NovelToon NovelToon
Warisan Mutiara Hitam

Warisan Mutiara Hitam

Status: sedang berlangsung
Genre:Mengubah Takdir / Budidaya dan Peningkatan / Fantasi Timur / Balas Dendam
Popularitas:5.8k
Nilai: 5
Nama Author: Kokop Gann

Takdirnya telah dicuri. Chen Kai, dulu jenius nomor satu di klannya, kini hidup sebagai "sampah" yang terlupakan setelah Akar Spiritualnya lumpuh secara misterius. Tiga tahun penuh penghinaan telah dijalaninya, didorong hanya oleh keinginan menyelamatkan adiknya yang sakit parah. Dalam keputusasaan, dia mempertaruhkan nyawanya, namun berakhir dilempar ke jurang oleh sepupunya sendiri.

Di ambang kematian, takdir mempermainkannya. Chen Kai menemukan sebuah mutiara hitam misterius yang menyatu dengannya, membangkitkan jiwa kuno Kaisar Yao, seorang ahli alkimia legendaris. Dari Kaisar Yao, Chen Kai mengetahui kebenaran yang kejam: bakatnya tidak lumpuh, melainkan dicuri oleh seorang tetua kuat yang berkonspirasi.

Dengan bimbingan sang Kaisar, Chen Kai memulai jalan kultivasi yang menantang surga. Tujuannya: mengambil kembali apa yang menjadi miliknya, melindungi satu-satunya keluarga yang tersisa, dan membuat mereka yang telah mengkhianatinya merasakan keputusasaan.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kokop Gann, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Kaisar Yao

Kegelapan. Keheningan.

Kemudian, kesadaran datang kembali. Bukan secara perlahan, tapi seperti sambaran petir.

Chen Kai membuka matanya.

Hal pertama yang ia sadari adalah ia tidak kesakitan.

Tulang rusuknya yang patah, memar di punggungnya, luka-luka di sekujur tubuhnya akibat pukulan... semuanya hilang. Tidak, bukan hanya hilang. Tubuhnya terasa... ringan. Lebih ringan dari yang pernah ia rasakan seumur hidupnya.

Dia terbaring di dasar Jurang Pemutus Roh yang gelap, tetapi dia bisa melihat dengan jelas. Setiap urat di daun-daun kuno yang menutupi tanah, setiap tetes embun di jaring laba-laba, setiap butir kerikil, semuanya terlihat setajam siang hari.

Bahkan indra penciumannya. Dia bisa mencium bau tanah yang lembap, aroma samar herbal langka yang tumbuh di celah-celah batu, dan...

...dan bau busuk yang samar. Bau kotoran yang lengket di sekujur tubuhnya.

Ugh.

Dengan erangan, Chen Kai duduk. Dia melihat ke bawah dan mendapati tubuhnya tertutup lapisan tebal keringat hitam yang berbau busuk. Rasanya seperti semua kotoran selama tiga tahun terakhir telah dipaksa keluar dari pori-porinya.

"Darah Vena Naga Kuno... bahkan setelah diencerkan selama ribuan generasi, itu masih bisa dianggap lumayan. Setidaknya itu membersihkan sebagian sampah di tubuhmu," suara kuno itu bergema lagi di benaknya.

Kali ini, Chen Kai tidak panik. Dia melihat ke telapak tangannya. Mutiara hitam itu sudah hilang. Tapi di tempatnya, di tengah telapak tangannya, ada sebuah tato kecil yang rumit berbentuk mutiara gelap.

"Siapa kau?" tanya Chen Kai, suaranya serak. Dia tidak berbicara dengan keras, tetapi dia tahu suara itu bisa mendengarnya.

Ada jeda sejenak, seolah-olah entitas itu sedang mengingat.

"...Kau bisa memanggilku... Kaisar Yao." Suara itu dipenuhi dengan kesombongan yang tak terbatas, seolah-olah nama itu sendiri seharusnya mengguncang alam semesta. "Atau, setidaknya, aku adalah sisa-sisa jiwa dari Kaisar Yao yang agung."

"Kaisar Yao?" Chen Kai mengernyit. Nama itu terdengar asing.

"Hmph! Bodoh! Bocah desa yang tidak tahu apa-apa!" Suara itu terdengar kesal. "Tidak kusangka aku, sang penguasa Alkimia di Sembilan Surga, disegel di Mutiara Kekacauan Primordial ini selama tiga puluh ribu tahun, hanya untuk dibangunkan oleh setetes darah kotor dari seorang bocah fana yang bahkan belum mencapai Tahap Pembangunan Fondasi!"

Chen Kai mengabaikan penghinaan itu. Dia terlalu fokus pada informasi penting. "Mutiara Kekacauan Primordial? Itu... benda yang menyedot darahku?"

"Tentu saja!" bentak Kaisar Yao. "Harta karun ilahi nomor satu di alam semesta! Sebuah dunia di dalam dirinya sendiri! Senjata ilahi penciptaan! Dan sekarang... benda itu terikat dengan jiwamu yang lemah."

Chen Kai mencoba memahami ini. Sebuah harta karun ilahi? Terikat padanya?

Dia menutup matanya dan berkonsentrasi pada tato di telapak tangannya. Seketika, kesadarannya ditarik ke dalam.

Dia mendapati dirinya berdiri di ruang berkabut yang tak berujung. Kabut kelabu berputar-putar di sekelilingnya. Di tengah kabut, sebuah sosok ilusi, tembus pandang, melayang. Sosok itu mengenakan jubah kuno yang rumit dan memancarkan aura yang begitu kuat hingga Chen Kai ingin berlutut. Itu pasti sisa-sisa jiwa Kaisar Yao.

Di luar sosok itu, di dalam kabut, Chen Kai bisa merasakan... sesuatu. Dia melihat sebidang tanah kecil yang subur, tidak lebih besar dari kamarnya. Tanah itu berwarna hitam pekat dan memancarkan energi kehidupan yang murni. Di sebelahnya ada mata air kecil yang airnya berkilauan seperti kristal cair.

"Tanah Roh Kekacauan dan Mata Air Kehidupan Abadi," kata Kaisar Yao, suaranya terdengar lelah namun bangga. "Hanya ini yang tersisa dari duniaku. Tapi bahkan sepotong tanah ini bisa menumbuhkan herbal spiritual apapun dalam sekejap. Dan setetes air itu bisa menghidupkan kembali orang mati."

Hati Chen Kai berdebar kencang. Menumbuhkan herbal spiritual apapun?

"Ling'er..." bisiknya.

"Hmph. Penyakit Vena Beku kecil itu?" Kaisar Yao mendengus. "Penyakit sampah. Setetes Mata Air Kehidupan itu bisa menyembuhkannya seratus kali lipat. Tapi jangan bermimpi. Jiwamu saat ini terlalu lemah untuk mengeluarkan apa pun dari sini. Kau bahkan hampir tidak bisa memasukkan kesadaranmu."

Chen Kai mengepalkan tinjunya. "Lalu apa yang harus kulakukan?"

"Apa yang harus kau lakukan?" Kaisar Yao terdengar geli. "Pertama, kau harus berterima kasih padaku karena telah menyembuhkan tubuhmu yang rusak. Energi dari aktivasi Mutiara tadi, ditambah setetes darah Naga-mu, memperbaiki semua tulangmu yang patah. Kedua, kau harus bertanya... mengapa kau begitu lemah?"

Chen Kai merasakan gelombang kepahitan. "Akar Spiritualku lumpuh tiga tahun lalu. Aku tidak bisa berkultivasi."

"LUMPUH?" Suara Kaisar Yao tiba-tiba meledak di benaknya seperti guntur, penuh dengan tawa mengejek. "Hahahaha! Bodoh! Sungguh bocah bodoh yang tidak tahu apa-apa! Kau pikir 'Akar Spiritual Kelas Surga'-mu itu lumpuh secara alami?"

Darah Chen Kai membeku. "Apa... apa maksudmu?"

"Lihat dirimu sendiri!" perintah Kaisar Yao. "Gunakan kesadaranmu. Lihat dantian-mu! Bukan dengan mata fisikmu yang menyedihkan, tapi dengan jiwamu!"

Chen Kai gemetar. Dia melakukan seperti yang diperintahkan. Dia memfokuskan kesadarannya ke dalam tubuhnya, ke pusat energinya.

Awalnya, dia hanya melihat apa yang selalu dia lihat: sembilan meridiannya yang dulu cerah kini kusam, tersumbat, dan layu. Dantian-nya kosong dan dingin.

"Lihat lebih dekat, bodoh!" bentak Kaisar Yao. "Lihat sisa-sisa energi di sekitar meridianmu yang 'lumpuh' itu!"

Chen Kai memfokuskan pikirannya lebih keras, melampaui apa yang pernah ia coba sebelumnya.

Dan kemudian... dia melihatnya.

Melilit meridian utamanya, seperti ular parasit yang hampir tak terlihat, ada seutas energi tipis berwarna hitam keabu-abuan. Energi itu memancarkan aura jahat, dingin, dan... licik. Energi inilah yang menyumbat meridiannya, perlahan-lahan menyedot esensi kehidupan dari Akar Spiritualnya.

"I-Ini..." Chen Kai terengah-engah. Ini bukan kelumpuhan alami. Ini adalah... segel? Atau kutukan?

"Itu adalah sisa-sisa dari 'Teknik Penyedot Jiwa Iblis'," kata Kaisar Yao dengan nada dingin. "Sebuah teknik iblis tingkat rendah yang menjijikkan. Seseorang... seseorang dengan sengaja mencuri fondasi Akar Spiritualmu. Mereka tidak menghancurkannya, mereka memanennya."

Sebuah ingatan melintas di benak Chen Kai, begitu tajam hingga membuatnya mual.

Malam setelah Akar Spiritualnya "lumpuh". Dia terbaring di tempat tidur, demam dan kesakitan. Tetua Wu—Tetua Agung klan, orang kedua setelah ayahnya—datang menjenguknya.

Wajah Tetua Wu penuh belas kasih. "Ah, Chen Kai. Sungguh tragedi. Jenius kita telah jatuh."

Dia ingat Tetua Wu meletakkan tangan keriput di dahinya. "Jangan khawatir, anakku. Ini, minumlah 'Pil Pemulih Jiwa' ini. Ini tidak bisa menyembuhkanmu, tapi akan meringankan rasa sakitmu."

Chen Kai, yang masih muda dan putus asa, meminum pil itu tanpa ragu.

Dia ingat merasakan gelombang energi dingin menyebar dari perutnya, menenangkan rasa sakit yang membakar... sekaligus mematikan sesuatu di dalam dirinya.

Pil itu... tangan itu...

"Tidak..." bisik Chen Kai. Rasa dingin yang tidak ada hubungannya dengan jurang itu menjalari tulang punggungnya.

"Tetua Wu...?"

Dia memikirkan bagaimana Tetua Wu adalah orang pertama yang menyarankan agar posisi Patriark Muda diberikan kepada Chen Wei. Dia memikirkan bagaimana Tetua Wu adalah orang yang mengasingkan dia ke halaman pekerja kasar, "agar dia tidak mengganggu Patriark sementara". Dia memikirkan bagaimana ayah Chen Wei—paman keduanya—diangkat menjadi Patriark sementara setelah ayahnya sendiri mengasingkan diri karena "malu".

Semuanya terhubung.

Itu bukan kecelakaan. Itu adalah konspirasi.

Mereka tidak hanya melumpuhkannya. Mereka mencuri bakatnya.

"Dan sekarang kau mengerti," kata Kaisar Yao. "Akar Spiritual Kelas Surga-mu tidak hilang. Esensinya telah dicuri, kemungkinan besar untuk diberikan kepada sepupumu yang 'jenius' itu. Dan mereka meninggalkan segel iblis ini untuk memastikan kau tidak akan pernah bisa berkultivasi lagi, perlahan-lahan membunuhmu."

Chen Kai tidak mengatakan apa-apa. Dia hanya gemetar. Tapi itu bukan karena takut. Itu adalah kemarahan.

Kemarahan yang begitu murni dan dingin hingga rasanya membakar.

Mereka telah mengambil hidupnya. Mereka telah menghancurkan ayahnya. Mereka telah membahayakan adiknya. Semua demi keserakahan.

"Bagus," kata Kaisar Yao, merasakan niat membunuh yang memancar dari Chen Kai. "Kemarahan itu bagus. Niat membunuh itu bagus. Seorang kultivator tanpa itu hanyalah domba yang menunggu untuk disembelih. Sekarang, apa yang akan kau lakukan?"

"Aku akan membunuh mereka," kata Chen Kai, setiap kata terdengar seperti kepingan es. "Chen Wei... ayahnya... dan terutama, Tetua Wu. Aku akan membuat mereka membayar seribu kali lipat."

"Bicara itu murah," cibir Kaisar Yao. "Kau masih sampah. Teknik Penyedot Jiwa Iblis itu masih ada di tubuhmu. Meskipun Mutiara Kekacauan telah membersihkan sebagian besar kotoran fisikmu dan membangunkan Vena Naga-mu, segel itu masih menghalangi kultivasimu."

"Ajari aku," kata Chen Kai, suaranya mantap. "Kau adalah Kaisar Yao. Kau tahu cara menghancurkannya."

Terdengar tawa kecil di benaknya. "Tentu saja aku tahu. Segel sampah ini? Aku bisa menghancurkannya sambil tidur. Tapi Mutiara ini terikat padamu. Jika kau mati, jiwaku yang lemah ini akan hancur bersamamu. Aku tidak punya pilihan selain membantumu."

"Energi dari aktivasi Mutiara tadi masih tersisa di tubuhmu, dan darah Naga-mu telah memperkuat meridianmu. Kita akan menggunakannya."

"Teknik kultivasi Klan Chen-mu itu sampah," lanjut Kaisar Yao. "Itu bahkan tidak layak disebut teknik. Lupakan itu. Aku akan mengajarimu bagian pertama dari teknikku sendiri: 'Sutra Hati Kaisar Naga Abadi'."

Sebuah gelombang informasi yang tak terbayangkan membanjiri pikiran Chen Kai. Bukan kata-kata, tapi konsep. Diagram bintang, jalur aliran Qi yang rumit, dan pemahaman mendalam tentang bagaimana energi langit dan bumi seharusnya bergerak.

Teknik Klan Chen terasa seperti mencoba minum sungai melalui sedotan. Teknik Kaisar Yao... adalah menjadi sungai itu sendiri.

"Duduk! Meditasi!" perintah Kaisar Yao. "Segel iblis itu memakan energimu. Kita akan membalikkannya. Kita akan menggunakan 'Sutra Hati Kaisar Naga Abadi' untuk melahap segel itu!"

Chen Kai tidak ragu. Dia duduk bersila di lumpur di dasar jurang. Dia menutup matanya dan mengikuti instruksi Kaisar Yao.

Dia menarik napas. Energi spiritual di jurang—yang jauh lebih padat daripada di kompleks klan—tertarik ke arahnya.

Dia mengedarkan energi itu sesuai dengan jalur 'Sutra Hati Kaisar Naga Abadi'. Energi itu berputar seperti galaksi mini di dalam tubuhnya, membentuk pusaran emas pucat.

Kemudian, dia mengarahkan pusaran itu ke segel iblis yang melilit meridiannya.

HSSSS!

Segel itu bereaksi seperti ular yang diinjak, melawan dengan ganas. Rasa sakit yang tajam menjalari Chen Kai. Tapi pusaran emas itu, yang ditenagai oleh sisa energi Mutiara Kekacauan, jauh lebih unggul.

Pusaran emas itu mencengkeram energi hitam keabu-abuan itu dan mulai menggilingnya.

Energi iblis yang kotor itu dipecah, dimurnikan, dan diubah menjadi energi murni oleh 'Sutra Hati Kaisar Naga Abadi', lalu diserap oleh dantian Chen Kai.

Dia menggunakan musuhnya sebagai bahan bakar.

"Lagi!" raung Kaisar Yao di benaknya.

Chen Kai mengertakkan gigi dan terus berputar. Energi murni mulai terkumpul di dantian-nya yang kosong.

Satu jam berlalu. Dua jam.

KRAK!

Sesuatu di dalam dirinya pecah. Segel iblis itu hancur berkeping-keping dan sepenuhnya dilahap.

Pada saat yang sama, energi murni yang terkumpul di dantian-nya mencapai titik kritis.

BOOOM!

Sebuah gelombang kekuatan meledak dari dalam dirinya. Sembilan meridiannya yang kusam dan layu kini bersinar dengan cahaya keemasan yang cemerlang, lebih kuat dari sebelumnya.

Tahap Kondensasi Qi... Tingkat Pertama!

Tapi itu belum berhenti. Energi murni dari segel yang dilahap masih sangat besar.

BOOOM!

Tahap Kondensasi Qi... Tingkat Kedua!

Energi sisa dari aktivasi Mutiara Kekacauan ikut bergabung, mendorong kultivasinya lebih jauh.

BOOOOOOM!

Tahap Kondensasi Qi... Tingkat Ketiga!

Peningkatan itu akhirnya melambat dan berhenti di puncak Tingkat Ketiga.

Chen Kai membuka matanya. Sebuah cahaya keemasan redup melintas di pupilnya sebelum menghilang.

Dia mengepalkan tangannya.

Kekuatan.

Dia bisa merasakan kekuatan yang mengalir di tubuhnya. Tiga tahun... setelah tiga tahun, dia akhirnya bisa berkultivasi lagi. Dan hanya dalam beberapa jam, dia telah melampaui apa yang bisa dicapai para pengikut Chen Wei dalam setahun.

"Hmph. Tingkat Ketiga. Masih sampah," kata Kaisar Yao, meskipun ada sedikit nada puas dalam suaranya. "Tapi setidaknya kau bukan lagi semut yang bisa diinjak siapa saja. Sekarang, apa yang kau lupakan?"

Chen Kai tersentak.

Ling'er!

Dia melompat berdiri. Matanya memindai dasar jurang. Di sana, tidak jauh dari tempat dia mendarat, tergeletak Ramuan Embun Giok, masih utuh, berkilauan samar. Dia hampir menangis lega.

Dia mengambilnya dengan hati-hati.

"Aku harus kembali," katanya.

"Dan bagaimana kau berencana melakukan itu, jenius?" tanya Kaisar Yao. "Ini adalah jurang sedalam seribu kaki."

Chen Kai mendongak. Dinding tebing itu nyaris vertikal dan licin.

"Darah Naga di tubuhmu dan 'Sutra Hati' itu bukan hanya untuk pertunjukan," kata Kaisar Yao. "Salurkan Qi-mu ke kakimu, seperti ini..."

Kaisar Yao memberinya instruksi lagi. Sebuah teknik gerakan sederhana.

Chen Kai melakukannya. Dia merasakan kakinya menjadi ringan namun kokoh. Dia melangkah ke dinding tebing... dan kakinya menempel.

Dia menyeringai.

"Jangan sombong," gerutu Kaisar Yao. "Cepat. Adikmu tidak punya banyak waktu. Dan aku perlu memulihkan jiwaku. Jangan ganggu aku kecuali kau sekarat."

Suara itu menghilang, kembali ke kedalaman Mutiara Kekacauan di telapak tangannya.

Chen Kai tidak membuang waktu. Dengan Ramuan Embun Giok tersimpan aman di balik jubahnya, dia mulai berlari.

Secara vertikal.

Dia berlari menaiki dinding Jurang Pemutus Roh, tubuhnya yang diperkuat melesat ke atas seperti bayangan di malam hari.

Dua pengikut yang melemparkannya ke bawah sudah lama pergi, yakin pekerjaan mereka selesai.

Lima belas menit kemudian, Chen Kai menarik dirinya ke atas tepi jurang. Dia terengah-engah, Qi-nya hampir habis, tapi dia berhasil.

Dia berdiri sejenak, menatap kembali ke jurang yang gelap di bawah.

Itu adalah tempat di mana "sampah" Chen Kai telah mati.

Dan tempat di mana dia... dilahirkan kembali.

Dia berbalik menghadap kompleks Klan Chen yang remang-remang di kejauhan. Matanya sedingin es abadi.

Ling'er, aku datang.

Chen Wei... Tetua Wu... nikmati sisa waktu kalian. Pesta perburuan akan segera dimulai.

1
wisnu
semangat thor💪
alfariz aditya
ceritanya sejauh ini bagus👍👍
Bucek John
harta menang perang gak peenah diambil walau kultivator masih sabgat mesken sekaki...!!! apalagi tdk punya cincinbruang walau hanya kecil saja, hambar belum nambahkeseruan ...!!
Joe Maggot Curvanord
lanjut thor
awas kalo sampai putus d tengah jalan critanya aku cari penulisnya wkwkwkw
Joe Maggot Curvanord
alurnya bagus banget
ga terlalu cepat op
pelan berdarah tapi pasti
saya suka
byk bintang untuk penulis
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!