Ayah sama bunda tahu kan, betapa berharganya foto-foto itu buatku?! Aku harus bicara sama kakek!"

Saat hendak menerobos keluar, lagi-lagi langkahnya dihentikan oleh ayahnya, "Bang, jangan ... ini udah tengah malam."

"Aku tidak peduli, Yah! Kakek saja tidak peduli sama kehidupan cucunya, kenapa? Ayah takut jika aku buat kacau di sana? Iya?!" suara Haris mulai menaik.

"Ayah tahu kamu marah, tapi jangan bertindak sembrono, Nak." ayah masih berusaha membujuk putranya agar bisa mengontrol amarahnya dan tidak pergi keluar rumah di tengah malam. Bunda juga sama, ikut membujuk putranya agar tidak pergi keluar.

"Iya, Bang ... jangan sampai buat kakekmu semakin tidak setuju akan keputusanmu."

Namun bujukan kedua orang tuanya itu, terlihat tangannya sudah mulai bergetar hebat, amarahnya sudah memuncak seakan ingin meledakan seluruh kota. ia menatap tajam ke arah kedua orang tuanya. "Aku tidak peduli!! Sekarang.. aku mau ke rumah kakek dan menolak semua usulannya!!" teriaknya pada Ayah dan Bunda. Haris berhasil keluar dari kamar dan pergi berlari sekencang mungkin untuk menuju ke mobilnya. Ayah dan bundanya pun ikut mengejar putranya itu.

"Haris tunggu!!" panggil Ayah dengan keras saat melihat Haris pergi.

"Abang!!"

Tapi panggilan ayah dan bundanya tak menghentikan Haris yang terus menyalakan mobilnya tersebut. Lalu, mobil tersebut mulai meninggalkan area rumah mewahnya. Di dalam mobil, Haris terus menahan emosinya. Sudah cukup kakeknya itu membuatnya tertekan. Dan hari ini Haris sudah kehilangan kesabarannya. Mobilnya tersebut mengebut dengan kecepatan tinggi sehingga ia menempuh perjalanan hanya 25 menit dari rumahnya. Sekarang mobilnya terparkir di sebuah rumah yang sama mewahnya dengan rumah milik keluarganya. Lalu ia pun keluar dari mobil dan memasuki gerbang tersebut. Haris berulang kali menekan belnya. Suasana di sana sepi hanya ada beberapa penjaga yang masih berjaga malam. Karena Haris datang ke sana pukul 1 pagi dimana semua orang masih tertidur.

"Assalamu'alaikum ... kakek! Nenek!"

Tiba-tiba ada seseorang yang membuka pintu masuk tersebut. Seorang wanita tua yang tengah mengenakan mukena di tubuhnya. "Ya ampun, Haris ... ayo masuk, Nak." wanita itu adalah Neneknya Haris yang bernama Mia.

"Maaf Nek, Haris datang malam-malam begini. aku ingin bertemu kakek sebentar,"

"Tapi ... kakek udah tidur jadi kamu-...,"

"Siapa itu?" Ucapan Nek Mia terpotong saat sang kakek turun dari anak tangga. Haris menatap kakeknya dengan tajam. Lalu, Nek Mia pun menghampiri suaminya. "Itu Haris datang buat menemui kamu."

"Oh ya?" ujar kakek merasa senang. Hendra merasa jika cucunya datang ingin memberikan keputusan atas wanita yang sudah ia pilihkan. Lalu, kakek menghampiri Haris yang sudah terduduk di sofa tamu. Sedangkan Neneknya pergi ke dapur untuk membawakan minuman.

"Cucu kakek ... gimana keputusannya, Nak? Kamu pilih yang mana?" ujar kakek dengan ramah sebab ia masih menduga jika Haris datang karena sudah memilih calon istrinya yang sudah ia siapkan.  mendengarkan ucapan kakeknya, Tatapan Haris berubah menjadi dingin.

"aku tidak memilih siapapun!" tegasnya dingin. Raut wajah Hendra seketika terkejut. ia tidak menyangka jika cucunya kembali menolak usulannya, memang, Haris terkenal sangat keras kepala sama seperti dirinya. kemudian, Haris kembali melanjutkan ucapannya.

"Aku datang ke sini ingin protes sama kakek ... kenapa kakek menghancurkan foto-foto kekasihku, yang terpajang di kamarku?" tegas Haris penuh penekanan. Ia masih menjaga tingkat suara agar tidak membentak kakeknya tersebut.

"Kamu datang jauh-jauh ke sini cuma untuk menanyakan hal itu? Kenapa emangnya? Lagian gadis itu sudah meninggal, ngapain masih disimpan? mending cari istri supaya bisa menemani kamu ke mana saja!"

Ucapan kakeknya itu membuat Haris menggeram marah "Kakek ... kakek sudah sadar apa yang kakek ucapkan itu?!" Haris sudah tidak bisa menahannya lagi.

"Kakek tidak punya hak untuk atur Haris seperti itu!! Memangnya kalau pacarku sudah meninggal kenapa?! Aku cinta sama dia!! Gak mungkin aku menikah dengan orang yang aku gak cinta!!" Haris murka dan tidak bisa menahan amarahnya lagi. ia sampai berani menaikkan oktaf suaranya saat berbicara dengan sang kakek.

"Persetan dengan cinta!!" bentak Hendra pada Haris.

DI suasana yang penuh ketegangan, datanglah nenek yang tersenyum dari arah dapur. namun senyumnya berubah menjadi cemas saat mendengar suara teriakan dari kedua pria yang berbeda usia tersebut. penasaran, ia segera mendekati mereka. "Ada apa ini?!" tanya nenek yang baru saja datang sembari membawakan air. Nenek sedikit terkejut saat mereka berdua bertengkar adu mulut.

"Dengar ya! Anak muda kaya kamu ngerti apa?! Justru kakek peduli sama kamu makanya itu kakek Carikan calon untuk kamu!!! Tapi kamu malah tetap memilih kekasih ghaib kamu itu?! Otakmu dimana!!" bentak kakek kembali pada Haris. pria itu tidak terima dengan ucapan sang kakek, tangannya mengepal hebat, rahangnya mengeras serta nafasnya sangat memburu, ia sudah tidak tahan menahan emosinya, lalu ia melihat nenek yang membawa gelas berisi air. bukannya untuk diminum, tapi ia justru melemparkan ke lantai dengan keras.

Prangggg!

Haris menatap tajam pada Hendra. terlihat bahunya naik turun dikarenakan ia menghela nafas dengan cepat. wajahnya terlihat memerah serta gertakan giginya menambah suasana semakin memanas.  Kakek dan Neneknya bahkan terkejut setelah melihat Haris membanting gelas yang ada di dekatnya.

"Coba kata-kata itu dibalik ... kalau misal itu terjadi pada Kakek gimana?! Apa Kakek masih tetap mencari wanita lain untuk menggantikan Nenek?! Begitu?!! Kakek itu pemaksa bukan peduli! jika kakek peduli padaku, biarkan aku bahagia dengan caraku sendiri. awalnya aku tidak marah sama kakek soal perjodohan itu ...," Haris mengatur nafasnya yang tersengal-sengal, "tapi, kakek membuatku marah karena sudah menghancurkan foto album pacarku yang mana itu lebih berharga daripada nyawaku sendiri!!" bentaknya pada kakeknya.

tiba-tiba saja Haris merasakan hatinya seolah tertusuk jarum yang tajam. ia tidak pernah mengizinkan siapapun untuk memegang foto-foto yang ada di kamarnya termasuk kedua orang tua serta adik-adiknya. akan tetapi, semuanya hancur oleh kakeknya yang membuat ia sangat sakit hati. wajahnya yang tadinya mengeras mulai melembut, tersirat wajah kesedihan yang menghiasi. Haris pun mengeluarkan air matanya atas perbuatan kakeknya tersebut.

"Jika Kakek terus memaksaku, aku tidak akan pernah mengakui jika kakek itu adalah Kakekku!! Aku tidak mau memiliki kakek seperti anda yang egois!! Terserah anda mau mendengarkan atau tidak, saya tidak peduli! Kau bukan kakekku lagi!!" tegas Haris dengan nada penuh penekanan.

Lalu Haris pergi begitu saja tanpa mendengar sepatah katapun yang keluar dari mulutnya. Hendra sangat terkejut melihat cucunya yang sangat marah, padahal hanya karena masalah sepele. Apalagi Mia, ia sangat sakit ketika cucunya tidak ingin menganggap suaminya sebagai kakeknya lagi.

"Ini semua salah kamu!" tegas Nek Mia sembari menangis.

"Karena semua keegoisan kamu, cucu kesayanganku menjadi musuhmu sendiri.. sekarang lihat, Haris tidak mau mengakui kamu sebagai kakeknya.." lanjut Nenek membela Haris. Nek Mia terus menangis, "Aku sudah beritahu kamu berulang kali, jangan pernah mencampuri urusan anak dan cucumu! biar dia bahagia dengan caranya sendiri."

"Apa kamu lihat tadi? Dia marah Karena foto kekasihnya dipecahkan sama kamu.. itu menandakan bahwa cucu kita pria yang setia.. kamu tidak bangga dengan hal itu hah? Aku gak habis pikir sama jalan pikiran kamu!!"

Mia sudah terlampau marah akibat ulah suaminya atas cucunya tersebut. Bahkan ia berani mengacungkan telunjuknya dan mengarahkan padanya "jika cucuku masih marah padamu, sampai kapanpun aku tidak mau berbicara denganmu lagi" Nek Mia yang marah pun meninggalkan suaminya di ruang tamu sendirian. Sedangkan Hendra masih mencerna semua yang terjadi. Ia juga tak pernah melihat istrinya Semarah ini. Mungkin benar, Hendra sedikit keterlaluan atas apa yang ia lakukan pada cucunya itu.

***

Haris kembali ke rumah dalam keadaan yang masih emosi. Bahkan saat ayah dan bundanya bertanya, ia pun tak peduli langsung menuju ke kamarnya dengan membanting pintu sekuat tenaga. ia pergi ke kamar mandi dan menyalakan air yang super dingin untuk menenangkan pikirannya. Air dingin itu mulai menusuk pori-pori kulitnya, tapi itu tak membuat Haris kedinginan.

"Hahhh ... ya ampunn ..." gumamnya pelan. sembari mengeluarkan semua nafas marahnya.

***

Haris membersihkan sisa-sisa foto yang masih berserakan. Mungkin orang berpikir jika Haris gila karena ia bisa marah hanya karena past fotonya. Tapi, menurutnya itu berharga dikarenakan foto yang ia pajang itu adalah kesukaannya. Dan dokumen foto itu sudah tidak ada jadi ia tak mungkin mendapatkannya lagi. Mereka semua makan dengan sarapan seperti biasa. Mereka makan dengan tanpa suara hanya sendok dan garpu saling beradu.

"Bun ... kemarin ada apa? Kok berisik?" tanya Hamzar penasaran.

"Eumm ... gak ada apa-apa, ayo habiskan."

Kemudian, datang Haris yang sudah mengenakan APD serta jas dokternya secara bersamaan dan duduk di bangkunya. Haris hanya diam, ia masih kesal akan kejadian kemarin. Bahkan Haris hanya makan sebanyak 2 suap lalu ia minum air dan segera pergi. Melihat itu, bunda sangat sedih atas apa yang terjadi. Sementara anak-anak muda di sana hanya bisa saling pandang karena tidak tahu menahu soal apa yang telah terjadi.

***

Haris sudah berada di rumah sakit TNI untuk melakukan pekerjaannya sebagai seorang dokter. Ia masih termenung karena kejadian kemarin. Agung yang baru masuk ruangan pun, dibuat heran dengan sikap Haris yang berubah aneh.

"Ris ... lu kenapa sih bengong gitu?"

Haris bergeleng pelan, "nggak ada apa-apa" jawabnya datar. Agung yang penasaran, tak tinggal diam. Kini, ia duduk di samping Haris dan meletakkan makanan di mejanya. "Ayolah berbagi ... siapa tau gw bisa bantu lu." Haris pun menghela nafas panjang dan mulai menceritakan masalahnya pada Agung. Agung yang mendengar itu sedikit merasakan rasa kesal dan kasihan secara bersamaan.

"Eumm ... gue paham sama apa yang lu rasakan sekarang. tapi bro, lu gak bisa marah sama nyokap bokap lu ... karena mereka masih berusaha buat bantu lu. mungkin kejadian yang kemarin emang di luar itu."

"Iya ... menurut gue juga gitu. tapi, gue masih kesel aja."

"Ya sudah, sekarang lu  tenangin diri aja. nih, kebetulan gue bawa kopi kesukaan lu,,, dan beberapa camilan juga." ujar agung. Mendengar itu beban Haris sedikit berkurang, "makasih ya bro ... lu emang temen gue yang terbaik."

"Sama-sama,"

"Eh, ngomong-ngomong ... lu ikut tugas gak ke daerah cipuntu?" tanya Haris saat membahas soal tugas.

"Gue ikut ... cuma gak bareng tim lu."

"Oh gitu... "

Mereka pun akhirnya menyantap makanan bersama sembari bersenda gurau di sela jam istirahat. Karena jika rumah sakit padat, mereka tidak bisa beristirahat sama sekali.

***

Sudah pukul 8 malam, tapi haris belum muncul juga. Santi yang menunggunya sangat mengkhawatirkannya. Terlebih ia Hanya makan sarapan sedikit. Ditelpon gak diangkat, bahkan di chat pun tidak di balas. Kemudian, terdengar suara deru mobil milik Haris yang memasuki pekarangan rumah. Mendengar itu, Santi segera keluar dari rumahnya dan melihat diarea teras. Kemudian keluarlah Haris dari mobilnya itu dengan membawa tas dokternya serta kantung kresek.

"Abang!!" seru Santi sembari menghampiri anaknya.

Haris seketika memberhentikan langkahnya dan menatap lurus ke arah bundanya. "Bunda..." gumamnya.

Santi berlari ke arah putranya dan memeluk Haris dengan erat, "kamu masih marah sama Bunda, Sayang? Bunda minta maaf ... kamu udah makan?" ujarnya khawatir.

Haris tersenyum tipis. Lalu ia pun mengelus wajah cantik bundanya itu, "aku gak marah kok, cuma kesal aja. ayo masuk, Bun."

Santi merasa senang dikarenakan nada bicara Haris sudah kembali dengan normal "ayo sayang." Mereka pun masuk ke dalam rumah bersama. Haris yang memang tidak marah dengan kedua orang tuanya kembali akrab. Buktinya, mereka semua saling bercanda ditambah Nara pun ikut andil dalam perkumpulan itu. Setelah itu, Haris pun kembali ke kamar untuk beristirahat karena badannya yang memang sudah letih, terlebih besok ia harus bersiap untuk berangkat misi.

"Bang..." panggil Nara saat Haris membuka pintu kamarnya.

"Ada apa?"

Nara pun memberikan sebuah kotak besar pada Haris "ini, buat lu." Haris yang penasaran lalu membuka kotak tersebut. Matanya sedikit terkejut ketika melihat isi kotak tersebut.

"I-iini...,"

"Itu foto-foto lama kakak gue, Bang. sebenarnya gue tahu masalah lu kemarin, cuma gue diam aja hehe. dan itu, gue kasih buat lu. jaga baik-baik ya, Bang. jangan sampai pecah lagi." Haris terdiam sejenak memandangi kotak yang berisi foto adisnya itu. ia sedikit meremas genggamannya. hatinya sedikit menghangat menerima pemberian dari adik kekasihnya ini. lalu, pra itu tersenyum lebar lalu menjabat tangan adiknya itu. "makasih ya... ini sangat berharga buat gue."

"Kalau gitu, gue ke kamar dulu."

"Silakan."

Setelah Nara menghilang dari pandangannya, Haris pun mulai memasuki kamar dan menguncinya. Ia pun mulai menyusun kembali foto-foto album Nahda yang sempat dipecahkan kakeknya itu. Kemudian, kamarnya seperti kembali hidup setelah ia menambahkan foto Nahda di dinding kamarnya.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!